Pulang
dari acara tahlilan malam pk. 21, perut kami sangat lapar. Kalau ke mall jam
segini pasti resto-resto sudah tidak mau menerima pesanan. Akhirnya kami
menyusuri Jl. Cipete Raya dan berhenti didepan sebuah cafe bernama Toodz House,
Jl. Cipete Raya no. 79, dengan alasan cafe ini terlihat masih ramai oleh
pengunjung. Terus terang kami sudah sangat sering melewati cafe ini, tapi belum
sempat mencoba karena setau saya sajian unggulan cafe ini adalah minuman kopi
dan kami jarang nongkrong sambil ngopi. Malam ini kami ingin sekaligus
membuktikan apakah makanannya memang senikmat kopinya ?
“A
cafe to call home”, wah slogan ini memang pas banget menggambarkan bangunan dan
suasana cafe ini. Tempatnya berupa rumah yang tidak begitu luas, kursi dan sofa
disusun didalam ruangan dan diteras. Aneka tanaman menghiasi halaman dan
disela-sela ruangan. Aneka pernak pernik dan pajangan disusun diatas meja dan
rak-rak, belum lagi aneka koleksi buku, CD dan lukisan pun dipajang disana.
Pokoknya suasananya homey banget deh.
Kami
melihat semua kursi masih penuh terisi oleh para pengunjung yang hampir semuanya
anak muda (kayanya hanya kami yang paling tua sendiri), kebanyakan sedang asyik
dengan gadgetnya masing-masing. Sepertinya hanya kami yang sedang kelaparan
disini.
Daftar
menu terdiri dari aneka appertizer dan snack, makanan beratnya kebanyakan pasta
dan ada menu nasinya juga, lalu ada dessert dan aneka minuman, terutama kopi, yang
bervariasi. Kami tidak bisa berpikir lama karena sejam lagi cafe ini akan segera
tutup, maka saya segera memesan fried chicken tartar & parmesan rice dengan
penjelasan “deep fried chicken breast fillet topped with tartar sauce and
parmesan battered broccoli as sides, served with buttered parmesan rice” Rp
40.000, sedangkan suami memesan mushroom dabu-dabu rice with sirloin dengan
penjelasan “ a bowl of garlic rice with sauteed mushroom and sirloin mixed in
our style of dabu-dabu” Rp 38.000. Wah-wah panjangnya.
Untung
pesanan kami datang tidak begitu lama, yang pertama datang punya saya duluan.
Sebuah piring berbentuk segitiga melengkung berisi nasi yang berwarna
kekuningan, diberi seiris lemon, disajikan bersama irisan dada ayam goreng
tepung, brokoli goreng tepung dan saus tartar. Penampilan nasi seperti nasi
goreng yang diberi bumbu, butter dan parmesan, rasanya sih gurih dan enak,
hanya saja tekstur nasi masih pera dan keras. Apakah memang disengaja karena
menu ini kan memang bukan masakan Indonesia asli, saya kurang tau juga, tapi
terus terang saya lebih suka nasi yang lebih pulen. Ayamnya juga menurut saya
agak kering dan keras. Secara keseluruhan sajian ini saya nilai kurang fresh, andaikata
nasi dan ayamnya lebih empuk, pasti rasanya lebih enak, padahal bumbunya sudah
enak, kombinasinya juga cocok dan penampilannya juga menggiurkan.
Setelah
itu datang pesanan suami saya, penampilannya adalah nasi dibentuk bulat keatas
dan diberi topping campuran sirloin, jamur dan sambal dabu-dabu. Menurut saya
nasi yang ini rasanya lebih enak dan lebih empuk sedikit. Apalagi kombinasi antara
sirloin, jamur dan sambal dabu-dabu ternyata sangat cocok, rasanya juga enak
dan mantap.
Kalau
kesini memang ada baiknya nyantai, ngobrol-ngobrol, ngopi-ngopi, makan
cemilan-cemilan sambil menikmati suasana. Sebab tempatnya sudah cocok banget
dirancang buat nongkrong.
No comments:
Post a Comment