Thursday, January 22, 2015

Toodz House, a cafe to call home (**)



Pulang dari acara tahlilan malam pk. 21, perut kami sangat lapar. Kalau ke mall jam segini pasti resto-resto sudah tidak mau menerima pesanan. Akhirnya kami menyusuri Jl. Cipete Raya dan berhenti didepan sebuah cafe bernama Toodz House, Jl. Cipete Raya no. 79, dengan alasan cafe ini terlihat masih ramai oleh pengunjung. Terus terang kami sudah sangat sering melewati cafe ini, tapi belum sempat mencoba karena setau saya sajian unggulan cafe ini adalah minuman kopi dan kami jarang nongkrong sambil ngopi. Malam ini kami ingin sekaligus membuktikan apakah makanannya memang senikmat kopinya ?

“A cafe to call home”, wah slogan ini memang pas banget menggambarkan bangunan dan suasana cafe ini. Tempatnya berupa rumah yang tidak begitu luas, kursi dan sofa disusun didalam ruangan dan diteras. Aneka tanaman menghiasi halaman dan disela-sela ruangan. Aneka pernak pernik dan pajangan disusun diatas meja dan rak-rak, belum lagi aneka koleksi buku, CD dan lukisan pun dipajang disana. Pokoknya suasananya homey banget deh.

Kami melihat semua kursi masih penuh terisi oleh para pengunjung yang hampir semuanya anak muda (kayanya hanya kami yang paling tua sendiri), kebanyakan sedang asyik dengan gadgetnya masing-masing. Sepertinya hanya kami yang sedang kelaparan disini.

Daftar menu terdiri dari aneka appertizer dan snack, makanan beratnya kebanyakan pasta dan ada menu nasinya juga, lalu ada dessert dan aneka minuman, terutama kopi, yang bervariasi. Kami tidak bisa berpikir lama karena sejam lagi cafe ini akan segera tutup, maka saya segera memesan fried chicken tartar & parmesan rice dengan penjelasan “deep fried chicken breast fillet topped with tartar sauce and parmesan battered broccoli as sides, served with buttered parmesan rice” Rp 40.000, sedangkan suami memesan mushroom dabu-dabu rice with sirloin dengan penjelasan “ a bowl of garlic rice with sauteed mushroom and sirloin mixed in our style of dabu-dabu” Rp 38.000. Wah-wah panjangnya.

Untung pesanan kami datang tidak begitu lama, yang pertama datang punya saya duluan. Sebuah piring berbentuk segitiga melengkung berisi nasi yang berwarna kekuningan, diberi seiris lemon, disajikan bersama irisan dada ayam goreng tepung, brokoli goreng tepung dan saus tartar. Penampilan nasi seperti nasi goreng yang diberi bumbu, butter dan parmesan, rasanya sih gurih dan enak, hanya saja tekstur nasi masih pera dan keras. Apakah memang disengaja karena menu ini kan memang bukan masakan Indonesia asli, saya kurang tau juga, tapi terus terang saya lebih suka nasi yang lebih pulen. Ayamnya juga menurut saya agak kering dan keras. Secara keseluruhan sajian ini saya nilai kurang fresh, andaikata nasi dan ayamnya lebih empuk, pasti rasanya lebih enak, padahal bumbunya sudah enak, kombinasinya juga cocok dan penampilannya juga menggiurkan.

Setelah itu datang pesanan suami saya, penampilannya adalah nasi dibentuk bulat keatas dan diberi topping campuran sirloin, jamur dan sambal dabu-dabu. Menurut saya nasi yang ini rasanya lebih enak dan lebih empuk sedikit. Apalagi kombinasi antara sirloin, jamur dan sambal dabu-dabu ternyata sangat cocok, rasanya juga enak dan mantap.


Kalau kesini memang ada baiknya nyantai, ngobrol-ngobrol, ngopi-ngopi, makan cemilan-cemilan sambil menikmati suasana. Sebab tempatnya sudah cocok banget dirancang buat nongkrong.

No comments: