Monday, January 14, 2013

Bebek Tepi Sawah di tepi Mall (***)






Sudah lama kami penasaran ingin makan disini. Tapi setiap berkunjung ke Living World Mall di Alam Sutera, tempat ini selalu penuh dan harus antri dulu. Perjalanan kami dari rumah menuju kota Serpong lumayan jauh, dan perut tak mau kompromi untuk menunggu antrian yang mengular. Tapi akhirnya ketika hari libur tahun baru yang lalu kami kesampean juga makan disini walaupun harus antri.
Resto ini bernama Bebek Tepi Sawah, yang berada persis ditepi mall Living World. Resto ini sebenarnya sudah terkenal ditempat aslinya yaitu didaerah Ubud Bali, dan di Living World merupakan satu-satunya cabang di Jakarta.
Ketika mereserved tempat, kami mendapat nomor antrian 11. Sambil menunggu panggilan, saya meminjam buku menu, agar bisa langsung memesan. Dari buku menunya yang cukup tebal dan berat karena memakai sampul dari bahan kayu, rupanya menu bebeknya hanya ada 2 jenis yaitu “Tepi sawah chrispy or grilled duck” dengan keterangan : bebek goreng tradisional yang disajikan dengan sayur khas Bali dan 3 macam sambal seharga Rp 90.000. Wow mahalnya. Tapi setelah kami intip meja para pengunjung yang sedang makan memang ukuran bebeknya cukup besar. Biar bisa saling mencicipi, kami janjian memesan 1 bebek goreng dan 1 bebek bakar.
Menu lainnya juga ada walau sedikit pilihannya yaitu sup ikan, ayam goreng lengkuas, ayam goreng kelapa, sate lilit, ikan gurame goreng dan pelecing kangkung. Nah kalau menu minumannya cukup beragam dengan beberapa kategori seperti Specialty cooler, Exoctic sparkling, Signature moctail, coffe and tea, Milkshake & chocolate, aneka jus serta aneka soft drink lainnya.
Saya mencuri dengar pembicaraan antara seorang pengunjung dengan waitress yang bertugas mencatat nomor antrian, bahwa ditempat aslinya di Bali ada menu porknya, sedangkan disini tidak ada, serta ada beberapa menu yang tidak tercantum dibuku menu seperti bebek betutu, tapi bisa dipesan disini.
Beberapa menit sudah berlalu, jumlah pengunjung yang antri semakin bertambah. Kami mengisi waktu dengan melihat-lihat interior resto yang kental nuansa alami Bali seperti dinding bata, meja & kursi kayu, patung bebek & pernak penik khas bali, serta meja berpayung dan pohon kamboja diarea outdoor.
Akhirnya giliran kami pun tiba. Segera kami pesan menu bebek goreng paha untuk saya dan bebek bakar dada untuk suami. Waitress pun menggelengkan kepala dan menerangkan bahwa semua bebek yang disajikan disini adalah setengah ekor bebek. Woalah pantes mahal ya.
Pesanan kami tiba tidak pake lama. Minuman saya datang duluan, Ubud summer time adalah campuran jus jeruk dengan leci, hmm rasanya sungguh memikat, manis dan segar. Minuman suami adalah ice lemongrass yaitu campuran air soda dengan air jeruk lemon, diberi sirup gula merah dan disajikan bersama batang sereh untuk mengaduk. Hasilnya adalah minuman asam manis semriwing, unik dan sedap.
Nah ini dia sajian bebek legendaris akhirnya tiba dimeja kami. Setengah ekor bebek goreng berwarna kecoklatan dengan kaki hitam disajikan bersama seporsi nasi, tumis kacang panjang dan 3 macam sambal ditempat terpisah. Sambalnya terdiri dari sambal bawang merah mentah, lalu sambal cabe rawit serta sambal terasi ulek. Perlahan kusobek daging bebek yang masih panas ini, ketika kusuap rasanya empuk dan benar benar chrispy, bumbunya sungguh meresap tapi tidak ada rasa gurih yang berlebih, tidak ada jejak minyak dan bau amis, tulangnya pun garing dan enak dimakan seperti krupuk, kriuk. Daging bebek tidak terlalu tebal sehingga hasil gorengan benar-benar garing, dan yang paling sedap adalah bagian kulitnya, hmm yummy banget. Terus sambalnya itu loh, sungguh menggelegar, tapi tetep saja saya tak berhenti mencocol walaupun wajah saya mulai pucat pasi.
Saya penasaran dengan bebek bakarnya yang berwarna kehitaman dan ditaburi bawang goreng. Ketika ku cicip, hmm lezat juga, manis tapi tidak berlebihan jadi tidak bikin enek. Bumbunya sungguh meresap ke dalam daging dan tulangnya pun nikmat dihisap-hisap sampai licin.
Oh ya kami juga memesan seporsi pelecing kangkung, yaitu sepiring kangkung rebus yang disiram sambal pelecing, diberi taburan kacang tanah goreng dan bawang goreng. Porsinya cukup royal, kangkungnya segar dan empuk, sambalnya pedas sedikit ada rasa asam dan manis, dan kacangnya sungguh renyah. Hmm yahud banget.
Tak ada rasa sesal ketika membayar dan mengantri lama. Karena sajian ini benar-benar menggugah dan memuaskan selera kami. Bravo.

Thursday, January 03, 2013

Kemewahan di Hotel Best Western Premier Solo (****)













Ketika musim liburan Natal yang lalu saya berkesempatan untuk menginap semalam di kota Solo. Dimana-mana hotel sudah full book. Beruntunglah kami yang seudah mereserved sebelumnya di hotel Best Western Premier. Hotel ini terletak dipusat kota solo tepatnya di Jl. Slamet Riyadi no 4-6, lokasinya dekat dengan pertokoan PGS (Pusat Grosir Solo).

Sebenarnya bentuk bangunan hotel ini biasa saja karena merupakan bekas gedung perkantoran. Tapi kemudian direnovasi menjadi sebuah hotel mewah bintang 4, dengan interior yang indah dengan mengedepankan ciri khas kota Solo. Bentuk dasar bangunan tetap sama tapi diluarnya dihiasi dengan ukiran besi tempa khas motif batik.

Memasuki lobi hotel membuat saya terpana akan keindahannya. Ketika kita masuk melalui pintu depan, kita akan berhadapan langsung dengan sebuah meja kayu bulat yang besar. Karena kami datang pas tanggal 24 Desember, maka meja tsb dihiasi dengan sebuah pohon natal yang terbuat dari majalah anak-anak yaitu Bobo, dll. Ya jelas saja banyak anak-anak tertarik dan mengerubungi tempat ini, walaupun majalahnya tidak bisa dibaca.

Lobi hotel terlihat luas dan memanjang kedalam, sehingga jarak antara pintu masuk dengan reseption hotel cukup jauh. Lantai lobi dihiasi karpet bermotif, serta dikiri kanan ruangan terdapat sofa kulit berwarna hitam yang diselang selingi dengan patung lampu, lemari kaca berisi wayang dan partisi berukir. Meja reseption terlihat istimewa yaitu diatas meja kita akan disambut oleh 4 patung punakawan, lalu dinding belakangnya berupa kayu jati berukir, serta kap lampu diatasnya berhiaskan motif batik.

Saya mendapat kamar dilantai 3 dengan rate Rp 725.000. Disepanjang jalan selasar dari lobi menuju lift, dihiasi dengan sebuah becak batik, 1 set gamelan dan beberapa sofa. Lalu dilantai 3, berjalan diruang selasar menuju kamar, dindingnya banyak dihiasi dengan motif batik berbingkai serta ada sebuah cermin perak besar dengan pigura berukir. Ternyata kamar-kamar hotel tsb berjajar membentuk ruang persegi empat dimana ditengahnya terdapat ruang untuk duduk-duduk santai yang dihiasi dengan pohon rindang imitasi, dengan penerangan yang temaram.

Interior kamar kami cukup nyaman, dan semua fasilitas lengkap. Kekurangannya adalah kamarnya sempit banget, akibat dari penempatan furniture yang terlalu padat. Untung masih terdapat celah untuk melakukan sholat. Sedangkan kelebihanya terdapat setrika baju dan mejanya, serta kamar mandinya terdapat bathub dan hairdryer. Kamar kami persis diatas lobi hotel, sehingga jendela kamar kami menghadap langsung ke lampu besar yang terang benderang, yang terletak diatas ruang lobi. Walaupun begitu kami tidur dengan nyenyak akibat kelelahan.

Esok harinya kami bangun dengan badan segar dan perut keroncongan, siap breakfast diruang makan samping lobi hotel. Nah interior diruang makan ini lebih cantik lagi. Dindingnya banyak dihiasi dengan partisi-partisi yang indah, yaitu partisi berhiaskan piring putih bergambar wayang, partisi dengan ukiran wayang berwarna emas, serta partisi berukir motif batik bunga. Diatas meja buffet juga banyak dihiasi dengan pernak pernik khas Jawa.

Menu breakfast lengkap seperti biasa perpaduan Indonesian dan western food, serta tak lupa menu wajib hotel di Jawa yaitu gudeg komplit yang disajikan diwadah-wadah tembikar. Makanannya lezat, roti dan passtiserinya hangat dan beragam, jusnya ada 3 macam, tersedia juga susu sapi, kedelai dan yogurt. Sayuran dan buahnya segar dan komplit, serta ada salad dan asinan buah.

Siang ini kami harus check out dan kembali ke Jakarta. Ketika kami kembali kekamar untuk membereskan barang-barang kami, kami baru sadar bahwa dilantai 3 ini terdapat juga kolam renang, ruang fitnes serta spa. Wah andai kata kami tidak terburu-buru, pasti kami bersantai dulu disini, serta lebih menikmati kemewahan dan kecantikan Best Western Premier Hotel.
Jalan Slamet Riyadi No 4 – 6, Solo 57111
Phone: +62 271 666 111

Suasana adem ayem LPP CONVENTION HOTEL DEMANGAN (***)






 
 
 
 
 
 
Kalau terjadi long weekend, kota Jogja penuh banget. Jalanan macet, tempat belanja hiruk pikuk, tempat makan antri, tapi yang pasti tiket kendaraan dan hotel juga full book. Contohnya seperti pada liburan Natal yang baru lalu, kami telat mereserved kamar hotel, alhasil dimana-mana sudah tidak kebagian tempat. Untunglah suami saya masih punya persediaan tempat yaitu di LPP Convention Hotel yang terletak di Jl. Demangan Baru No. 8 Yogyakarta.

Buat yang baru denger atau baru tau, LPP ini singkatan dari Lembaga Pendidikan Perkebunan. Sejarahnya adalah BUMN PT Perkebunan Nusantara punya lembaga pendidikan bernama LPP, dimana salah satu bagiannya adalah mess tempat menginap bagi para peserta pendidikan. Seiring dengan berjalannya waktu diusulkanlah mess tsb menjadi sebuah hotel yang terbuka untuk umum, dengan prioritas para peserta pendidikan di LPP. Suami saya sebagai karyawan PTPN memiliki sedikit kelebihan yaitu prioritas menginap dan berhak atas discount harga karyawan, lumayan.

Ternyata saat itu hotel LPP ini juga penuh, tinggal menyisakan sebuah kamar yaitu Junior suite room dengan rate normal Rp 1.000.000 dan setelah discount harganya menjadi Rp 950.000. Wah mahalnya dan cuma sedikit yah discountnya, padahal LPP ini hanya bintang 3 loh.

Suami saya sudah sering menginap disini, tapi saya baru sekali ini. Ternyata hotelnya lumayan bagus. Bentuk bangunannya ya mirip mess, yaitu bangunan 2 tingkat yang berisi kamar-kamar yang berjajar membentuk persegi empat dan ditengah-tengahnya adalah sebuah taman yang rapih, indah dan asri dengan beberapa pohon rindang, serta tempat duduk untuk bersantai. Didepan taman ada sebuah kolam dengan hiasan air mancur, yang berbatasan dengan ruang makan. Suasana yang tercipta menjadi adem ayem, cocok untuk beristirahat para peserta pendidikan yang kelelahan.

Kelebihan junior suite room adalah ukuran kamar yang lumayan luas. Interiornya simple, furniturenya tidak mewah tapi bagus, rapih, bersih dan harum karena ada pewangi ruangan yang disemprot secara otomatis. Fasilitas wifi pun tersedia secara gratis. Sayangnya semua kamar tidak memiliki jendela. Apakah ini disengaja agar para peserta pendidikan lebih berkonsentrasi dan tidak terganggu oleh suara-suara dari luar ? Saya pun tidak tau. Tapi buat saya pribadi, saya lebih menyukai kamar yang memiliki jendela, agar gampang memantau keadaan diluar. Tapi yang pasti, kami tidur dengan nyenyak malam ini.

Esok paginya kami bangun agak kesiangan akibat kelelahan, otomatis telat juga sarapannya. Kami menuju ruangan makan yang ukurannya cukup luas dan dinding belakangnya dihiasi mozaik dari keramik yang menggambarkan suasana perkebunan. Gambarnya indahnya dan dibuat dengan kesabaran serta ketelitian tingkat tinggi karena harus menyusun potongan keramik dibidang yang besar dan luas. Ditengah ruangan tersedia meja untuk hidangan buffet. Hidangan yang tersedia standard saja dan rasanya pun standard, tersedia juga menu gudeg komplit sebagai ciri khas hotel di Jogja.

Usul saya nih, karyawan dibagian makanan ini harus diberi pelatihan lebih, agar makanan yang tersedia walaupun standard dan sederhana harus tetap terasa lezat. Lalu kebersihan harus lebih terjaga, karena saya melihat beberapa lalat yang hinggap diatas buah dan puding. Sajian yang sudah habis mohon diisi ulang kembali. Toples krupuk sudah kosong serta sup sudah dingin. Ketika saya hampir selesai makan, ada sepasang bule yang telat bangun juga. Saya lihat dia kebingungan hendak makan sarapan apa, sambil bergumam-gumam tidak jelas.

Buat manajemen hotel LPP, mohon kiranya memperbaiki kualitas pelayanan dan kualitas makanan pada khususnya, karena sungguh sayang untuk menyia-nyiakan asset PTPN yang sudah begitu besar dan berkembang pesat. Siapa tau dengan adanya peningkatan kualitas bisa mendongkrak grade menjadi bintang 4 atau lebih.

LPP Convention Hotel Yogyakarta
Jl. Demangan Baru No. 8, Yogyakarta
Telephone : +62274 588380

Tuesday, January 01, 2013

The Goods Cafe, the good food (**)





Makan siang dimana hari ini ? Itu pertanyaan rutin orang kantoran seperti saya. Kebetulan kantor saya terletak persis diseberang Pacific Place mall. Jadi sekali-kali ketika sedang bosan masakan rumah atau kantin, kami pergi keseberang unutk mencari nuansa baru.
Rupanya ada sebuah departmen store baru dilantai 1 yaitu The Goods Dept. Tempatnya tidak begitu besar dan berisi produk fashion yang terbatas dan unik hasil rancangan desainer dalam dan luar negeri. Tapi sebenarnya yang akan saya bahas adalah sebuah cafe yang merupakan bagian dari dept store tsb, namanya The Goods cafe.
Cafe ini tempatnya tidak begitu luas, namun peminatnya cukup banyak. Ini terlihat ketika kami berkunjung untuk makan siang disini. Ruang makannya terbagi menjadi 3 tempat yaitu ruang dalam yang bersatu dengan dept store, ruang luar disamping dept store, serta beberapa meja yang disusun berjajar diseberang dept store, dikoridor mall. Karena pengunjung lumayan penuh, kami hanya mendapat tempat dikoridor mall. Terus terang saya kurang menikmati duduk disini karena selain tempatnya yang terbuka dan menjadi tempat lalu lalang pengunjung mall, selain itu kursinya pun kurang nyaman untuk makan karena dudukannya yang tidak sejajar serta mejanya terlalu rendah. Sebenarnya furniture tsb merupakan rancangan yang cukup keren, hanya kurang cocok saja buat makan siang. Walau begitu ketidaknyamanan tsb akan kami abaikan dulu mengingat rekomendasi dari teman bahwa makanan disini dijamin enak.
Menu yang tersedia tidak begitu banyak dan khas makanan cafe, yaitu terdiri dari salads, soups, snacks, asian foods, sandwich, burger, pasta, tacos, steak, cake dan dessert. Sebenarnya saya sudah ngiler banget dengan tulisan ?arm chocolate cake in a jar? Tapi menu cheese burger dan caesar salad lebih masuk akal untuk makan siang. Teman saya memesan meatball sandwich dan general tsao? chicken.
Untungnya walaupun pengunjung cukup banyak, pesanan kami termasuk cepat datangnya. Disajikan diatas piring putih yang lebar, menjadikan semua hidangan pesanan kami terlihat banyak, besar, cantik dan menggiurkan.
Sajian pertama adalah general tsao? chicken, sebagai perwakilan dari asian foods, berupa nasi goreng berwarna kuning disajikan bersama potongan ayam berbumbu berwarna kecoklatan dan ditaburi wijen. Potongan ayam tsb digoreng tepung lalu dibumbui soy sauce. Ketika dimakan rasanya manis dengan semburat rasa pedas dan sedikit gurih, cocok berpadu dengan nasi goreng yang rasanya sedikit gurih. Walaupun tekstur nasinya agak sedikit lengket dan menggumpal, tapi secara keseluruhan rasanya enak dan cocok dilidah kami.
Sajian kedua adalah meatball sandwich. Penampilannya berupa roti hotdog yang berisi 4 buah daging cincang berbentuk bulat yang dibumbui dengan saus tomat, serta disajikan bersama kripik kentang. Meatballnya matang dan terasa empuk dengan bumbu asam segar dari saus tomatnya, rotinya empuk dan kripik kentangnya renyah dan asin.
Terakhir cheese burger dan caesar salad, yaitu berupa cheese burger klasik yang disajikan bersama kripik kentang dan sayuran segar. Burger berupa daging cincang yang lumayan tebal, matang dan empuk, digrill dengan bumbu minimalis, dimakan bersama roti burger yang empuk. Keistimewaannya daging burger masih terasa juicy. Kekurangannya, kejunya kurang terasa karena tipis. Tapi kripik kentangnya banyak dan sayurannya pun segar.
Caesar salad didominasi dengan daun letuce yang diberi sedikit dressing dan taburan keju parmesan, diberi topping irisan daging ayam grill dan 2 potong roti garlic. Saya suka banget karena cocok dimakan bersama cheese burger.
Kesimpulan akhir, semua sajian terasa memuaskan, enak dan mengenyangkan. Kelemahannya adalah harganya lumayan mahal dan bikin kantong kering kalau tiap hari makan siang disini. Yang paling mahal adalah Cheese burger Rp 65.000, disusul dengan general tsao? chicken dan meatball sandwich, masing-masing @ Rp 50.000, yang termurah (tapi mahal) saladnya Rp 45.000. Buat kami, The goods cafe, menyajikan good food with poor price.

Tesate, sajian lezat mengagumkan yang bikin dompet tipis (***)











Bos saya tercinta ini mau resign, ngga tanggung-tanggung, dia mau pindah dari negara khatulistiwa mendekati kutub bumi yaitu ke kota Toronto di Canada. Jadi untuk celebrate kelulusannya sekaligus hari ultahnya, kamipun ditraktir makan siang dimall seberang kantor yaitu Pacific Place. Kami anak buahnya disuruh milih mau ditraktir dimana. Hmm harus pilih makanan super enak nih, harga bukan kendala kok.



Pilihan kami jatuh kepada resto Tesate. Kenapa ? Karena semua orang ngga bakal nolak masakan Indonesia yang terdiri dari nasi dan lauk pauk. Sedangkan keunggulan Tesate adalah menyajikan masakan yang mewakili berbagai daerah di Indonesia.

Saya pribadi agak malas makan masakan Indonesia di restaurant, apalagi yang harganya telalu mahal. Menurut saya, masakan khas daerah paling enak dinikmati ditempat sekelas rumah makan atau bahkan warung makan, karena rasanya lebih authentic. Tapi setelah makan di Tesate prinsip saya langsung berubah total. Masakan di Tesate ternyata cukup authentic, lezat dan mengenyangkan. Belum lagi penampilannya yang indah dan mengagumkan.

Interior resto cukup mewah, didominasi dengan warna hitam dan putih. Dindingnya berupa granit hitam. Langit-langit resto dihiasai lampu gantung dengan kap besar bertuliskan aksara jawa kuno. Mejanya berwarna putih, kursinya berwarna hitam. Kami sudah mereserved tempat diruang privat dengan dinding berhiaskan anyaman bambu. Penerangan sengaja diatur temaram dibeberapa tempat, sehingga menimbulkan kesan indah dan romantis.

Kami berduabelas orang sepakat untuk makan tengah agar lebih akrab dan bisa mencicipi semua jenis masakan. Dari buku menunya yang cukup tebal dan berbentuk kipas sate, menu yang tersedia dibagi menjadi beberapa kategori yaitu :
- 7 macam masakan sate meliputi sate sapi makasar, sate bebek, sate sapi unggaran, sate kambing, sate lilit, sate ayam ponorogo, sate ayam madura dan sate ayam blora.
- Sajian seafood meliputi masakan ikan bawal, kerapu, kakap, bandeng, udang, cumi dan kepiting.
- Masakan daging diantaranya iga sapi paniki, bebek penyet, rawon buntut.
- Nasi kombinasi diantaranya nasi merah ikan roa, nasi goreng buntut balacan, nasi tutug.
- Masakan sayuran diantaranya sayur asem udang galah (wow), sayur lodeh US ribs (wow keren), tahu telur, oseng kecipir.
- Sisanya adalah kategori entree atau menu pembuka, aneka snack, aneka sambal, dessert dan minuman.

Akhirnya dicapai kesepakatan bersama bahwa menu yang dipesan adalah sate ayam blora dan madura, tahu telur, kepiting soka mangga muda, cumi telur bakar, gado-gado, dan ugh... oseng kecipir. Aduh kenapa mesti kecipir sih, kampungan banget.

Sambil menunggu pesanan, kami sibuk berfoto-foto ria sambil memanfaatkan background yang indah. Sedangkan waitress sibuk menata meja dengan peralatan makan yang elegan. Sayangnya pesanan kami tiba dengan menyicil, tidak sekaligus datang semua. Sate dan tahu telur sudah disajikan, nasinya belum ada. Ketika nasi hampir habis, kepiting sokanya terlambat datang. Tapi terlepas dari semua itu, semua sajian terlihat indah dan mempesona, menggugah selera dan pastinya lezat.

Sate disajikan diatas hotplate berbentuk anglo kecil, menjadikan sate tetap hangat. Seporsi sate berisi 6 tusuk sehingga kami memesan masing-masing 2 porsi sate. Penampilan kedua jenis sate ini sangat mirip yaitu sate ayam dengan potongan daging yang besar-besar, disajikan bersama bumbu kacang yang sangat halus, diberi potongan cabe merah dan bawang merah mentah. Perbedaannya terletak dirasa bumbu kacangnya yaitu sate madura lebih manis dan sate blora memiliki semburat rasa pedas.

Penampilan tahu telur dibuat mirip burger yaitu 2 buah tahu telur berbentuk bulat dan tebal ditumpuk dan diselipkan daun letuce. Diatasnya diberi irisan kol dan tauge, disajikan bersama genangan bumbu kecap yang ditaburi kacang tanah utuh. Baik rasa dan penampilannya sungguh mengagumkan.

Seporsi cumi telur bakar berisi 6 cumi, penampilannya rapih, kaki cumi dimasukkan kedalam sehingga cumi terlihat gemuk. Cumi diberi bumbu lalu dibakar, sehingga terlihat sedikit gosong dipermukaan cumi. Ketika kupotong daging cumi terasa empuk dan sedikit kenyal, rasanya wow enak rek.

Kepiting soka mangga muda, hidangan favorit saya, bikin saya merem melek. Kepiting digoreng tepung lalu diberi irisan mangga muda dan cincangan cabe merah. Daging kepiting terasa tebal, ketika dimakan terasa renyah, rasa bumbunya gurih berpadu dengan rasa asam segar. Yahud deh.

Terakhir gado-gado, penampilannya cantik tapi isinya didominasi dengan daun letuce, diberi potongan tahu, kentang dan lontong, setengah telur rebus, serta ditaburi emping dan krupuk udang. Ketika dimakan bumbu kacangnya halus dan rasanya enak banget, gurih dengan semburat rasa asam. Sayangnya sayurannya kurang banyak dan kurang bervariasi.

Sebenarnya saya tidak mau menicicipi oseng kecipir. Tapi setelah dipikir lagi ngga ada salahnya mencicipi barang sesendok saja. Irisan kecipir ditumis bersama bumbu, lalu ditaburi bawang goreng dan irisan cabe merah. Ketika kumakan ternyata rasanya wuenak banget. Mau minta lagi tapi malu, mana cuma pesen seporsi. Sayang harganya mahal banget, Rp 45.000, mengalahkan harga gado-gado Rp 36.000. Harga-harga makanan lainnya juga luar biasa. Seporsi sate isi 6 tusuk Rp 56.000, tahu telur Rp 52.000, baik cumi maupun kepiting masing-masing @ Rp 89.000.

Karena saya berempat membawa bekel minum sendiri, he he he, kami sepakat memesan seporsi es cendol durian dibagi 4 (ngirit). Semangkuk cendol diberi es serut, kuah santan dan gula merah, diatasnya diberi sedikit duren dan garnis daun pandan. Mangkuk cendol ditaruh diatas nampan kayu dengan sendok kayu. Penampilan es cendol menjadi keren dan berkelas. Rasa cendol biasa banget tapi kuahnya terasa pas dan enak. Durennya manis dan legit tapi sayangnya cuma kebagian sedikit, huh.

Andai suatu saat nanti ada yang mau mentraktir saya lagi disini, saya pasti tak akan menolak. Tapi kalau disuruh bayar sendiri, saya bakal mikir 10 kali, he he he...