Tuesday, August 18, 2009

ULASAN KULINER : SOTO PADANG H. ST. MANGKUTO (**)



Melewati jalan raya KH Ahmad Dahlan, yaitu dari jl. Radio Dalam menuju pasar Mayestik, banyak terdapat berbagai rumah makan, café dan restoran, sehingga cocok sebagai tujuan wisata kuliner. Tempat makan terbaru disini adalah Soto Padang H. St. Mangkuto, jl. Limau II no 2 (jl. Raya KH Ahmad Dahlan), kebayoran baru Jaksel, telpon 021 7278 9924. Dimana didalam papan nama rumah makan ini ada tulisan merupakan cabang Jl. Pintu Air no 26, Pasar Baru, Jakpus, telpon 021 385 7357.
Terus terang aku sih belum pernah coba makan soto padang cabang pasar baru ini, sehingga ketika suami tertarik mencoba makan disini, aku gak nolak, dengan asumsi aku toh bisa makan menu lain selain soto. Jadi ketika aku sudah duduk didalam & ditanya oleh pelayannya, aku bilang “dihidangkan aja pak”, maksudnya kaya di restoran padang biasa kan semua menu dihidangkan diatas meja. Tapi si mas nya bilang, “maaf Bu disini cuma ada soto padang”. Yaah penonton kecewa, ya sudah, sotonya dua.
Diatas meja sih tersedia berbagai macam bungkusan krupuk didalam keranjang, dan tak berapa lama datanglah soto pesanan kami. Seperti layaknya soto padang yang biasa kami makan, soto berisi bihun, perkedel kentang, daging goreng, dan kuah soto yang berwarna kuning serta ditaburi krupuk merah (muda) khas soto padang. Ketika dimakan, loh kok rasanya hambar kurang asin nih. “Pak minta garam” kata ku. “Sudah disediakan diatas meja Bu” kata si uda. Wah aku ngak lihat eh. Segera ku taburi garam secukupnya sembari ku aduk-aduk, dan ketika ku suap lagi, wow beda benar rasanya, menjadi jauh lebih enak. Rupanya memang penyajiannya sengaja dibuat dengan sedikit garam, sehingga dapat menyesuaikan dengan lidah para pengunjung. Maka dengan cepat, tandaslah soto kami berdua. Enak juga ya. Lagipula daging gorengnya juga cukup empuk. Karena pengalaman kalo makan soto padang ditempat biasa, daging gorengnya suka keras banget, bahkan ada yang pake paru segala. Selama ini soto padang yang aku nilai enak adalah soto padang dari RM Sederhana didalam ps Benhil & soto padang dari RM Mat Syukur. Sekarang bertambah lagi nih koleksi soto padang yang layak masuk peringkat.
Mengenai harganya tidak bisa dibilang murah sih, soto Rp 19.000 + nasi Rp 5.000 + Krupuk Rp 4.000 + Teh Rp 4.000 = Rp 32.000 dan bila makan berdua jadi Rp 64.000. Tuh kan lumayan mahal kan, tapi sesuai sih dengan kenikmatannya.

Wednesday, August 12, 2009

ULASAN KULINER : ORANGE (**)















Orange - Concept lounge, City walk Sudirman, 1st floor unit 1-2, Jl. KH Mas Mansyur no 121, JakPus, telpon 021 2555 8639/40.

Tuesday, August 11, 2009

ULASAN KULINER : AH TUAN EE'S (**)




Hari-hari mendekati bulan Ramadhan ini, makin hari makin panas aja. Jadi kalo dikantor bawaan nya ngantuk, padahal pekerjaan setumpuk. “Besok hari Jumat, enaknya makan apa ya?” kata suara dibalik punggung ku, si “Ratu makanan”. “Makan roti canai enak juga” kata suara disampingnya. “Lebih enak lagi makan roti tissue” kata si Ratu menyaut. Pikiranku melayang, mengingat-ingat waktu aku ultah kemaren, aku mentraktir seseorang di Ah Tuan ee’s. “Roti boom cheese lebih enak” kataku, gantian nyeletuk. “heem nyam nyam” kata mereka berbarengan. Emang iya, Roti bon cheese di Ah Tuan EE’s itu enak sekali, bikin ngidam. Itu tu, yang di Pacific Place Mall Lt. 4, kawasan SCBD, Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53, Jakarta 12190, telpon 021 5797 3364/65.
Jadi begini ceritanya, kami berdua makan siang di Ah Tuan ee’s, dimana restoran ini menyediakan menu Malaysian nyonya cuisine. Sekilas info : Masakan Malaysian nyonya atau peranakan adalah masakan asli orang pribumi (Malaysia) yang dikombinasikan dengan masakan orang China, yang ditemukan oleh masyarakat Peranakan yang memiliki garis keturunan dari perkawinan antar negara yaitu antara orang-orang China yang pertama kali datang dan menetap dengan wanita-wanita Melayu, dimana masakan Peranakan ini mengkombinasikan/menggabungkan antara kemampuan memasak dan cita rasa dari kedua kebudayaan ini. Sedangkan Ah Tuan ee's itu sendiri berarti restoran milik auntie (dalam bahasa Cina disebut “ee”) ah Tuan.
Interior restoran ini unik loh, yaitu suasana rumah tradisional berkonsep peranakan kolonial, jadi banyak dipajang barang-barang jadul, dari alat hitung sempoa, koleksi uang-uang lama, pesawat telepon lama, foto-foto hitam putih, dan ada 1 pojokan yang berisi pajangan aneka bumbu dapur. Sebenarnya aku pengen foto-foto dekorasi disini, cuma pengunjung lagi rame sih, ada rombongan ibu-ibu lagi arisan, terus ada artis juga lagi makan disini, jadi malu, kaya turis aja, padahal kantornya diseberang.
Maka setelah kita merenungi buku menu, diputuskanlah kita memesan ikan belah, golden tau hoo & appertizer roti boom cheese yang gambarnya menggiurkan. Nah mari kita bahas. Roti boom cheese adalah roti canai yang rasanya gurih karena banyak mengandung serutan keju, diselingi rasa butter & susu kental manis, lalu diberi topping es krim vanilla. Wah wah enak banget rasa roti yang hangat manis-manis gurih berpadu dengan dinginnya es krim. Lezat. Seporsi dibagi 2 buat kami sih adalah ukuran yang pas. Karena ketika datang makan siang kami, ikan & tahu nya gede banget, untung nasinya cuma pesen seporsi.
Ikan belah adalah ikan gurame yang digoreng garing & melengkung, yang disajikan bersama sambal terasi yang warnanya merah banget, tapi pas dimakan, sama sekali gak pedes, tapi cocok sih buat ku, enak. Lalu golden tau hoo adalah tahu sutera bentuk persegi empat, yang buat kami sih berukuran lumayan besar, lalu diberi topping tumisan daging cincang, heem enak, tahunya lembut banget, daging cincangnya banyak & kuah tumisannya yang berwarna coklat keemasan juga terasa bumbunya. Tapi masalahnya kami kekenyangan, jadi tahunya ngak habis. Aduh. Kemudian bill yang datang adalah ikan belah Rp 52.000, golden tau hoo Rp 43.500, roti boom cheese Rp 23.000, total aku membayar Rp 166.320. Harga yang masuk akal sih menurutku.
Kring…kring…gubrak…bos telpon, aduh kebanyakan melamun nih…kacau.

EAT & EAT MALL KELAPA GADING



ULASAN KULINER : HONGKONG CAFE (*)













Hongkong Cafe, Jl. Sunda no 5, JakPus, telpon 021 310 7868/83.

Saturday, August 08, 2009

ULASAN KULINER : BAKERZIN (***)



Udah lama banget aku pengen coba makan di Bakerzin. Abis aku sering lewat café ini di PIM 2 atau di Senayan City, kayanya dari jauh etalase nya kok menggiurkan ya. Kue-kue yang dipajang mungil, cantik, berwarna-warni menerbitkan air liur saja. Tetapi setiap kali mau makan disitu suka gagal, abisan kalo siang mau makan, lagi laper-lapernya nih, pengennya nasi (dasar melayu), trus kalo malem (minggu) memang cocok makan disitu, tapi kan Bakerzin ada nya di mall, yang parkirannya penuh sekali, jadi gak sanggup antri deh. Lagi pula suami ku kurang doyan lunch / dinner dengan menu yang kami kategorikan sebagai camilan, alias ngak kenyang.
Nah minggu lalu tumben-tumbennya nih, kita jadi makan kesana. Itu karena aku kan ultah, jadi mau traktir suamiku, berdua aja (ciee), tapi aku yang milih, ya udah merealisasikan keinginan yang terpendam, kita menuju Bakerzin Cilandak Town Square, GF #07-09-11. Telpon 021 7592 0250 / 1.
Memasuki café, yang siang ini tidak begitu penuh (mungkin karena faktor nasi tadi kali ya), kami menuju tempat no smoking area, dan duduk di sebuah sofa, dipaling pojok disamping dinding kaca. Walaupun kami disodori buku menu, aku telah menyiapkan sebuah menu yang telah kuidamkan sejak lama, yaitu chocolate melt, yang disini dinamai seasonal warm chocolate. Semakin terbayang-bayang tuh sebuah chocolate cake berbentuk bulat, yang masih hangat baru keluar dari oven, yang apabila dibelah, maka mengalirlah lelehan coklat dari dalamnya, lalu berpadu dengan dinginnya 1 scop ice cream diatas kue tsb. Aduh nikmatnya surga kuliner. Nah suami ku juga kebetulan lagi ngidam pizza, yang dari kemaren disebut-sebut melulu, jadilah dia memesan smoked beef pizza.
Sambil menunggu pesanan kami dibuat, kami membaca majalah-majalah yang tersedia disitu, sambil sesekali memandang melalui dinding kaca, melihat pemandangan para pengunjung (cewe) yang berseliweran dan aduhai kece nya.
Sepuluh menit berlalu, datanglah sang pizza. Wow tampak menggiurkan. Pizza tidak berbentuk bulat, melainkan sudah berupa slice, berisi 4 slice yang disajikan diatas piring lebar dan dialasi salad daun-daunan. Nah pizzanya lain daripada yang lain, karena bukan terbuat dari adonan roti melainkan berupa pastry yang tipis. Jadi ketika dimakan, kres kres pastry yang empuk dan renyah, mengelus lidah, berpadu dengan topping smoked beef dan keju, aduh lezatnya.
Kalau pesananku si seasonal warm chocolate, lain lagi ceritanya. Tepat seperti bayanganku, sebuah chocolate cake berbentuk bulat, yang masih hangat karena baru keluar dari oven, kemudian ku belah, maka mengalirlah lelehan coklat dari dalamnya, tapi lelehan coklat tsb telah bercampur dengan saus buah berry, sehingga rasanya menjadi manis asam segar gitu. Apalagi es krim yang ditaruh diatasnya pun mengandung buah berry sehingga warnanya menjadi ungu. Perpaduan yang tepat rupanya, karena rasa coklat yang manis tidak jadi membuat eneg, melainkan menjadi rasa segar akibat dari buah berry tsb. Cake disajikan ditengah sebuah piring putih besar, yang dihiasi buah 2 buah raspberry, 2 buah blueberry & potongan strawberry serta diberi saus strawberry disekeliling piring.
Kedua menu tsb baik pizza maupun warm chocolate, kami makan berdua, jadi masing-masing dibagi dua. Akibatnya : ngak kenyang. Habis kedua menu tsb kok terhitung kecil dan sedikit ya. Aku jadi ingat chocolate melt buatan Harvest, yang lebih besar & cukup lezat bagi ku, walaupun tanpa buah-buahan import. Akhirnya : “pak…pinjem menunya lagi dong” kata suamiku, “jadi pengen sup nih”. Oke, akhirnya kami menambah pesanan asparagus cream soup.
Asparagus cream soup yaitu sup krim yang mengandung asparagus yang telah diblender halus sehingga sup berwarna kehijauan. Rasa sup nya tidak ada rasa gurih yang tajam, melainkan rasa creamy yang hangat & lembut mengelus lidah. Heem enak ya.
Akhirnya kita sudahi sajian lezat ini dan meminta billnya, dan eng ing eng, mahal ya rupanya, bila dibandingkan dengan ukurannya. Baik pizza maupun warm chocolate masing @ Rp 60.00 serta sup Rp 32.500, sehingga total kita membayar Rp 200.187, dengan catatan kurang kenyang. Kesimpulan yang kudapat adalah : makanannya enak dan lezat, tapi sepertinya banyak memakai bahan-bahan import sehingga harga menjadi mahal. Andaikata memakai bahan-bahan lokal mungkin harganya bisa ditekan, apalagi resepnya memang sudah oke, pasti makanannya tetap enak kok. Juga akan lebih baik sih, ukurannya diperbesar sedikit, biar ngak sekedar numpang lewat di tenggorokan, he..he..he..dasar melayu.