Monday, December 30, 2013

KULINER BANDUNG DALAM 2 HARI

Sudah lama sekali kami tidak ke Bandung. Kemacetan dan peraturan 4 in 1 adalah salah satu alasan yang membuat kami malas kesana. Tapi karena kantor suami ku mengadakan acara Outing, maka kami memutuskan untuk memperpanjang 1 hari untuk melihat-lihat perkembangan terakhir kota Bandung. Dari hasil perjalanan singkat kami, saya hadirkan 3 review yang menarik. Selamat menikmati.

BAKSO SOUN & MIE AYAM “LODAYA” (**)









Nama “Lodaya” itu karena tempat makan ini pertama didirikan di Jl. Lodaya. Tapi sekarang sudah pindah ke Jl. Veteran no 3 Bandung, telpon 022 4231145. Jangan sampai tertipu oleh namanya dan pergi ke Jl. Lodaya karena bekas lokasi lama sudah ditempati rumah makan serupa. Hal ini dialami oleh suami saya yang ngotot mau makan di Jl. Lodaya. Tapi saya berusaha meyakinkan suami bahwa rumah makan yang asli sudah pindah ke Jl. Veteran. Kebetulan saya sempat browsing, dan terlihat rumah makan penggantinya juga sepi pengunjung. Untunglah ada kertas pengumuman yang menempel dipagar, yang menyatakan pindah ke Jl.Veteran, sehingga suami pun yakin dan segera memutar balik kendaraannya.

Setibanya disana, jelas sekali terlihat perbedaanya yaitu tempat parkir dipenuhi kendaraan dan terlihat jelas para pengunjung memenuhi meja-meja di ruang outdoor rumah makan ini, padahal waktu sudah menunjukkan pk 15 sore. Saya pun turun duluan untuk mencari tempat, sementara suami mencari tempat parkir. Saya mendapat tempat didalam ruangan, dimana meja kami berada dibelakang area tempat meracik makanan dan minuman.

Menunya hanya 2 yaitu baso daging / urat sudah termasuk soun, dan mi ayam.  Pelengkapnya adalah tetelan, pangsit datar, tahu kotak serta kriuk-kriuk. Untuk pemilihan menu saya serahkan sepenuhnya kepada suami sehingga dia memesan 1 porsi baso campur daging & urat, 1 porsi mi ayam, tambah tetelan dan kriuk-kriuk. Ada 2 macam dessert yang disediakan disini yaitu “es selalu” yaitu es selalu dipesan (DP) dan es selalu dikenang (DK). Hahaha lucunya. DP berisi kolang kaling, kelapa muda, nangka, tape, roti tawar, santan dengan pilihan sirup : hijau, merah, putih, gula pasir. Kalau DK berisi berbagai macam manisan, gula merah, santan. Pilihan kami kami adalah DP sirup hijau dan es jeruk.

Sambil menunggu pesanan datang, saya sibuk mengambil foto-foto baso yang sedang diracik dan kriuk-kriuk yang sedang digoreng. Para pengunjung juga dihibur dengan alunan musik yang berasal dari speaker, dimana saat itu sedang diputar rekaman lagu jadul banget. Sepertinya lagu-lagu itu berasal dari jaman tahun 40-50an ketika masih dijajah Belanda. Bangunan rumah makan ini juga berasal dari rumah tempo dulu yang masih mempertahankan bangunan aslinya.

Nah itu dia pesanan kami datang, semangkuk baso campur ditambah irisan tahu goreng, potongan daging dan soun. Kuahnya berwarna keruh khas kaldu dengan taburan bawang dan sedikit berminyak. Ketika dimakan memang terbukti baso & kuahnya terbuat dari daging sapi asli. Sounnya juga beda, lembut, tidak hancur, yang pasti lebih enak dari penjual baso lainnya.

Nah kalau mi ayamnya sudah dicampur kuah, penyajian khas kota Bandung. Bakmi nya agak tebal, tidak keriting dan empuk, diberi potongan daging ayam dan jamur dengan jumlah cukup royal, dengan bumbu berwarna kecoklatan, plus daun sawi. Pelengkap yang kami pesan adalah tetelan yaitu potongan daging sapi yang bercampur dengan urat dan lemak, serta kriuk-kriuk yaitu bakmi yang digoreng kering seperti ifumi. Rasanya mirip chesse stick tanpa keju, renyah dan enak.

Makan mi dan baso tidak lengkap tanpa sambal. Sambal yang tersaji disetiap meja, dasyat rasa pedasnya. Setiap suapan menghasilkan cucuran keringat yang semakin membasahi tubuh. Situasi ini paling pas bila didinginkan dengan es DP. Tertulis di daftar menu, es DP rasanya ringan dan segar. Memang terbukti seperti itu. Walaupun isinya cuma sedikit alias ringan, tapi es serutnya banyak alias segar. Es dengan citarasa leci ini sungguh tidak mengecewakan.



Makan makanan bercitarasa lezat tidak perlu membuat kantong bolong. Disini mi ayam dan baso dihargai @Rp 14.000, tetelan Rp 3.000, kriuk-kriuk Rp 4.500, es DP Rp 8.000 dan es jeruk Rp 9.000. Baso soun dan mi ayam Lodaya ini memang pantas menjadi tujuan kuliner kota Bandung karena rasanya yang authentic. 


FLOATING MARKET LEMBANG (***)



















Dalam acara outing kantor suami saya, kami diberi fasilitas menginap di hotel dikawasan Ciumbuleuit. Karena kami memperpanjang masa menginap tambah semalam lagi, maka keesokan harinya kami mulai menjelajahi daerah-daerah yang jarang kami lewati. Tujuan pertama kami adalah wilayah Punclut yang terkenal setiap hari minggu pagi dipenuhi oleh para wisatawan yang berjalanan kaki disepanjang jalan Punclut yang menanjak. Sambil berolahraga, menikmati segarnya udara pegunungan dan menikmati pemandangan kota Bandung yang indah dari atas, serta ditemani oleh para pedagang terutama pedagang makanan disepanjang jalan. Tapi karena hari itu adalah hari Selasa, maka jalanan terlihat sepi oleh pengunjung yang berjalan kaki. Disepanjang jalan Punclut berderet aneka warung dan rumah makan khas Sunda. Kami melaju terus di rute yang berkelok-kelok dengan kondisi jalan yang jauh dari mulus.

Ternyata rute ini tembus ke daerah Lembang. Didaerah dekat pasar Lembang kami melihat sebuah petunjuk arah ke Floating Market Lembang. Aah saya baru teringat cerita teman saya yang berkunjung ke pasar apung Lembang. Jadi ini toh tempatnya. Segera saya ajak suami untuk mengunjungi tempat ini. Dia pun sama antusiasnya dan penasaran seperti saya.

Dijalan masuk kami dikenakan biaya Rp 10.000 / orang dan Rp 5.000 untuk parkir kendaraan. Kemudian kami parkir kendaraan dan berjalan menuju sebuah bangunan kayu berbentuk rumah joglo, yang merupakan pintu gerbang wisata pasar apung ini. Wow kami terhenyak melihat pemandangan didepan kami. Rupanya pasar apung ini adalah sebuah danau yang luas, dimana disekeliling danau dibangun aneka taman yang indah dengan saung-saung tempat istirahat, lalu ada toko oleh-oleh, toko mainan anak, restaurant, FO, dll yang semuanya menempati bangunan kayu berbentuk joglo. Selain itu ada arena permainan, kebun strawberry, taman kelinci, taman batu, wahana air, dan yang paling utama adalah pasar apung, yaitu aneka penjual makanan diatas kapal yang diparkir rapi disepanjang danau. Pengunjung yang ingin menikmati makanan disini harus membeli koin dulu sebagai alat pembayaran dipasar apung.

Kami berjalan pelan menyusuri para pedagang makanan tsb, semakin lama semakin sulit kami menentukan makanan apa yang akan kami beli. Beraneka ragam jajanan ada disini. Jajanan tradisional seperti gorengan tahu, cireng, mendoan, cimol, jagung, surabi, cakwe, tutut alias keong sawah, seblak, ceker seuhah, jamur crispy, batagor, siomay, lotek, pisang bakar, ketan bakar, colenak, tape ulen, combro, misro, bacang, otak-otak, ronde, singkong keju, kerak telor, duren bakar, dll. Jangan salah, jajanan modern pun ada seperti dimsum, potato twist alias kentang ulir, pao alias bakpau, kebab, risol, takoyaki, sate baso, dll. Lalu kalau mau pilih yang lebih kenyang ada sate plus lontong, kupat tahu, empal gentong & mi jawa.

Berdasarkan pengamatan kami, banyak pengunjung yang membeli cakwe. Jadi kami pun turut membeli cakwe, ditambah gorengan dan cireng, kesukaan suami saya. Masih ada sisa koin 10.000 lagi yang harus dihabiskan karena tidak ada sistem refund. Saya putuskan untuk membeli sekantong jamur crispy. Sebenarnya saya lebih tertarik dengan kentang ulir yang banyak dipilih pengunjung juga, tapi apa daya perut saya sudah penuh tidak bisa menampung lagi. Parahnya lagi hari itu adalah hari kejepit sebelum Natal. Maka banyak sekali wisatawan yang berkunjung dan makan disini sehingga kami tidak kebagian kursi. Akhirnya kami nekat duduk diatas sebuah meja, hahaha. Kebetulan semua meja & kursi bentuknya kecil dan rendah seperti meja kursi anak TK.

Setelah kekenyangan, kami berjalan-jalan sambil menurunkan beban diperut, melihat-lihat keindahan pemandangan, melihat lomba perahu dayung, serta sibuk berfoto ria. Indahnya hari ini.


KEDAI NYONYA RUMAH (**)










Malam-malam dikota Bandung, hawa yang semakin dingin dan gerimis yang semakin deras, semakin membuat perut kami keroncongan. Setelah menyusuri jalanan kota Bandung cukup lama, akhirnya suami memutuskan untuk makan malam di Kedai Nyonya Rumah di Jl. Naripan no 92C. Saya bilang sama suami bahwa “perasaan dulu kita sudah pernah makan di Kedai Nyonya Rumah, tapi bukan di jalan ini”. Suami saya bilang kalau resto ini memang punya cabang di Jl. Trunojoyo. Oh baru paham saya.

Ketika masuk tempat ini, saya bingung, dimana tempat makannya, karena hanya ada rak kaca tempat mendisplay kue-kue yang dijual, persis toko kue biasa. Saya bertanya kepada seorang pelayan, bahwa kami mau makan untuk 2 orang. Dia bilang “masuk saja kedalam bu”. Oh rupanya area tempat makan berada dihalaman belakang, dimana ada sebuah halaman dengan kolam ikan dan meja makannya terletak diteras belakang disekeliling taman tsb.

Buku menu yang diberikan cukup tebal dan berat. Dihalaman pertama tertulis menu spesial yaitu Java steak, Hawaiian bbq steak, nasi garang asam iga, nasi iga sapi bakar, kakap steak with pineapple sauce & Deense schnitzel. Selanjutnya ada 2 kategori masakan yaitu masakan Indonesia & Eropa. Suami saya tertarik dengan nasi garang asam dan saya memesan beef cordon bleu karena biasanya kan chicken cordon bleu, kalau beef cordon bleu saya belum pernah mencobanya. Untuk minumannya suami memesan es tape kelapa muda dan saya hot chocolate. Ketara sekali ya, suami vs saya adalah masakan Indonesia vs masakan Eropa, pasti.

Malam itu pengunjung cukup ramai. Pesanan kami tiba dalam rentang waktu normal. Pertama adalah garang asam yang disajikan diatas piring aluminium yang diletakan diatas sebuah tunggu kecil dengan api, untuk menjaga masakan tetap panas. Daging iga yang disajikan cukup banyak, ditambah buncis dan potongan tomat hijau, dengan kuah encer berwarna coklat. Persepsi suami saya salah total, karena dalam bayangannya adalah daging dengan belimbing wuluh, diberi kuah santan dan dibungkus daun pisang. Jangan salah, walaupun garam asam berasal dari Jawa Tengah, tapi tiap daerah memiliki versi cara memasak yang berbeda-beda.

Disini garang asam terasa manis dan segar yang berasal dari kecap, tomat hijau dan jeruk limau. Dagingnya banyak dan empuk, sangat memuaskan perut. Kemudian beef cordon bleu adalah daging has yang berisi keju dan smoke beef didalamnya, lalu dibalut tepung panir dan digoreng hingga berwarna coklat. Disajikan bersama jagung, brokoli, ketimun, telur rebus, mayones, kentang goreng. Daging walau terlihat kecil, tapi tebal loh. Isian keju dan smoke beefnya sih sedikit, tapi dagingnya tebal dan banyak. Saya sampai kekenyangan. Setelah makan menghirup hot chocolate memang nikmat, diatasnya diberi sebuah marshmallow (yang segera saya singkirkan).

Kesimpulan sajian disini enak dan bercitarasa otentik yaitu seperti masakan tempo dulu. Kemudian baru saya sadari, ketika saya selesai makan dan berjalan keluar, saya melihat sebuah gambar yang dipigura yaitu gambar 2 buah sampul buku resep jaman dulu berjudul “Pandai Masak”. Saya ingat betul buku masak ini dimiliki oleh nenek saya dan diwariskan ke ibu saya. Rupanya resto ini didirikan oleh sang penulis resep ibu Julie Sutarjana. Pantesan gaya masakannya sama seperti masakan nenek saya.


Selain enak dan otentik, harga masakan disini tidak terlalu mahal yaitu garam asam Rp 45.000, Beef cordon bleu Rp 53.500, es tape kelapa muda Rp 18.000, fresh orange juice Rp 18.500, hot chocolate Rp 16.000. Beda jauh dengan harga makanan di cafe-cafe Jakarta. Kedai Nyonya Rumah memang pantas menjadi tujuan wisata kuliner kota bandung.

Monday, December 09, 2013

“Rima, nasi mandinya enak” (***)




Itu bunyi bbm ku ke Rima, temen satu grup ku, ketika kami pergi haji tahun 2013 ini. Jadi ceritanya, minggu lalu kami mengadakan reuni untuk alumni grup naik haji. Nah salah satu menu makan siang kami adalah nasi mandi dari resto Abunawas yang terletak di jl Kemang Utara no 15, JakSel. Rupanya itu milik bapaknya Rima, yang mendirikan resto ini sejak 13 tahun yang lalu.

Tak sabar rasanya ingin mencicipi masakan ini. Karna terus terang saya belum pernah makan masakan khas arab, apalagi mengunjungi resto masakan arab. Saya takut mencoba masakan arab disebuah resto, karena apabila ternyata saya tidak doyan, wah bakalan panik saya.

Tapi siang itu penampilan nasi mandi begitu mempesona, yaitu sebuah baki aluminium yang bulat dan besar, berisi nasi yang berwarna kekuningan yang berasal dari bumbu-bumbu, lalu diatas nasi ditaruh potongan-potongan daging kambing beserta tulangnya, serta diberi garnish potongan wortel, tomat, ketimun dan daun peterselly.

Sebenarnya tatacara makan nasi mandi adalah hidangan diletakkan dilantai, lalu kita makan bersama-sama tanpa sendok garpu, melainkan dengan jari tangan sesuai sunnah Rasul. Tetapi saat itu hidangan diletakkan diatas meja prasmanan dan disediakan peralatan makan seperti biasa.

Saya mulai menyendok dan memindahkan hidangan keatas piring saya. Terlihat bulir-bulir nasi yang berbentuk langsing dan panjang. Disela-sela nasi terlihat taburan kacang mede dan kismis. Juga beberapa macam bumbu seperti cengkeh dan kapulaga. Hmm pantas hidangan ini beraroma wangi mengundang selera. Untuk dagingnya saya memilih potongan paha kambing yang terlihat menggoda. Selain nasi mandi, disediakan pula samosa dan puding karamel. Tentu saya segera mengambilnya.

Ternyata hidangan ini enak sekali, nasinya pulen dan tidak berminyak. Walaupun berbumbu dan beraroma wangi tapi rasanya bersahabat dilidah serta lezat. Tidak ada rasa yang aneh atau bikin eneg. Sangat berbeda dengan hidangan nasi kebuli yang selama ini saya kenal. Kemudian daging kambingnya, wow super empuk dan tidak berbau. Rupanya kata Rima, daging berasal dari 1 ekor domba import, sehingga harga 1 baki nasi mandi dan sudah termasuk samosa adalah Rp 1.800.000. Cukuplah untuk sekitar 30 orang.

Nah samosanya itu enak sekali, yaitu gorengan berbentuk segitiga yang isinya padat dengan daging cincang. Terakhir puding karamel yang disajikan agak unik, yaitu sirup karamelnya disajikan terpisah dengan pudingnya. Jadi puding sajikan didalam mangkuk, lalu dibuka tutup aluminium foilnya, lalu kusiram dengan sirup karamel yang cair. Hmm penutup yang sempurna.

Untung Rima bawa brosurnya, jadi bisa kubawa untuk tambahan informasi. Jangan khawatir, kalau mau makan direstonya, tersedia kok ukuran 1 porsi untuk 1 orang. Kebetulan resto ini juga menyediakan jasa pesan antar. Jadi kepengen DO untuk dimakan bersama keluarga saya...

Wednesday, August 21, 2013

OCHA menyajikan menu andalan Ramen level 5 (**)



 














Saya cari-cari di Google, belum ada yang mereview restorant Ocha, Ramen & Japanese fusion, Jl. Adiaksa 9 no 6 Jakarta Selatan, telpon 021 751 4364. Memang resto ini belum lama berdiri, baru beberapa bulan. Saya juga tau secara tidak sengaja, berhubung rumah mertua saya ada di Cinere dan sering melewati jalan Adiaksa ini. Resto ini terletak persis disamping resto CJ Tom Yum yang lebih dulu terkenal. Walaupun begitu, beberapa kali saya lewati, resto Ocha ini juga terlihat penuh parkirannya. Hmm bikin penasaran kan. 
Jadi disuatu minggu siang sehabis pulang dari rumah mertua, kami mampir untuk makan siang disini. Bentuk bangunan tidak banyak merubah bangunan sebelumnya yaitu sebuah rumah tinggal. Interiornya sederhana, tersedia juga private room serta ada taman kecil dibagian belakang resto.
Menu andalannya tentulah Ramen. Suami saya langsung memesan spicy ramen beef, gara-gara dikasi tau waitress nya bahwa tersedia ramen level 5 untuk rasa paling pedas. Selain ramen banyak juga menu lainnya seperti udon, tempura, curry & rice, seafood and menu ala carte serta bento. Tersedia juga appertizer, salad dan vegetable. Kalau saya lebih memilih bento dengan alasan perut lapar cocok nih di isi menu nasi box yang lauknya banyak jenisnya. Pilihan saya jatuh kepada salmon bento yang berisi nasi, grilled salmon, ebi fry, salmon kooroke alias kroket salmon, salad serta miso sup. Hmm lengkap kan.
Tak berapa lama si ramen datang dengan kuah merah membara, dan topping irisan daging, jamur kuping, toge, sayuran hijau dan daun bawang. Lady first, saya cicipi dulu dong. Huah pedesnya nyelekit. Walaupun cuma mencicipi sedikit, rasa pedasnya bertahan lama di bibir. Segelas ocha hangat pesenan ku langsung habis ku teguk, untunglah saya pesan minuman refill. Tapi komentar suami saya, “ah biasa aja tuh, ngga begitu pedes”, huh suka gengsi dia. Entah karena kepedesan atau memang lapar, ramen segera ludes dan pindah ke perut dengan cepat. Tapi pesanan saya masih belum datang.
Akhirnya suami saya memesan horenzo butter dan shrimp pan untuk mengimbangi saya yang belum makan. Ternyata pesanan suami saya datang lebih dulu dari pada bento saya. Saya langsung mencicipi tumis daun horenzo yang lembut dan bertaburan wijen, rasanya gurih karena pemakaian butter, hmm enaknya. Kemudian shrimp pan adalah 3 ekor udang pacet yang dibakar dengan bumbu sedikit manis, seperti bumbu teriyaki. Hmm ini enak juga, udangnya segar dan tebal dagingnya.
Setelah bolak balik bertanya dan menegur waitress, akhirnya datang juga pesanan saya. Bento yang berisi sepotong salmon ini, dibakar dengan bumbu teriyaki yang sedikit pekat. Porsi nasi putihnya sedikit banget, tapi pas sih dengan ukuran perut saya. Kemudian sebuah kroket salmon, 2 ekor ebi fry alias udang goreng tepung panir, salad dan semangkuk miso sup, semua sajian ini pas rasanya, enak dan tidak mengecewakan.
Kesimpulan semua makanannya enak, tapi harus diperbaiki kecepatan masak bentonya. Harganya masih dikenakan opening discount sebesar 20%. Harga makanan sebelum discount adalah ramen Rp 49.000, bento Rp 68.000, horenzo Rp 27.000, udang Rp 39.000, ocha Rp 10.000 dan jus kiwi Rp 22.000. Suatu saat, kalau sudah agak lama, bolehlah kami kembali lagi kesini. Mudah-mudahan kokinya sudah lihay dan cepat cara masaknya.

Monday, August 19, 2013

Rati Rati, bakery yang menyajikan bolu gulung ala Jepang (***)


















Sebagai penulis blog kuliner, saya pasti tau dong berita-berita kuliner terbaru, terutama ketika ada tempat atau trend kuliner terbaru yang menarik untuk dicicipi. Begitu pula ketika saya mendengar berita mengenai pembukaan bakery baru diwilayah Pantai Indah Kapuk yang menyajikan Roll cake atau bolu gulung ala Jepang. Sayangnya tempat yang begitu jauh dari kediaman saya, membuat saya sulit mencari kesempatan untuk mengunjungi tempat ini. Setahun lebih telah berlalu, ketika minggu lalu secara tidak disengaja kami berkunjung ke daerah PIK. Saya langsung teringat akan tempat ini, dan langsung membujuk suami untuk mampir. Segera saya searching google untuk mencari alamatnya yaitu di Rukan Cordoba blok G no 5, Jl Marina Indah Raya, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara, telpon 021 5694 5804. Nah setelah kami berjalan pelan-pelan meneliti jejeran ruko yang mayoritas menjual aneka ragam kuliner, akhirnya ketemu juga Bakery Rati-Rati ini tidak jauh dari resto Leko.
Dari depan tempat ini terlihat menarik dengan interior didominasi warna putih dengan sentuhan warna orange. Apalagi ketika memasuki ruangan indoor, pemandangan dari display aneka cake sungguh indah, menarik dan menggiurkan, membuat lapar mata dan pusing menentukan pilihan. Jalan satu-satunya adalah bertanya kepada waitress, cake yang mana yang menjadi andalan.
Macha roll yang menjadi best seller menjadi pilihanku, sayangnya ice green tea nya sudah habis dan hanya tersisa strawberry ice cream. Karena waktu kami berkunjung memang sudah malam dan hari Minggu pula. Suami saya langsung tertarik dengan choux cream alias kue sus. Ketika kami duduk dan melihat buku menu, suami saya berubah pikiran untuk mengganti pesenan saya Macha roll menjadi Premium chocolate roll yang rupanya merupakan andalan bakery ini. Sayangnya lagi choux cream nya sudah habis. Ketika ditanyakan, rupanya semua kue didalam display itu hanya pajangan, tidak layak makan, karena suhu didalam rak display membuat kelembapan cake berkurang sehingga tekstur cake tidak selembut yang seharusnya. Akhirnya seporsi premium chocolate roll dengan strawberry ice cream ini kami nikmati berdua.
Tak salah kalau premium chocolate roll menjadi andalan. Dari penampilannya saja sudah paling keren dibandingkan cake roll lainnya. Yaitu bolu gulung berwarna coklat, dengan isian cream warna coklat muda ditengahnya, lalu diluarnya cake tertutup coklat cair, diberi garnish coklat dan taburan, disajikan bersama ice cream yang diberi taburan juga disekelilingnya. Tak sabar rasanya ingin menyuap cake ini. Baik cake maupun cream, rasanya begitu lembut dan ringan, tidak bikin eneg. Rasa dan aroma coklat begitu nikmat terasa, dan taburannya itu loh, berupa crepes yang dihancurkan sehingga kerenyahannya klop berpadu dengan cake yang lembut. Saya sebenarnya under estimated dengan ice cream strawberry, tapi ternyata rasa segar strawberry cocok berpadu dengan rasa coklat yang ringan.
Ketika kami asyik menikmati sajian ini, ada beberapa pengunjung yang datang hilir mudik dan membeli croissant untuk dibawa pulang. Kejadian ini tidak luput dari perhatian suami saya, yang segera memesan sepotong croissant. Croissant ini bentuknya tidak terlalu besar, kosong tidak ada isinya, rasanya sedikit manis diluarnya, tapi teksturnya lembut dan aromanya itu loh, wangi. Suami saya langsung jatuh cinta, dia bilang ini adalah croissant terenak yang pernah dia makan, sehingga dia memesan sepotong lagi, serta membungkus corissant untuk oleh-oleh orangtua kami. Setelah ditanyakan, ternyata croissant tsb merupakan best seller juga disini.
Kesimpulan kunjungan kami kesini sangat memuaskan dari segi kelezatan makanannya dan keindahan display kue dan interiornya. Untuk harganya, chocolate roll Rp 40.000 dan croissant Rp 5.000 serta minumannya baik orange dan strawberry juice @ Rp 24.000. Terus saya juga sempat menanyakan kehalalan cake ini, yang katanya dijamin halal, dengan bahan-bahan import sehingga menghasilkan kue yang lembut dan berkualitas. Jadi sudah pasti, bila kami berkunjung kembali ke daerah PIK, kami pasti akan kembali untuk mencicipi aneka jenis cake lainnya.