Wednesday, September 09, 2015

Uji nyali di Ayam Taliwang Rinjani (**)










Ketika kami pergi kedaerah Pesanggrahan, suami ku teringat pernah diajak makan oleh temannya disana. Tempat makan tsb adalah Ayam Taliwang Onik Rinjani, Jl. Pesanggrahan Raya no. 50 Jakarta Barat. Kebetulan nih, kami jadi makan siang disana.


Tempat makannya sederhana, berupa bangunan permanen yang bagian depannya terbuka, kursinya pun plastik. Dapurnya ada didepan, jadi membakar ayam / ikan dilakukan dipinggir jalan. Disampingnya ada sebuah etalase untuk memajang ayam yang sudah matang, siap dibakar.

Kami duduk dan ingin melihat daftar menunya terlebih dahulu. Selembar kertas diberikan kepada kami. Menunya berupa ayam 1 ekor, bakar / goreng, plecingan / tidak, ikan gurame / bawal, bakar / goreng, plecing kangkung, beberok terong, terong bakar, menu paket nasi plus lauk dan sayur, sambal plecingan, terasi & tomat, tahu & tempe serta krupuk. Minumannya jus, teh, kopi, minuman kaleng & botol.

Saya memesan ayam taliwang tidak pedas, suami saya memesan yang super pedas, tak lupa plecing kangkung serta tahu tempe sebagai pendamping. Ketika ayam taliwang super pedas datang, kami kaget bukan kepalang. Satu ekor ayam bakar, diatasnya dilumuri sambal plecingan banyaaak banget, sambal cabe merah yang penuh dengan bijinya. Saya tidak berani menyentuh. 

Suami saya mulai mencicipinya. Baru berapa menit dia sudah menyuruh saya menyingkirkan sambal dari atas ayam. Tak lama kemudian dia bilang “aku makan ayam mu saja deh” sambil menyingkirkan ayam dia. Dua orang pelayan yang sedang duduk didekat meja kasir langsung tertawa melihat kejadian itu. Muka pucat pasi, sekujur tubuh basah mulai dari ujung kepala, membuat suami saya menjadi tontonan pengunjung lainnya. “Kalau ada yang bisa makan sambal ini, dia pasti juara se DKI Jakarta deh” ujar suami saya.

Ayam saya menjadi penyelamat. Ayam bakar dengan tingkat kegosongan yang pas, jadi tidak ada jejak rasa pahit. Daging ayam terasa agak manis, bumbu meresap sempurna, tekstur agak liat khas ayam kampung. Ayam disajikan bersama 2 jenis saus yang berwarna kecoklatan dan kekuningan. Yang kecoklatan kami lebih suka karena rasanya lebih manis, yang kekuningan lebih gurih dan lebih pedas.

Plecing kangkungnya seger banget, sayurannya fresh dengan bumbu yang mantap, untung rasanya pedas biasa. Isinya kangkung dan kacang panjang yang tertutup sambal tomat, lalu toge, kacang tanah goreng rasa asin, ketimun dan jeruk sambal.

Karena merasa sayang ayam tsb tidak termakan atau takut dibuang, maka saya minta pelayannya mencuci ayam tsb, menghilangkan sambalnya, lalu dibakar / digoreng lagi terserah dia, lalu dibungkus dan dibawa pulang, daripada mubajir. Seumur hidup baru ku melihat suami menyerah pada sambal. Tiga gelas minuman dingin dia habiskan sendiri. Bahkan dia mengeluh tangannya terasa panas sampai lama.

Selama ini kami makan ayam taliwang di Taliwang bersaudara Jl. Panglima Polim dan Ayam Taliwang di Ps Modern BSD. Ketiga tempat ayam taliwang ini semuanya enak tapi hati saya belum bisa pindah dari Taliwang bersaudara Pangpol karena rasanya lebih nasional.

Harga ayam beda tipis dengan yang lain yaitu ayam bakar plecing Rp 41.000 dan ayam bakar biasa Rp 36.000, tapi menu lainnya tergolong lebih murah yaitu plecing kangkung Rp 12.000, tahu tempe Rp 8.000, nasi Rp 6.000, krupuk Rp 1.500, es jeruk Rp 9.000 dan es teh manis Rp 5.000.


Buat yang ingin uji nyali saya sarankan wajib coba sambal plecingan super pedas. Tapi memang ngga sayang sama ususnya ? Saya jadi penasaran, apa ada orang yang berhasil menghabiskan sambal plecingan tsb ? 

No comments: