Friday, September 18, 2015

Kuliner Bandung : Suis Butcher, Dakken, Eastern

Suis Butcher setelah 30 th berlalu (**)





“Kita makan siang di Suis Butcher yuk”, ajak suamiku begitu sampai di kota Bandung. Nah pasti dia tergiur iming-iming cerita neng Egha, karena si eneng kalo lagi ngumpul bareng sama gengnya selalu makan disini. “Ngga bisa pindah ke lain hati” kata si eneng, “makanannya steak, enak dan mewah, porsinya besar dan harganya murah” lanjutnya. Ya udah yuk kita coba. Kami pun segera meluncur ke Jl. RE Martadinata no. 201.


Resto ini terletak dipinggir jalan yang strategis, merupakan kawasan wisata belanja dan kuliner. Menempati sebuah bangunan kuno model rumah tempo dulu khas Bandung yang artistik yaitu teras depan utama berbentuk bulat dan ditopang oleh pilar-pilar. Pengunjung bebas memilih tempat makan dihalaman yang telah dinaungin tenda, atau diteras samping atau diruang dalam.

Kami tiba Jumat siang menjelang sore, saat itu pengunjung tidak terlalu banyak dan kami memilih makan didalam ruangan. Didalam daftar menu tertera berbagai jenis menu pembuka salad dan sup, menu utama grill steak dan suis specialties seperti cordon bleu, schnitzel, bratwurst, kiev, gorbachev, stroganoff dan maryland. Ada juga burger, pasta dan makanan ringan. Minumannya ada jus, float, yogurt, milkshake, tea & coffee serta soft drink. Tersedia juga dessert cake dan ice cream.

Suami saya sang karnivora memilih T-Bone steak dan saya tentu makan sehat salmon. Minumannya kami memesan lychee mojito dan strawberry jus, tak lupa kami pesan mushroom sup sebagai pembuka selera makan.

Sepulang dari toilet, saya mendapati sebotol besar air putih dengan 2 buah gelas plastik diatas meja. “Ini free kok bu” ketika saya heran dan menanyakan kepada waitress nya. Wow baik banget ya resto ini. Tak berapa lama minuman pesanan kami pun datang bersama mushroom sup nya. Lychee mojito pesanan suami adalah minuman bersoda tak berwarna yang diberi buah leci dan jeruk nipis, hmm kebayang deh, rasanya asem-asem semriwing. Kalau jus strawberry pesanan saya, rasanya mantap dengan kekentalan yang pas dan ngenyangin.

Lalu mushroom sup nya menurut saya kurang gurih dan kurang creamy, andaikata lebih gurih dan creamy pasti rasanya bakal lebih enak dan mantap, padahal porsi sup dan kekentalan jamur dalam sup sudah pas banget, yah sayang sekali.

Kemudian datang pesanan saya salmon darne yaitu salmon ukuran besar dan lebar tapi dipotong tipis sekitar 1 cm lebih lah lalu digoreng. Hasilnya salmon menjadi garing diluar tapi tetap lembut dan lembab didalamnya, rasanya enak dan tidak amis. Salmon disajikan bersama 2 potong kentang bentuk segitiga dan salad.

Pesanan suami lebih mantap lagi, T-bone steak ukuran lebar, disajikan bersama kentang goreng, salad dan saus black pepper yang terpisah. Rasa steaknya enak, apalagi kalau dicocol dengan saus black pepper, dagingnya empuk dengan lemak dipinggirannya.

Tapi ada yang kurang berkenan di hati kami yaitu saladnya, padahal porsinya cukup banyak tapi saus thousand island nya itu royal banget, akibatnya salad menjadi basah dan kurang nyaman dimakan.

Semua makanan disajikan diatas mangkok / piring lebar keramik coklat dengan tulisan “suis” timbul. Keunggulan disini adalah cara penyajian steak yang dipotong lebar tapi tipis, dengan sajian pendamping yang royal sehingga istilahnya murmer enak bikin kenyang.

Kesimpulan semua yang dipromosikan neng Egha terbukti sudah. Harganya saja sangat terjangkau untuk ukuran steak mantap seperti ini. Harga T-bone steak Rp 72.500, salmon Rp 57.500, mushroom sup Rp 19.000, lychee mojito Rp 18.500 dan strawberry jus Rp 16.500. Saya lihat sebuah brosur bulat tergantung dekat pintu, tulisannya “30 th anniversary Suis Butcher 1984-2014”. Lah sudah 30 tahun berlalu, baru kali ini kami makan disini, kemana saja sih *sambil geleng-geleng kepala.

Cemal cemil di Dakken (***)








Gara-gara makan siang kesorean, jadinya saat makan malam tiba perut masih terasa penuh. Tapi kalau ngga makan kasian neng Egha yang sudah cape dan haus menemani ku mencari hotel, dimana saat itu Bandung sedang ramai oleh acara dan pendatang dari luar kota seperti saya.

Saya kebagian hotel di Jl. RE Martadinata. Setelah selesai check in kami jalan kaki menuju Dakken cafe yang jaraknya hanya beberapa meter dari hotel, tepatnya di Jl. RE Martadinata no. 67.  Saya sering mendengar nama cafe ini tapi belum pernah melihat wujudnya. Ketika sampai saya baru sadar bahwa saya sering melewati tempat ini tapi ngga ngeh kalau bangunan ini adalah sebuah cafe bukan rumah penduduk. Pasalnya nama Dakken ukurannya cukup kecil, terbuat dari kayu dan terukir disebuah papan kayu, ya kurang jelas terlihat lah.

Bangunannya berupa rumah tempo dulu khas Bandung yang artistik, bentuknya unik yaitu seperti ada 3 bangunan yang bersatu. Bangunan paling kanan bentuknya menonjol kedepan berupa setengah lingkaran khas rumah tua Bandung, bangunan utama yang berada ditengah memiliki pintu masuk yang melewati teras dengan pilar-pilar, kemudian bangunan disamping kiri berbentuk menara seperti castle.

Sesampainya didalam, rupanya bangunan ini cukup luas juga ya. Ruang dalamnya terbagi menjadi kamar-kamar selaku private room dengan dekorasi yang berbeda-beda, unik dan indah. Kami menuju halaman belakang yang terdiri dari teras dan gazebo dan kami kebagian duduk diteras belakang dengan sofa bambu.

Sampul buku menu berwarna tembaga dengan nama Dakken dan sketsa bentuk bangunan cafe tsb. Isinya sebagai berikut : appertizer, soup, salad, steak & chicken, seafood, pasta, pie, asian & rice, cake & desserts, minuman coffe, tea, jus, yougurt, smoothies, mocktails, chocolate, milk shake dan soft drink.

Karena saya masih kenyang, saya pesan mushroom fritters dan dark chocolate tendress cake, untuk dimakan berdua loh. Egha memesan burger americano dan minuman dark chocolate iced cino, sedangkan saya pesan lychee smoothie.

Dark chocolate tendress cake itu rupanya bukan dark chocolate cake seperti bayangan ku melainkan almond cake bentuk bunga yang tengahnya berisi dark chocolate ganache (coklat cair), disajikan bersama es krim vanila. Garnish nya berupa cincangan white chocolate disekeliling bawah cake, lalu kucuran dark & white chocolate diatas cake dan chocolate spiral diatas es krim. Sebagai penggemar chocolate cake, kue ini tak kalah enak, kue terasa manis, legit dan lembab tapi tidak ada jejak rasa pahit dari dark chocolate.

Mushroom fritters adalah 8 buah jamur bulat utuh yang digoreng tepung panir dan disajikan bersama saus garlic cream. Rupanya jamur ini ketika digigit berisi keju mozzarella, sehingga keju meleleh keluar sampai mulur-mulur, waa sedapnya. Lalu minuman kami rasanya enak semua tapi dark chocolate iced cino rasanya kopi banget, kami terkecoh oleh namanya. Tak lupa saya cicipi burger americano nya. Roti disajikan terbuka, roti pertama diberi daun lettuce dan grill beef patty, roti kedua diberi 4 iris tomat, disajikan bersama kentang goreng.

Tak berapa lama suami saya menyusul. Beliau memesan corn & chicken soup dan minuman blackberry smoothie. Corn & chicken soup adalah sup krim jagung ayam. Penyajiannya cukup unik yaitu sup disajikan dalam mangkok yang tinggi, sehingga sup kelihatan sedikit, lalu diberi garnish kucuran krim dan sepotong roti yang diletakkan ditengah-tengah sup lalu ditindih sendok. Sup rasanya enak banget, gurih dan creamy, jagungnya mentul mentul, permukaan roti dilapisi keju melted dan rotinya empuk, tidak keras seperti crouton.

Harga disini kunilai cukup standard yaitu burger dan mushroom fritters @ Rp 35.000, sup dan cake @ Rp 20.000 dan minuman antara Rp 21.000-24.000. Suatu saat nanti saya harus balik lagi kesini untuk mencoba makanan utamanya, karena baru makan appertizer dan dessertnya saja sudah enak-enak begini. Suasana cafenya saja homey, bikin betah. Saat itu Jumat malam dan pengunjung penuh, bahkan banyak pengunjung yang terlihat bekerja disini, laptop dan kertas yang berserakan menjadi ciri-ciri mereka.

Maksi chinese food di Eastern IP (**)





Hari Sabtu kami pulang ke Jakarta setelah menonton Bandung air show. Makan siang dimana ya sebelum pulang tapi yang kearah masuk jalan Tol ? Neng Egha kembali memberi referensi, “makan di Eastern IP saja, halal kok, ku kenal dengan chef nya” kata si Neng. Kebetulan kami sedang berada di Jl. Pasirkaliki, langsung saja kami berbelok masuk ke Mall Istana Plaza.

Eastern ini letaknya strategis, dilantai dasar / GF no. B5-6. Ketika masuk rupanya Eastern ini adalah sebuah resto yang menyajikan chinese food, mirip sekali dengan Duck king kalau di Jakarta mah, menunya pun mirip. Resto ini spesialisnya menyajikan shark’s fin atau sirip ikan hiu.

Kami tidak mau makan terlalu banyak sehingga kami hanya memesan soun lada hitam dan pocai garlic. Untuk minumannya kami memesan blackcurrant tea, mix jus dan fresh orange. Menu disini ada ukurannya seperti baju yaitu S, M, L, tergantung banyaknya orang yang akan makan tengah, jadi kami cukup memesan ukuran S saja.

Saat weekend kebanyakan orang memesan dimsum, karena itu apabila ada pengunjung yang baru datang, gerobak dimsum langsung didorong menuju arah meja kami. Ada dua buah gerobak dimsum yaitu gerobak khusus dimsum steam dan dimsum goreng. Saya memilih dimsum goreng pangsit udang salad, dimana semua dimsum goreng otomatis diberi mayones sebagai cocolan pendamping.

Minuman mix jus pesanan saya berisi campuran jus semangka, melon dan jeruk, rasanya nendang banget, serasi, enak dan mengenyangkan. Kemudian kami makan nasi pakai pocai dan pangsit udang. Makan dimsum pake nasi, ndeso banget yah. Tumis sayur pocai ini enak dan empuk dengan taburan bawang putih cincang. Terakhir datanglah soun lada hitam. Pertama kami makan sih enak-enak saja, soun berwarna kecoklatan ditumis bersama potongan kol, bawang bombay, toge, telur orak arik dan suwiran ayam. Lama kelamaan kok after taste ada rasa kesat dilidah ya ? Menurut saya rasa ini berasal dari bumbu soun nya sehingga kami jadi kurang nyaman makannya.

Ketika menulis review saya baru sadar bahwa didalam bill tertera pesanan kami adalah soun seafood tapi ketika makan saya tidak menemukan sepotong seafood pun. Harga seporsi soun Rp 50.500, pocai Rp 40.000, pangsit udang Rp 17.800, nasi Rp 7.500, blackcurrant tea Rp 28.500, mix jus Rp 21.500, orange Rp 19.500 dan ice tea Rp 10.500.


Resto ini cocok untuk makan tengah bersama keluarga atau teman-teman karena porsinya besar dan pilihannya pun beragam. Tapi buat penggemar dimsum, makan di Eastern saat weekend adalah yang paling pas, dimsum sudah tersedia dari pagi dan banyak pula pilihannya.

No comments: