Thursday, April 16, 2015

Tanda tanya pada soto Pak Sholeh






Dalam rangka UGM Agro Expo 2015, kami pergi lagi ke Jogja dan menginap semalam. Siang hari setelah selesai acara dikampus, kami hendak makan siang. Suami saya sampai bertanya “boleh ngga makan soto pak Sholeh, aku kangen” Halah lebay banget sih, ya tentu boleh lah. Dulu kami pernah juga makan disini, tapi saya tidak ingat setitik pun bagaimana rasa soto pak Sholeh ini, artinya kunjungan yang dulu itu tidak menimbulkan kesan dihati saya. Jadi kami pun pergi ke Jl. Wiratama No 84 Tegalrejo.


Sampai disana rumah makan ini berupa bangunan seperti rumah khas Jawa dengan spanduk besar didepannya bertuliskan Soto pak Sholeh Al Barokah. Ketika masuk ruangan cukup luas dan blong tanpa penyekat, hanya ada beberapa tiang kayu  sebagai penyangga. Dindingnya berwarna hijau dan langit-langit terbuat dari anyaman berwarna coklat. Karena bagian depan terbuka, maka ruangan dipasang kipas angin. Saat itu pengunjung cukup ramai dan kami langsung duduk dimeja kursi kayu dibagian belakang.

Pelayan yang berseragam kaos hijau tampak gesit menanyakan pesanan. Didinding terpampang menu : soto Rp 12.000, daging dll Rp 13.000, sop buntut Rp 30.000, yang lainnya hanya emping, peyek dan menu minuman. Kami masing-masing memesan semangkok soto, nasi dipisah dan minuman es tape dan es jeruk. Disetiap meja makan tersedia sambal, telur asin, daging, tempe goreng, tahu bacem, jeruk nipis dan krupuk dalam kaleng blek. Makanan kami pun datang dengan cepat.


Mohon maaf sebelumnya, terus terang saya tidak mengerti, kenapa soto pak Sholeh yang terbilang legendaris ini dan dikangeni oleh suami saya, sangat terkenal. Padahal menurut saya biasa saja dan tidak ada keinginan saya untuk kembali lagi kesini. Semangkok soto kuah bening berisi irisan kol yang mengambang, toge, tetelan yang mengandung sedikit daging dengan jumlah tidak sampai lebih dari 5 potong dengan ukuran sekuku jari tangan, plus taburan seledri dan bawang goreng, rasanya biasa banget. Untung ada krupuk dan telur asin yang menolong saya agar bisa menelan nasi. Kuahnya sih memang enak, kaldu asli dengan bumbu minimalis, tapi apa artinya tanpa isi yang memadai. Yah maksud saya menulis review ini kan hanya sekedar berbagi pengalaman.

No comments: