Tuesday, December 02, 2014

Kuliner Bandung, Desember 2014

Berhubung suami saya ada dinas IPOC (Indonesia Palm Oil Conference) di Bandung, saya diajak ikut serta menginap tapi jalan-jalan sendiri, tidak ikut acara conference. Dengan alasan seperti itu maka kami menginap di hotel Anggrek yang berada di Riau Junction yaitu sebuah Mall di Jl. RE Martadinata yang isinya Toserba Yogya. Toserba ini meliputi supermarket, department store, foodcourt dan beberapa tempat makan.

Tempatnya strategis banget, deket ke tempat FO, dekat juga ke Jl. Merdeka, dekat ke Jl. Ir. H. Djuanda Dago, semua bisa ditempuh dengan berjalan kaki atau naik angkot sekali. Jadi walaupun saya ngga ada temen, saya bisa luntang lantung sendiri atau makan sendiri dengan nyaman. Nah ini dia beberapa review kuliner baru yang saya coba selama 3 hari di Bandung.

Menikmati Salmon steak dari Fatcow @ foodcourt Toserba Yogya Riau Junction (***)




Kamis, hari pertama, karena tidak ada teman, saya berniat mengexploitasi tempat makan di Riau Junction. Saat makan siang saya naik ke lantai 2 menuju Kedai Kopi Scooter. Tempatnya menjadi satu dengan department store Yogya sehingga area makannya cukup sempit dan hanya menyediakan beberapa meja makan saja. Ternyata kedai ini sudah ramai dan antri oleh pengunjung serta harus waiting list dulu. Wah saya tidak mau dan bergegas menuju foodcourt di lantai 3.

Disini tempatnya lebih nyaman, luas, tidak terlalu ramai dan makanannya itu loh lebih bervariasi. Saya tertarik dengan counter Fatcow, dengan patung sapi besar, gendut dan lucu didepannya. Ketika seorang anak kecil memencet tombol diperut patung tsb, berbunyi “wilejeung sumping”. Aha saya langsung menuju counter dan memesan steak salmon seharga Rp 49.900.

Ketika pesanan datang, penampilannya cukup menarik yaitu sepotong salmon yang di grill disiram saus creamy yang sudah ditumis dengan potongan kecil sayuran, disajikan bersama tumis daun horenzo dengan taburan wijen serta 3 potong kentang rebus yang dibumbui bawang putih. Rasanya oke, enak, salmon tidak amis, semua bumbunya cocok dilidah dan terasa gurihnya, sehingga sajian ini saya habiskan sampai tandas.

Sambil makan saya memperhatikan keadaan sekitar, terlihat banyak counter makanan yang mengundang selera seperti batagor abuy, mi naripan, lotek, krupuk sambal, lontong kari, dan masih banyak lagi. Tempat ini memang cocok untuk wiskul dan nongrong sendirian, lama-lama, kaya saya.

Nongkrong di Kedai Kopi Scooter Riau Junction (*)





Karena tadi siang gagal makan disini, saya masih penasaran karena kedai ini sejak pagi sudah ramai oleh orang sarapan sampai makan siang. Ketika saya kembali pk. 5 sore, kedai relatif lebih sepi. Kedai kopi atau kopitiam ini menyajikan makanan khas kopitiam seperti menu bakmi, dimsum, nasi goreng, nasi hainam, roti bakar dan aneka minuman jus serta kopi tentunya. Sebuah lemari kaca berisi bebek dan ayam yang digantung disertai tulisan “no pork” didepannya.

Saya bertanya makanan apa yang paling recommended disini yaitu mie ayam dan nasi hainam. Okelah kalau begitu saya pesan bakmi asin ayam jamur, dimsum kaki ayam dan minuman milo dinosaurus. Sambil menunggu pesanan saya memperhatikan keadaan sekitar.

Dapur kopitiam ini bentuknya memanjang dan terbuka. Meja dan kursi untuk pengunjung disusun didepannya, sehingga sambil menunggu, kita bisa melihat para koki meracik pesanan kita. Dikiri kanan dinding dapur dipasang beberapa gambar scooter alias motor vespa sesuai dengan tema kedai, bahkan ada sebuah vespa tua dipajang didekat dinding luar.

Akhirnya pesanan saya datang dan penampilannya cukup menggiurkan yaitu semangkok mie yang diberi topping jamur merang berwarna coklat, ayam cincang berwarna kecoklatan, sawi hijau dan potongan krupuk pangsit goreng, disajikan bersama semangkok kuah polos. Bentuk mie nya tipis dan agak keriting. Ketika kumakan rasanya biasa saja, standard, tidak istimewa, karena rasa mie nya kurang oke dan bumbunya kurang nendang. Padahal saya pesan sesuai rekomendasi yang paling banyak dipesan pengunjung.

Setelah makan mie saya beralih ke dimsum kaki ayam, rasanya sih enak, standard lah. Berisi 4 ceker ayam yang gemuk dan empuk, bumbunya juga cukup banyak dan meresap. Semua sajian itu saya bilas dengan minuman milo dinosaurus yaitu minuman es milo yang ditaburi lagi dengan bubuk milo diatasnya. Minuman ini terasa manis dan lekker serta mengenyangkan.

Ada kemungkinan saya salah pilih menu atau selera makan saya ketinggian. Buktinya beberapa pengunjung disamping saya sampai membungkus makanan untuk dibawa pulang, bukti bahwa kedai ini memang favorit urang Bandung.

Oleh-oleh Baso tahu & Siomay (kartun) Shin Chan (***)




Jumat, hari kedua saya janjian dengan temen saya Egha. Saya tanya sama dia, siomay atau batagor apa yang enak menurut dia, karena selama ini saya selalu makan batagor Kingsley. Saya mau bungkus untuk oleh-oleh ortu dan mertua. Kalau bungkus untuk orang tua mesti yang empuk. Oleh karena itu Egha merekomendasikan baso tahu Shin Chan di Jl. Cikawao, karena baso tahu kan hanya dikukus jadi empuk, kalau batagor kan digoreng, jadi relatif lebih keras kalau buat ortu. Jadilah kami pergi kesana.

Sampai disana gerobak baso tahu & siomay Shin Chan ini terletak didepan sebuah bengkel. Bahkan tersedia juga meja dan bangku panjang didalam ruangan bengkel. Pengunjung yang antri sudah banyak, rata-rata mereka membungkus untuk dibawa pulang karena tempatnya kurang nyaman. Tapi yang makan ditempatpun tidak kalah banyak, enak sih buat sarapan atau brunch. “Kita makan dulu disini Teh, nanti kalau cocok baru dibungkus” begitu saran Egha. Walaupun saya masih kenyang karena baru sarapan dihotel, akhirnya saya makan juga siomay nya 2 biji.

Ternyata siomay ini terbukti memang enak. Siomay nya tidak amis, padat, kenyal tapi empuk, bumbunya kacangnya lekker, halus tapi masih ada kacang kasarnya, pedasnya pun sedang, semakin enak bila dikucuri air jeruk limau dan kecap manis, dimakan bersama krupuk bantat, wah sedap nian deh.

Akhirnya saya bungkus untuk oleh-oleh dirumah saya, rumah ortu dan mertua masing-masing 10 biji, isinya campur. Baso tahu siomay Shin Chan ini lebih istimewa daripada yang lain karena pilihannya beragam, yaitu selain siomay dan baso tahu, ada juga telor, kentang, pare dan kol dan semuanya itu ditempelin siomay lagi jadi rasanya lebih yahud, ngga polos begitu saja. Harganya pun murah. Kami makan ditempat sebanyak 5 biji tambah krupuk, plus bungkus 36 biji, hanya membayar sekitar Rp 104.000. Nah murah meriah tapi sedap dan ngga murahan rasanya. Ngomong-ngomong baso tahu siomay ini logonya memang gambar kartun si anak nakal Shin Chan loh, ngga tau apa hubungannya.

Kepedesan di Tokyo connection (**)








Selesai bungkus siomay kami jalan-jalan ke Baltos alias Balubur Town Square. Kami berdua sama-sama baru kesini. Ternyata disini mirip Thamcit (Thamrin City), banyak baju muslim rancangan desainer lokal yang bagus dengan harga terjangkau, diatas Thamcit sedikit. Area baju batik pun ada, tapi kami tidak kesana. Selesai belanja lapar pun mendera. Kami segera keluar dari gedung dan mutar muter mencari tempat makan. Pencarian kami berhenti di Jl. Progo yaitu jalan yang paling banyak cafe nya, dan sepakat makan siang di Tokyo Connection yang pastinya menyajikan Japanesse food.

Ruang makannya terbagi menjadi 2 bagian yaitu diluar dan didalam. Yang diluar adalah area terbuka untuk smoking area, suasananya jelas lebih terang. Kami memilih duduk didalam. Ketika masuk, kami disergap suasana temaram. Ruangan ini cukup besar, memanjang kebelakang, luas tanpa sekat. Langit-langitnya tinggi dan disebelah kiri ada sebuah area makan lagi diatas. Dindingnya masih berupa susunan batu bata dan ada sebagian dinding bagian atas yang sudah diplester dan dihiasi beberapa gambar wanita Jepang. Didinding paling belakang ada sebuah cermin besar dan sebuah lampu gantung antik terletak ditengah ruangan sejajar dengan cermin. Suasana yang tercipta didalam ruangan ini adalah temaram, gothic, mirip didalam gereja, unik banget.

Nah sekarang kita lihat menunya. Tak salah lagi menu yang tersedia adalah Japanesse food seperti ramen, udon, teriyaki, curry, tempura, donburi, sushi, dll. Tapi yang lucu Egha malah merekomendasikan tahu gorengnya, jadilah kami pesan TC special tofu. Karena menunya cukup banyak dan beragam, kami sepakat memilih menu sushi yang diberi tanda. Dasar urang Bandung, Egha milih sushi yang bertanda 3 cabe (spicy) yaitu Dynamite sushi. Saya memilih Spider roll yang bertanda 1 jempol. Untuk minumannya saya pilih hot chocolate mint, Egha pilih hot orange karena lagi batuk. Sambil menunggu pesanan kami sibuk selfie kesana kemari.

Pertama, minuman kami datang, hot chocolate mint disajikan dalam cangkir berhias latte art gambar hati. Minuman jeruk panas pun disajikan dalam cangkir. Minuman hot chocolate saya enak banget, kental, manis tanpa perlu tambahan gula, rasa coklat dan mint nya dominan. Setelah itu datang tahu kami yaitu tahu kuning berbentuk segitiga yang digoreng tepung lalu ditaburi potongan cabe rawit merah dan cincangan bawang putih goreng, mirip bumbu lada garam. Gorengan tahu nya unik juga, bentuknya agak melembung, luarnya garing, dalamnya tetep empuk, penampilannya mirip jadah/ketan goreng, rasanya enak banget, gurih apalagi kalau dimakan bersama taburan cabe rawitnya, sampe ngga bisa ngomong saking pedesnya. Ugh pantesan Egha doyan banget.

Kemudian datang sushi kami. Spider roll terdiri dari 5 potong sushi roll yang berisi kepiting soka dan ketimun, diluarnya ditaburi tobiko, disajikan dipiring berhiaskan mayones dan saus Jepang. Dynamite sushi adalah 8 potong sushi roll yang berisi suwiran salmon matang dan ketimun lalu digoreng dan dihiasi dengan mayones dan saus sambal. Ketika dimakan ternyata ada potongan cabe rawit merah juga didalamnya, pantesan diberi nama dynamite. Jadi tema makan siang kami kali ini adalah kepedesan, mana minumannya hot semua lagi. Ampun si Egha.

Dari semua makanan ini yang paling juara adalah tahu nya, kalau sushinya sih biasa saja, standard, tidak istimewa. Jadi kembali ke selera asal, hehehe. Spider roll malah ukurannya terlalu besar, susah kalau dimakan sekali caplok mah.

Mengenai harganya paling mahal adalah dynamite sushi Rp 35.000, spider roll Rp 30.000, tahu Rp 20.000, hot chocolate Rp 20.000 dan jeruk anget Rp 14.000. Boleh juga tempat ini menjadi rekomendasi, harganya terjangkau, tempatnya bagus, dan jenis makanannya banyak, cocok buat ngobrol lama-lama.

Menyantap Medallion of beef with mozzarella dari Giggle box (**)







Setelah selesai makan siang saya kembali ke hotel untuk istirahat, karena nanti pk. 5 sore saya janjian sama Ira yang kantornya di Jl. Merdeka. Tempat paling strategis buat kami berdua ketemuan ya di BIP, karena kami berdua sama-sama jalan kaki menuju kesana.

Sampai disana Ira mengajak makan malam di Giggle Box lantai 1, letaknya di mall bagian belakang. Tempatnya lucu dan cantik, lantainya kaya papan catur, black & white, area makannya ada 2 tingkat, dimana tangga dan pagarnya terbuat dari kayu dan dihiasi lampu-lampu yang berjajar disepanjang pagar lantai 2, jadi inget lampu-lampu dalam ciscus atau carousel. Dindingnya berwarna pastel dan dihiasi foto-foto dalam bingkai, mirip suasana Jonas photo studio. Ya iyalah wong 1 grup.

Ada 3 lembar menu yang diberikan waitres yaitu food menu, drink menu dan Tokyo connection menu. Lah ini mah baru saya makan tadi siang, ternyata mereka berdua 1 grup juga toh, dan letaknya bersebelahan. Giggle box sendiri menyediakan menu khas cafe yaitu makanan ala Eropa seperti steak, salad, pasta, burger, sup, pancake, dll. Ada juga masakan Indonesianya seperti nasi goreng, sup buntut, garang asem dan ayam goreng/bakar.

Ira memesan salmon steak dari Tokyo connection. Hmm ngiler juga sih, tapi kemaren baru makan salmon steak. Jadi saya memesan menu Giggle box, medallion of beef with mozarella, yang termasuk favorit pengunjung. Untuk minumannya saya memesan hot green tea latte dan Ira memesan exotic ice tea.

Karena asik ngobrol, tak terasa pesanan kami tiba cukup cepat. Minuman saya hot green tea latte penampilannya mirip banget dengan hot chocolate Tokyo connection, bedanya cuma warnanya saja, yaitu disajikan dicangkir dengan latte art gambar hati. Rasanya enak juga sih, kental, manis dengan rasa macha yang dominan.

Medallion of beef with mozzarella disajikan disebuah piring klasik dengan pinggiran piring bergelombang, isinya beef steak dengan topping melted mozarella, spaghetti dengan garnis krupuk pangsit, tumis paprika 3 warna dengan taburan keju parmesan, dan semangkuk saus berwarna coklat. Penampilannya cantik dan menggiurkan. Bagaimana dengan rasanya ? Daging steak tidak terlalu tebal dan besar, ketika diiris dan dikunyah rasanya relatif empuk. Spaghettinya walaupun terlihat polos tapi ada rasanya. Ketika saus dituang keatas steak dan dimakan bersama spaghetti rasanya menjadi melambung, enak karena sausnya gurih dan creamy, sungguh perpaduan yang cocok. Saus tsb berfungsi sebagai pemersatu bangsa dan membuat sajian ini menjadi nikmat.

Kemudian Salmon steak disajikan diatas piring hitam, berisi salmon grill yang disiram saus, kentang goreng, tumis sayuran wortel, buncis dan keputren serta salad khas Jepang. Saya cicipi juga sajian ini, enak juga boleh direkomendasikan.

Untuk harganya, salmon dihargai Rp 45.000, medallion beef Rp 70.000, green tea Rp 20.000 dan exotic tea Rp 11.000. Serupa dengan Tokyo connection, makan disini bisa direkomendasikan karena harganya terjangkau, tempatnya bagus, dan jenis makanannya banyak, serta cocok buat ngobrol lama-lama. Karena 1 grup, Giggle box dan Tokyo connection selalu berdampingan, baik di BIP maupun di Jl. Progo.

Kekenyangan makan yamien di Miskam (***)


Baso & pangsit goreng @ Rp. 2.000

Yamin sedang komplit @ Rp 18.000

Yamien manis baso @ Rp 16.000


Yamien asin polos @ Rp. 14.000



Hari ketiga, konferensi sawit telah usah. Saya berdua suami tinggal berjalan-jalan sebelum pulang ke Jakarta. Sebelum pulang suami mengajak makan siang mie baso berdasarkan referensi temannya. Kami menuju Jl. Talaga Bodas no. 52 tepatnya ke mie baso pangsit Miskam.

Tempatnya sederhana dihalaman sebuah rumah. Gerobak dan tempat meraciknya ada didepan rumah, sedangkan tempat duduk pengunjung ada di area garasi. Ketika kami datang, pengunjung sudah banyak yang sedang makan walaupun tak sampai antri. Kami duduk dan diberi daftar menu. Ada 4 jenis mie yaitu mie kuah, yamien asin, yamien manis dan yamien sedang. Pilihannya bisa pake ayam saja @Rp. 14.000, kalau tambah baso / pangsit kuah @Rp. 16.000 atau komplit @Rp. 18.000. Tersedia juga baso goreng dan pangsit goreng @Rp. 2.000 saja.

Saya memilih yamien manis baso karena menurut pengalaman yamien manis biasanya lebih enak daripada yamien asin, lalu suami memilih yamien sedang komplit dalam arti tidak begitu manis. Berhubung temen suami sangat merekomendasikan baso gorengnya, maka kami memesan baso goreng 5 butir dan pangsit goreng 2 biji. Untuk minumannya kami pesan jus strawberry dan jus jeruk.

Tak begitu lama pesanan kami datang. Pesanan saya yamien manis, bentuk mie nya gepeng, lurus, panjang dan halus, dengan bumbu kecap manis sehingga mie berwarna kecoklatan, dengan taburan ayam cincang berwarna putih. Disajikan bersama kuah yang berisi 3 butir baso, kuahnya berwarna bening, sedikit berminyak, dengan taburan daun bawang. Yamien rasanya manis banget tanpa jejak rasa gurih, bumbu kecapnya sampai sedikit mengendap dibawah, tapi secara keseluruhan sajian ini terasa enak dan lekker.

Yamien sedang baso pangsit milik suami warnanya lebih coklat muda, disajikan bersama kuah berisi 2 pangsit rebus dan 3 butir baso. Ketika saya cicipi rasanya nanggung, manis ngga, asin juga ngga, lebih enak yamien manis milik saya, yang jelas arahnya kemana. Saya jadi penasaran, “yamien asin kayanya lebih enak nih”, ucap saya kepada suami. Eh dia malah memesankan seporsi yamien asin ayam untuk saya, dan sisa yamien manis saya dia habiskan. Yamien asin ini juga enak, rasanya gurih. Masalah enak mana yamien asin atau manis, itu mah tergantung selera, yang pasti keduanya enak dan jangan memesan yamien sedang yang rasanya nanggung.

Mengenai baso goreng yang digadang-gadang teman suami, terbukti memang enak, sehingga kami memesan 5 butir lagi untuk dimakan dan 30 butir lagi untuk dibawa pulang untuk kami, ortu dan mertua masing-masing 10 butir. Basonya itu garing diluar, lembut didalam, rasanya gurih, kenyal tapi empuk, enak untuk camilan. Bentuknya sih tidak terlalu besar jadi tidak mengenyangkan biarpun makan banyak. Pangsit gorengnya juga enak, tapi kami sudah jatuh hati kepada baso gorengnya.

Ketika menulis review ini saya baru sadar ketika melihat bon makan. Ternyata ada 2 jenis minuman jeruk yaitu jus jeruk yang rasanya lebih manis dan harganya lebih mahal yaitu Rp 7.000 dan ketika tambah minuman, tanpa sadar kami memesan es jeruk yang rasanya lebih asem, lebih banyak es dan lebih murah yaitu Rp 6.000. Pantesan saat itu saya bertanya-tanya kenapa es jeruknya jadi kurang enak dibanding pesanan pertama. Sekarang saya jadi paham.

No comments: