Karena
kami hendak menjamu seorang tamu penting, beberapa jam sebelumnya kami sudah
berangkat menuju Plaza Senayan guna mensurvey sekalian reserved tempat makan.
Secara tak sengaja suami saya menemukan sebuah resto Jepang yang baru buka dilantai
2 dekat ZARA, dimana letaknya agak tersembunyi dan terpisah dari deretan resto
lainnya. Kebetulan saya sedang melihat-lihat ditempat lain ketika suami saya mereserved
tempat tsb, sehingga ketika saya datang kesana, saya baru tau kalau tempat itu
bernama Unacho.
Ketika
kami masuk, kami disambut oleh waitres berbaju kimono. Dari depan tempat ini sudah
terlihat bagus, bersih dan sangat khas Jepang. Tempatnya sih tidak terlalu luas.
Didalam terlihat interiornya dominan memakai kayu dengan gaya khas Jepang sehingga
tercipta suasana bersih, simple dan minimalis. Warna yang dominan adalah
perpaduan warna hitam dari lantai dan dinding serta warna coklat kayu yang
berasal dari furniturenya. Meja pengunjung dibatasi oleh partisi-partisi sehingga
tercipta perasaan privasi, sangat cocok untuk pertemuan seperti kami ini. Kami
duduk tak jauh dari pintu masuk karena ibu mertua yang memakai kursi roda akan datang
bergabung, jadi kami akan makan berempat.
Ketika
daftar menu dibagikan, saya agak sedikit terhenyak. Gawat, sebagian besar menu
disini menyajikan masakan unagi / eel alias ikan sidat, yaitu ikan yang
bentuknya panjang seperti ular. Ikan ini sangat disukai oleh orang Jepang dan
sayangnya kami berdua tidak suka hahaha. Tapi apa daya kami tidak bisa pindah
kelain tempat karena tamu kami dan ibu sebentar lagi akan datang. Pantas resto
ini bernama Unacho, asal kata dari unagi. Untunglah selain masakan unagi,
disini juga menyediakan menu lain seperti ikan salmon, gindara, tuna, daging
sapi dan ayam, walaupun terbatas hanya 1-2 jenis menu saja.
Ketika
ibu datang dan disuruh memilih menu, ibu agak bingung karena ada beberapa menu
yang belum tersedia walaupun sudah tercantum didalam daftar menunya. Ketika
saya tanya ternyata Unacho ini baru buka sekitar sebulan yang lalu. Akhirnya
ibu memilih salmon miso moto yaki, suami dan tamunya memilih gindara saikyo
yaki dan saya memilih salmon miso butter, tapi kami semua tidak ada yang
memesan nasi karena baru selesai makan siang.
Ketika
pesanan kami datang, penampilan sajian dihadapan kami terlihat minimalis, bersih,
cantik dan mengundang selera. Gindara saikyo yaki disajikan piring keramik
panjang berwarna hitam. Ikan di grill dan dialasi sepotong daun pandan,
disajikan bersama sepotong tahu dan lotus. Salmon miso moto yaki penampilannya
mirip gindara. Bedanya adalah gindara disajikan polos sedang salmon diberi
bumbu miso moto dan ditaburi telur ikan.
Pesanan
saya yang paling berbeda, salmon miso butter disajikan di mangkok karena
berkuah, ukuran salmonnya lebih besar dari yang lain, disajikan bersama tahu dan
garnish sayuran wortel, kapri dan jamur. Ketika kucicipi salmonnya lembut dan
tidak amis walapun berkuah. Rasa kuahnya seperti miso sup tapi dicampur dengan butter
dengan aroma yang dominan, tahunya lembut banget, dan sayurannya seger karena
masih kres kres. Sayangnya karena malu dengan tamu, tidak mungkin saya
mencicipi menu lainnya. Saya hanya bisa menelan ludah melihat sajian grill yang
menggoda karena warna kulit ikan sampai kehitaman.
Selesai
makan malah kita yang ditraktir oleh tamunya. Untung kertas bonnya ditinggal
sehingga saya bisa membuat review ini. Harga yang tercantum di bon adalah masakan gindara @ Rp 115.000, salmon @ Rp 85.000, lychee tea & orange
jus @ Rp 28.000 dan ocha Rp 18.000. Wah mahal ya, kalau ngga penting banget sih kami ngga mau makan disini lagi, tapi entah ya buat para penggemar unagi...
No comments:
Post a Comment