Thursday, October 09, 2014

Sajian kelas premiun di Sulawesi @Kemang (***)







Hari raya Idul Adha 2014 jatuh pada hari Minggu. Setelah selesai sholat Id di mesjid komples rumah kami, kami pergi kerumah orang tua suami, setelah itu baru kerumah orangtua saya. Hari itu cuaca panas sekali, tapi kami bertekad tetap nyekar ke makam Bapak mertua di Jeruk purut. Selesai nyekar disiang hari bolong, pas matahari diatas ubun-ubun, kepala saya mulai terasa pusing, sepertinya saya dehidrasi. Segera kami masuk kedalam mobil dan mencari tempat makan yang adem. Suami saya teringat, dia pernah makan bersama rombongan dosen dari kampusnya disebuah restoran seafood di Kemang, sehingga dia pun berinisiatif mengajak saya makan siang disana.

Tiba di Jl. Kemang selatan raya no. 2A, kami berhenti disebuah restoran besar yang kelihatannya mewah dan parkirannya sudah penuh, bernama Sulawesi @Kemang. Ketika kami masuk, pengunjung tampak ramai sehingga kami mendapat tempat dimeja belakang. Interior restaurant didominasi oleh kayu tampak mewah dan mahal. Semua meja terbuat dari kayu yang besar, tebal dan kokoh. Begitupula dengan kursinya, ada yang terbuat dari kayu, anyaman maupun sofa. Langit-langitnya juga terbuat dari kayu, dindingnya merupakan kombinasi antara kayu dan batu alam. Aksesoris pelengkapnya berupa lampu-lampu cantik, tirai kain, hiasan dinding dan berbagai pernak pernik pajangan.

Buku menu yang diberikan terasa tebal dan berat, berisi daftar menu serta gambarnya yang mengundang selera. Berbagai macam seafood kelas papan atas seperti lobster, kepiting, cumi, kerang, aneka udang dan ikan tertera dalam daftar bersama berbagai pilihan cara mengolah atau memasaknya. Selain menu seafood tersedia juga masakan ayam, sayuran, tahu/tempe, sate serta nasi/mie/bihun goreng. Dibagian minuman tersedia banyak pilihan seperti aneka jus, teh, coklat, kopi, milkshake, softdrink, mocktails, smooties, sparklers, beers dan aneka es khas Sulawesi.

Agak pusing juga kami memilih dari buku menu tsb, sehingga tanpa melihat lagi kami memesan ikan kerapu goreng crispy dan sayur pocay asparagus. Untuk minumannya saya memesan jus leci dan suami memesan jus nanas dan es jeruk pontianak. Didepan pintu masuk ada sebuah rak display yang berisi kue-kue khas Sulawesi, sehingga suami memesan panada untuk dibawa pulang.

Ada cerita khusus mengenai waitress disini, mereka itu berkali-kali bertanya dan meng confirm pesanan kami, kaya yang takut salah banget. Pesanan ikan kami saja, dia bertanya dulu ke dapur, confirm lagi, bolak balik, lebih dari sekali, begitu pula dengan pesanan es jeruk kami, cape deh. Sambil menunggu pesanan, kami bergantian sholat Dzuhur di mushola belakang. Selesai sholat, pesanan kami sudah lengkap diatas meja.

Ikan kerapu goreng crispy disajikan diatas piring kayu dengan hiasan bunga anggrek, tampak cantik dan mengundang selera. Ukuran ikan besar dan memang sudah diconfirm berat ikan yang tersedia paling kecil adalah 6 ons. No problem, kan bisa dibungkus jika tidak habis. Daging ikan telah di fillet dan disajikan bersama kerangkanya, dan digoreng tepung. Ketika dimakan, ikan terasa crispy diluar, lembut didalam. Ciri khas masakan ikan khas Makassar adalah bumbunya minimalis sehingga menonjolkan kesegaran rasa ikan sesungguhnya, dan dimaksudnya agar lebih enak bila dimakan bersama aneka sambal khas Makassar yang super pedas dan lezat. Kemudian tumis pocay asparagus juga tampak spesial dan istimewa yaitu pocay dan asparagus ditumis bersama telur dan berkuah kental, rasanya lembut, segar dan nikmat. Minuman pesanan kami juga terasa segar dan berkualitas.

Kesimpulan aneka sajian disini memang enak dan berkualitas premium, begitu pula dengan panada yang kami nikmati dirumah, kulitnya empuk dan lembut, isinya penuh, pedas dan lezat. Kekurangan restaurant ini hanya satu, harganya mahal banget. Ikan kerapu yang ternyata ikan kerapu macan hidup harganya Rp 48.000 per ons kali 6 ons jadi Rp 288.000. Pocaynya Rp 52.000, aneka minuman @ Rp 32.000 dan panada @ Rp 7.000, sehingga total billing kami menjadi Rp 574.500.

Kemungkinan sebagian besar bahan baku didatangkan khusus dari Sulawesi karena memang sulit untuk mendapatkan ikan seperti sukang, papakulu, katamba, kudu-kudu di Jakarta. Begitupula dengan udang sitto, gorilla galah, caviar dan jeruk ponti. Saya jadi teringat ketika kami ke Makassar, makan di rumah makan Paotere yang kondang itu, berenam orang hanya habis tiga ratus ribuan, jauh ya...

No comments: