Saturday, October 04, 2014

Daftar kuliner halal di Bali


100% halal Chinese food & live seafood di Restoran Renon Denpasar (**)






Hari pertama di Bali, setelah kami selesai membereskan barang dan istirahat sejenak di Hotel Kuta Beach Heritage Bali, sore harinya kami memanggil taxi dan menuju daerah Denpasar untuk mencari makan. Sebenarnya kami belum tau tujuannya kemana, jadi ketika melewati jalan Cok Agung Tresna tepatnya no 85, ada sebuah tempat makan yang ramai bernama Restoran Renon dan ada logo halal didalam billboardnya, kami pun segera berhenti hendak makan disini.

Bangunan tampak depan terlihat besar dan modern, area parkirnya pun luas. Nama Restoran Renon berbentuk lampu huruf terletak mencolok diatas bangunan. Ketika masuk, ruang makan terlihat luas tanpa sekat seperti sebuah hall.

Dari menu yang disodorkan, restoran ini menyajikan 100% halal Chinese food, seafood & dimsum. Keistimewaan restoran ini adalah menyajikan seafood hidup seperti ikan, kerang, udang, lobster dan kepiting. Menu lainnya adalah sop, cumi, kodok, ayam, bebek, sapi, tahu, sayuran, nasi & mie serta menu vegetarian. Karena kami bertanya apa menu unggulan disini yaitu bebek panggang renon, maka kami memesan menu tsb serta menambah sop asparagus kepiting dan tumis po cay.

Pelayanan disini cukup cepat, pesanan kami pun segera tiba dimeja. Sop asparagus kepiting tersaji didalam mangkok besar yang bisa dibagi menjadi 4 mangkok kecil, wah bakal kekeyangan nih. Tumis po cay tersaji dipiring putih bertabur cincangan bawang putih, warnanya yang hijau tua sungguh mengundang selera, rasanya pun lembut dan segar. Kemudian bebek panggang renon rupanya adalah setengah ekor bebek peking yang disajikan ala restoran Duck King. Bumbunya yang meresap dan saus pendampingnya yang kental dan manis menambah kenikmatan makanan ini. Sayang kalau menurut saya daging bebek ini kurang empuk. Andaikan lebih empuk pasti menjadi sajian yang sempurna.

Mengenai harganya memang tidak termasuk kategori murah tapi sesuailah dengan porsinya yang besar. Seperti setengah ekor bebek panggang tsb dihargai Rp 128.000, sop asparagus Rp 48.000 dan tumis po cay Rp 28.000. Untuk minumannya Jus orange manggo Rp 20.000 dan es jeruk Rp 15.000.

Kesimpulan makan disini tempatnya bersih, besar dan luas, tempat parkir luas, makanan enak dan segar, pelayanan cepat dan harganya pun terjangkau. Halal merupakan suatu keharusan sehingga menambah daftar panjang kuliner halal di Bali.


Balinese & Seafood at ULAM Restaurant Nusa Dua (**)







Hari kedua kami pergi ke daerah Nusa Dua, karena suami ada perlu mengunjungi Bali Nusa Dua Hotel & Convention. Setelah selesai suami mengajak makan siang ke tempat langganan para peserta conference yaitu Ulam, Balinese & Seafood restaurant, Jl. Pantai Mengiat no. 14 Nusa Dua.

Ulam adalah salah satu the best restaurant in Nusa Dua yang menyajikan masakan tradisional Bali dan Seafood, yang disajikan bersama sambal khas Bali. Beberapa menu yang tersedia disini adalah salad dan sup, aneka seafood fresh from the grill, seafood basket, paket kombinasi ayam & seafood, serta menu-menu Indonesia seperti nasi goreng, mi goreng, Indonesian curry, gado-gado, sate ayam, bakso ayam & Balinese crispy duck. Nah menu yang terakhir ini saya langsung memesannya, sedangkan suami saya memilih special ikan bakar ulam. Untuk minumannya saya memesan jus alpukat dengan es krim, saking laparnya, dan suami memilih kelapa muda.

Pesanan kami disajikan cukup cepat. Balinese crispy duck adalah setengah ekor bebek goreng yang dibagi menjadi 2 potong, disajikan diatas hot plate. Bebek goreng ini memang crispy dibagian luarnya tapi lembut didalamnya, daging bebek terasa empuk, kulitnya berlemak, dan rasanya gurih, apalagi dengan taburan bumbu diatasnya, semakin nikmat dimakan bersama nasi putih hangat.
Kemudian special ikan bakar ulam adalah seekor ikan kakap bakar, but nothing special for me. Selain itu kami juga diberi semangkok sup bening berisi sayur daun-daunan dan sepiring sambal. Tapi kami kurang jelas, sop dan sambal tsb sebagai pendamping makanan yang mana.

Sebagai restoran bertaraf internasional yang berada di daerah elite Nusa Dua, maka harga makanan diisini termasuk mahal yaitu crispy duck Rp 89.975 dan Ikan bakar Rp 72.975 sudah termasuk nasi, sambal, sop & krupuk. Untuk minumannya kelapa muda Rp 20.500 dan jus alpukat es krim Rp 27.500.


Restorant ini menyuguhkan atmosfer Bali yang kental akibat dari penyajian bangunan, interior dan masakan tradisional khas Bali, sehingga banyak disukai turis manca negara yang bersantap disini. Tapi bagi saya, yang penting Ulam sudah menambah panjang daftar kuliner halal saya selama di Bali.


Warung Mak Beng Sanur (***)

Hari ketiga, suami saya penasaran ingin makan siang ke Warung Mak Beng di Jl. Hang Tuah no. 45 Sanur, akibat banyaknya orang-orang yang merekomendasikan tempat ini. Nah karena saya sudah pernah membuat reviewnya, jadi mohon baca kembali di :


http://www.yukmakan.com/review/members/Warung-Mak-Beng/6308/Warung-Mak-Beng,-Kesederhanaan-yang-Melahirkan-Kedahsyatan


Mall Beachwalk Kuta


Malam minggu didaerah Kuta, mau mencari makan, yang halal pula, naik taxi supirnya bawel, mengeluh karena macet. Ya sudah jalan kaki saja ke Mall Beachwalk Bali Jl. Pantai Kuta Badung. Banyak makanan mall yang sama dengan di Jakarta, seperti Eat & eat, Bon Chon Chicken, Bebek Tepi sawah, Kitchenette, Burger King, Domino pizza, Fish & Co, Cafe Betawi, Pepper lunch, Johny Rockets, Nanny’s pavilion, MM juice, Sushi Tei dan masih banyak lagi. Memang bukan kuliner khas Bali tapi mau bagaimana lagi, itupun harus tanya dulu dan baca daftar menunya sebelum masuk resto, takutnya beda lagi menunya dengan cabang di Jakarta. Kalau saya sih udah jelas pilih Sushi Tei karena memiliki 2 pilihan rasa yaitu enak dan enak sekali.

Mentari restaurant Bedugul (*)

Hari minggu kami pergi ke daerah Singaraja, yang jaraknya sekitar 5 jam dari tempat kami menginap di Jimbaran, itu pun sudah termasuk makan siang dan nyasar-nyasar serta foto-foto. Mirip perjalanan dari Jakarta ke Bandung lewat puncak. Singaraja dulu adalah ibukota pulau Bali sebelum Denpasar. Wisata yang paling terkenal adalah pantai Lovina, tapi jaraknya masih 9 km lagi dari Singaraja, yakni untuk melihat ikan lumba-lumba yang banyak bermunculan pada jam 6 pagi. Tapi kami kesana bukan hendak berwisata melainkan ingin mengunjungi rumah pakde suami saya yang orang Bali asli, rumahnya saja sudah termasuk cagar budaya karena dibangun sebelum abad 19.

Kalau kesana harus menyewa mobil dengan tarif luar kota. Kami mendapat supir yang ya ampuuun, jangankan dia ngomong ngasih info, bahkan kami tanya atau kami ajak ngomong saja dia ngga mau jawab, bikin pusing.

Karena kami sudah tau bakal mengalami perjalanan yang panjang dan lama, sebelum pergi kami sudah siap-siap breakfast di Hotel, makan yang banyak biar kenyang. Kakak sepupu kami juga sudah berjanji menanti disana dan akan membawa kami makan siang dirumah makan miliknya yang baru buka tapi sudah terkenal dan banyak penggemarnya.

Ketika kami sampai didaerah Bedugul, mirip daerah Puncak Jabar, tiba-tiba tanpa peringatan, supir menghentikan mobilnya disebuah tempat makan bernama Mentari Restaurant, Jl. Raya Bedugul km 50. Ketika kami bertanya kenapa berhenti disini, jawabnya adalah nanti susah lagi cari tempat makan. Yah terpaksalah kami makan siang dulu disini, mana perut masih kenyang lagi.

Sebelum masuk kedalam, wajib bertanya dulu mengenai kehalalannya. Setelah diperoleh kepastian, kami dipersilahkan duduk dan dijelaskan oleh waitres bahwa makan disini memakai sistem all you can eat, sudah termasuk minuman teh dan kopi, seharga Rp 100.000 per orang. Kami perhatikan bahwa restauran ini penuh dengan pengunjung yang rata-rata adalah peserta tour yang melewati daerah Bedugul, pasti mampir untuk makan disini.

Masakan yang disajikan sesuai dengan lidah Internasional karena ditujukan untuk turis manca negara, alias menu standard bagi kami, yaitu Sup kental tahu, Salad, ayam goreng, Sate lilit, mi goreng, gado-gado, tumis sayuran, nasi goreng & nasi putih, lumpia, krupuk, aneka buah potong, bubur ketan hitam, aneka kue & puding, serta teh dan kopi. Rasanya yah standard, tidak istimewa. Kalau ingin memesan minuman jus akan kena biaya lagi. Karena suasana hati yang agak kesal, maka saya jadi lupa mengambil foto makanannya.

Sebenarnya letak restoran ini sangat strategis, diseberang tempat wisata Danau Beratan Candi Kuning Bedugul. Sebelum restaurant ini adalah kawasan wisata kebun raya Bedugul. Lalu tak jauh dari resto ini, bisa berjalan kaki, ada sebuah mesjid Al Hidayah yang ukurannya besar dan indah. Dari mesjid tsb yang letaknya diatas, kita bisa melihat pemandangan Danau Beratan nan indah.


Karena letaknya yang strategis, makanan yang mudah diterima seluruh pengunjung dan halal pula maka resto ini menjadi persinggahan wajib para wisatawan. Maka bertambah lagi lah daftar kuliner halal saya selama di Bali.


Sop Kepala Ikan khas Makasar, Jl Dewi Sartika Singaraja (***)









Setelah melewati perjalanan panjang dan melelahkan karena harus konsentrasi takut kesasar, maka sampailah kami ke rumah pakde di Singaraja. Rupanya kakak sepupu kami ini membuka rumah makan didepan rumah yaitu Baso tulang Muda, tepatnya di Jl. Gajah Mada no. 111. Rumah makan ini cukup terkenal karena letaknya yang strategis, dipinggir jalan besar dan disamping sekolah, sehingga menjadi tempat nongkrong anak muda. Sayangnya ketika kami kesana, hari minggu, rumah makannya tutup karena persediaan baso sedang habis. Ah kecewanya hati ini, membayangkan semangkok baso panas nan pedas di pelupuk mata. Tapi tak perlu kuatir, sepupu kami ini masih memiliki sebuah rumah makan lagi yang baru dibuka tapi katanya sudah lumayan terkenal dan banyak pelanggannya. Nah bikin penasaran kan, segera kami konvoi menuju Jl. Dewi Sartika.

Tiba disana terlihat spanduk besar terpampang didepan toko bernama Sop Kepala Ikan Dewi Sartika. Tempatnya berupa kedai makan sederhana yang terdiri dari 2 ruangan yang dibuka menjadi satu. Didinding ditempel spanduk berisi menu yang tersedia disini beserta gambarnya, dan ada satu lagi spanduk yang berisi fakta-fakta mengenai sop kepala ikan, tapi bergaya guyon sehingga mengundang tawa orang yang membacanya.

Kedai ini tidak menyediakan banyak menu melainkan hanya 2 menu spesial yaitu sop kepala ikan khas Makasar dan ayam kosek, serta 2 menu tambahan yaitu nasi goreng dan pecel lele. Tersedia juga minuman pendamping yang sangat pas yaitu es teler & sop buah, serta aneka jus. Sepupu kami dengan sigap menghidangkan semangkok sop ikan (karena isinya daging bukan kepala ikan) dan 2 porsi ayam kosek. Mumpung masih panas segera kami cicipi sop ikannya.

Kuah sop terlihat bening kekuningan, ditaburi bawang goreng dan daun kemangi serta potongan tomat, aromanya begitu wangi menggoda. Ketika diseruput aah terasa nikmat dan segar. Ikan yang dipakai adalah ikan kerapu dimana dagingnya berwarna putih dan lembut, tidak berbau amis, sedap nian.

Puas menyantap sop, kami beralih ke ayam kosek. Penampilannya agak menyeramkan versi saya yang penyuka pedas level elementary, tapi sangat menggoda bagi suami yang penggemar pedas level advance, hahaha. Bagaimana tidak, sepotong ayam goreng yang ditaburi sambal kosek yaitu sambal cabe rawit hijau dan merak yang diulek kasar lalu disiram minyak panas hingga matang, disajikan diatas cobek kayu, diberi pendamping tahu goreng, kremesan dan lalapan, wah wah mantapnya. Segera saya sisihkan sambalnya dan langsung disambar suami, itupun ketika saya makan rasanya masih jeletot, menghantam lidah karena rasa pedas sudah meresap kedalam ayam. Tak terasa peluhpun bercucuran dan nasi semakin menipis saking lahapnya. Untung saya memesan segelas sop buah, yakni minuman yang berisi aneka potongan buah dan cincau yang diberi susu kental dan sirup melon, mampu meredam rasa pedas yang menjalar kemana-mana.

Kami juga disuguhi segelas tuak yaitu air sadapan yang diambil dari aren, disebut nira, rasanya manis dan tidak mengandung alkohol karena belum berfermentasi. Nira dikumpulkan didalam wadah bambu dan dijajakan berkeliling. Sekarang sudah jarang orang yang berjualan minuman tradisional ini, sehingga sepupu kami menjadi pelanggannya.


Sajian disini memang bukan kuliner khas Singaraja, tapi dalam waktu singkat sudah mampu merebut hati para penggemarnya. Saya perhatikan juga, selama kami makan, pengunjung datang silih berganti tak berhenti. Keistimewaannya adalah selain makanannya memang enak, penampilannya menggiurkan, tempatnya bersih, halal dan harganya itu loh, alamak murah banget. Masa ayam kosek dan sop ikan @Rp 12.000, nasgor Rp 10.000, pecel lele Rp 9.000, sop buah Rp 6.000, es teler Rp 7.000 dan aneka jus Rp 5.000. Nah kurang apalagi, segera masukkan sajian ini kedalam daftar kuliner halal di Bali.


Ayam Betutu khas Gilimanuk (***)








Hari terakhir di Bali, kami segera packing, membereskan barang-barang karena ingin segera check out dari hotel. Pesawat kami masih pk 5 sore tapi kami belum sempat membeli oleh-oleh, sehingga rencananya setelah check out, lalu membeli oleh-oleh, kemudian makan siang dan langsung menuju Bandara.

Dimana kami akan makan siang sebelum ke Bandara ? Hampir setiap orang akan merekomendasikan makan di ayam Betutu khas Gilimanuk, Jl. Raya Tuban no. 2X, yang jaraknya hanya beberapa menit dari Bandara. Selesai berbelanja kami segera meluncur kesana.

Tempat makan ini berupa rumah makan sederhana dengan ruangan terbuka dan luas. Mejanya berukuran besar-besar untuk makan berombongan. Ketika kami tiba disana, pengunjung sudah penuh dan kami bergabung satu meja dengan tamu lainnya.

Rupanya selain ayam betutu, banyak menu lain yang tersedia disini yaitu bebek betutu kuah / goreng, ayam bakar / goreng, soto, lawar, sate, pepes ikan / ayam, lindung goreng, sayur ares, plecing dan nasi campur. Karena menu unggulan disini ayam betutu, maka rugilah kalau belum mencoba, sehingga kami memilih ayam betutu kuah dan goreng.

Walaupun pengunjung penuh dan ramai, pesanan kami datang cukup cepat. Ayam betutu ini terdiri dari seperempat ayam dan plecing. Penampilan ayam betutu kuah sungguh menggoda, yaitu ayam yang diungkep lama sampai empuk dengan bumbu aneka rempah, ayam disajikan berlumuran bumbu dan berkuah. Ketika dimakan, hmm daging ayam terasa empuk, bumbunya meresap, wangi, dengan citarasa khas. Kalau betutu goreng, penampilannya seperti ayam goreng biasa tapi dengan citarasa khas karena bumbu yang sudah meresap tadi.

Ayam betutu disajikan bersama plecing kangkung yaitu kangkung rebus yang diberi sambal tomat, sambal bawang merah mentah dan kacang goreng. Makan ayam betutu beserta plecingnya membuat tubuh berkeringat karena pedas, tapi masih kalah pedas dengan ayam taliwang. Untuk meredam rasa pedas saya memesan es campur. Penampilan es campur ini agak berbeda, yaitu lebih banyak isinya dari pada es serut nya, sehingga tidak begitu dingin, sedikit airnya, mengenyangkan banget tapi kurang menyegarkan, sampai kami tidak sanggup menghabiskannya.


Saking lezatnya sajian ini, kami memesan 2 ekor ayam lagi untuk dibawa pulang, satu untuk makan malam kami, satu lagi untuk rumah orangtua saya. Mengenai harganya, ayam betutu kuah Rp 28.000, sedangkan yang goreng Rp 29.000, belum termasuk nasi Rp 5.000, dan 1 ekor ayam Rp 80.000. Padahal di Jakarta sudah ada loh cabangnya, tapi kenapa kurang bergaung yah gemanya. Yang pasti sajian disini halal dan menambah panjang daftar kuliner halal saya selama di Bali.

No comments: