Selama ini kalau kami makan ke Citos, jarang
sekali naik ke lantai 2. Karena itu ketika saya melihat sebuah restoran tempura
bernama Tempura Tenya Tendon di lantai 2, saya mengajak suami untuk mencobanya.
Sebelumnya kami pernah makan di restoran tempura sejenis ini di PIM 1 bernama
Ten Ten. Nah coba kita bandingkan dengan Tempura Tenya Tendon ini, mana yang
lebih enak.
Memasuki tempat ini, ruangan dengan interior yang didominasi
kayu berwarna terang, kami duduk didekat dinding yang berhiaskan lukisan Tempura
Tendon Tenya berukuran besar. Dari daftar menu yang diberikan, terdapat
berbagai macam menu tempura seperti udang, cumi, ikan, crab stick dan sayuran. Karbohidrat
pendampingnya adalah nasi, soba dingin/panas serta udon. Untung daftar menu ini
didampingi gambarnya, sehingga memudahkan kami untuk memilih. Kami tertarik
memesan menu yang bergambar semangkok tempura dengan soba panas karena
terbayang akan kehangatannya.
Pesanan kami datang tidak begitu lama. Dua buah nampan
yang masing-masing berisi semangkok tempura, semangkok soba panas, sepiring
kecil sambal dan potongan daun bawang, terhidang didepan kami. Rupanya
semangkok tempura itu adalah nasi yang ditutupi tempura diatasnya dan disiram
saus, sehingga merembes ke nasinya. Wah andai kata saya tau pesanan kami tsb
sudah ada nasinya, pasti saya tidak memesan soba, atau sebaliknya tidak memesan
nasinya. Rupanya Tendon artinya adalah “nasi yang disajikan dalam mangkuk
dengan aneka tempura, kemudian disiram dengan saus khas”, yah mana ku tau. Ya
sudahlah, daripada ribut saya pilih makan tempura dengan nasinya, biar sobanya
dibungkus saja.
Tempura terdiri dari udang, ikan, crab stick dan
buncis, yang disiram saus khusus yang rasanya manis. Ketika ku makan sajian
tempura ini, rasanya lumayan sih tapi saya masukkan kedalam kategori standar,
biasa saja, tidak istimewa, masih lebih enak Ten Ten atau Marugame.
Karena kekeyangan, saya putuskan untuk memanggil
pelayan untuk membungkus sobanya. Tapi alangkah terkejutnya saya karena
dijelaskan oleh pelayan bahwa disini tidak tersedia tempat untuk membungkusnya.
Saya jadi dongkol karena tidak suka membuang-buang makanan, apalagi harganya
cukup mahal yaitu Rp 68.000. Andai kata saya tau pesanan kami ini mengandung 2
jenis karbohidrat, tentu saya hanya memesan 1 jenis saja.
Saking sebalnya,
ketika meminta bill saya bertanya, bisakah saya memesan tempura udon untuk
dibawa pulang. Eh pelayan nya menjawab bisa lagi, semakin marah lah saya. Loh
bagaimana cara membungkusnya, pakai bungkus apa, kan udon juga sejenis mi kuah,
sama dengan soba, apa bedanya ? Setelah saya tanya seperti itu, penyataan
diralat lagi oleh pelayannya, bahwa tempura udon tidak bisa dibungkus, disertai
penjelasan bahwa di tempat aslinya di Jepang, soba/udon tidak bisa di take away
karena akan berubah rasanya.
Saya sarankan kepada manajemen Tempura Tenya Tendon, mohon
ditulis didaftar menu bahwa “Soba / Udon panas tidak disarankan untuk dibawa
pulang karena akan merubah rasa”, tapi tetap dong disediakan tempat untuk
membungkus makanan karena hal tsb merupakan hak customer yang telah membayar. Toh
pembeli tidak bisa complain karena sudah ada peringatannya.
Selesai membayar, kami keluar dari restoran di iringin
salam “Arigatao gozaimashita, selamat datang kembali”, dalam hati saya berkata “ngga
mau datang lagi...”
No comments:
Post a Comment