Wednesday, December 16, 2015

Kelezatan Ayam goreng Jawa Mbah Cemplung sangat patut dicari walaupun sampai ke pelosok (***)

Hari Minggu ini adalah hari ketiga kami berada di kota Jogja. Saya sudah berpesan sehari sebelumnya kepada pak supir, agar besok kami makan siang di Ayam Goreng Mbah Cemplung di kecamatan Kasihan, kabupaten Bantul. Kata pak supir, kalau makan disana harus pagi karena kalau makan siang dikhawatirkan persediaan ayam sudah habis. Wah bagaimana ini, berarti sarapan pagi di hotel cukup makan buah-buahan saja. Untung pak supir punya ide untuk menelfon rumah makan tsb, minta agar disisakan ayamnya karena khawatir kami datang agak siang.



Keesokan harinya kami berempat tidak langsung pergi menuju Mbah Cemplung, melainkan putar puter dulu keliling Jogja, ke UGM, nyekar dll, sehingga sampai di Mbah Cemplung sekitar pk 11 pagi. Selama perjalanan kami melewati pabrik gula Madukismo, lalu sentra kerajinan kulit desa Manding, dan pemandangan khas pedesaan yang sarat dengan ladang dan kebun. Akhirnya tibalah kami ke rumah makan Ayam Goreng Mbah Cemplung, yang memiliki tempat parkir cukup luas dan tempat makannya berupa 2 buah rumah terpisah dan bersebrangan.

Tiba didalam, bangunan rumahnya terlihat sederhana, luas tanpa penyekat, atapnya tidak ditutup langit-langit sehingga terlihat gentengnya, meja kursinya dari kayu dan bentuknya panjang-panjang untuk makan berombongan, serta banyak iklan yang ditempel disekeliling dinding atas ruangan. Ketika kami hendak duduk, eh malah ketemu sepupu saya dan anaknya yang juga baru datang. Akhirnya kami bertujuh makan bersama-sama dalam 2 meja.




“Mau pesan apa ?” tanya pelayannya. Disini tidak ada daftar menu loh. Jadi saya pesan ayam goreng paha. Ibu saya memesan kepala ayam yang tersambung sampai ke tulang punggung, yang sangat dia idam-idamkan gara-gara melihat acara kuliner di TV. Tambahannya adalah ati rempela, tempe goreng, terong goreng dan tumis daun pepaya. Sambil menunggu pesanan, saya mulai mengunjungi dapurnya sambil foto-foto. Terlihat beberapa baskom besar yang penuh berisi potongan ayam, siap dicemplungkan kedalam minyak panas.

Tak lama kemudian pesanan kami tiba. Wuih potongan ayamnya besar sekali karena memakai ayam kampung ukuran jombo. Warna ayam tidak jauh berubah dari sebelum digoreng berwarna kuning, sekarang menjadi berwarna kuning mengkilap, tanda ayam hanya digoreng sebentar di minyak panas. Ayam disajikan bersama lalapan kol dan ketimun, serta 2 jenis sambal yaitu sambal cabe mentah yang penampakannya hasil ulekan kasar, dan sambal cabe matang yang berwarna merah dan berminyak.




  

Tak sabar saya menyuap cuilan daging ayam bersama nasi hangat. Ternyata daging ayam terasa empuk luar dalam, rasanya gurih dengan bumbu yang meresap sempurna. Bukan hanya ayam yang terasa enak, melainkan nasinya juga enak dan pulen, tempenya enak, tumis daun pepaya juga enak, empuk dan tidak pahit, dengan kata lain seluruh sajian bisa dikatakan klop dan saling melengkapi, rasanya lezat dan sempurna. Pantas saja rumah makan ini begitu dicari walaupun perjalanan menuju kesini bukan perkara mudah.

Selesai makan, kami tidak bisa berlama-lama mengobrol disini karena hendak melanjutkan perjalanan ke pantai parangtritis, dan kasian juga banyak pengunjung yang ingin makan bergantian disini. Ketika kami hendak membayar, ternyata semua sudah dibayar oleh sepupu saya. Wah dasar rezeki anak sholeh. Tapi sayangnya saya jadi ngga tahu harga ayam disini, hahaha.

No comments: