Menikmati ikan bakar khas Makassar di Ikan Bakar Poco Poco Q Big (*)

Mengunjungi Q Big BSD City di Jl. BSD Raya Utama - Tangerang yaitu kompleks pusat perbelanjaan dengan konsep one stop shopping untuk memenuhi segala kebutuhan rumah tangga seperti Hypermarket, Electronics, Furniture, Home Center, Home Building Material, Sport, Music, Branded Factory Outlet, Cafe, Resto dll, tujuan kami sebenarnya adalah hendak belanja ke LuLu Hypermarket. Tapi sebelum belanja, makan siang dulu ah biar kuat jalan kaki keliling-keliling hypermarket tsb.

Resto terdekat ketika kami turun di lobi Q Big adalah resto Ikan Bakar Poco Poco yaitu resto yang menyajikan makanan khas Makassar. Tapi saya lihat dulu menunya apakah ada masakan non seafood, karena mamah tidak suka seafood. Ternyata ada juga masakan ayam, sayur dan pelengkap lainnya.

Bila melihat buku menunya, gambar-gambar masakan yang tersaji disini tampak mengundang selera. Ikan yang tersedia yaitu kudu-kudu, sukang, papakulu atau ayam-ayam, kaneke, baronang, kuwe, bandeng, kakap dan gurame, dimana 95% ikan dikirim langsung dari Makassar. Setelah kita memilih jenis ikan, barulah kita pilih cara memasak ikan tsb, apakah dibakar, digoreng atau ditim. Selain itu tersedia juga udang pacet dan udang biasa, kepiting dan kepiting soka, cumi dan kerang. Menu non seafood hanya ada ayam, lalu ada menu sayur dan snack.

Ibu saya memilih ayam goreng bumbu dimana hanya tersedia ukuran ½ ekor ayam. Lalu saya berdua suami maunya memesan ikan yang jarang ada di Jakarta yaitu ikan sukang yang gambarnya cukup mengundang selera, tapi ternyata sedang habis. Akhirnya kami memilih ikan kuwe lagi, dibakar 2 rasa yaitu ½ bakar rica-rica dan ½ bakar bumbu kuning. Pendampingnya kami pesan tumis jagung pete udang serta minuman kelapa muda batok dan jus.

Sambil menunggu pesanan, saya mengamati suasana. Didepan ada sebuah meja berisi 2 buah toples besar berisi kerupuk yang boleh diambil bebas. Ruang dapur diberi jendela kaca sehingga terlihat aktifitas memasak disana. Diatas dapur terdapat mural yang menggambarkan koki yang sedang membakar ikan, sedang ditunggu para pengunjung dimeja makan. Beberapa lukisan ikan tampak dipasang di dinding ruang makan yang bergaya industrial.

Sebelum pesanan kami tiba, disajikan terlebih dahulu sepiring lalapan potongan ketimun, tomat dan daun kemangi, didampingi dengan 3 mangkok sambal yaitu sambal terasi, dabu-dabu dan sambal mangga.

Yang kedua, disajikan tumis jagung pete udang, dimasak kuah kental mirip cap cay, cukup unik, jagung dicampur potongan pete, 2 buah udang, beberapa buah cabe rawit merah utuh dan irisan bawang merah.

Setelah itu disajikan ikan kuwe bakar 2 rasa. Ternyata ukuran ikan tidak begitu besar. Nampaknya bumbu ikan yang dioles diatasnya kurang banyak dan penampilannya kurang menggiurkan dibanding gambar dalam buku menu. Menurut lidah saya, ikan kurang berbumbu. Seharusnya ikan direndam atau dicelup lumuran bumbu dasar dulu hingga meresap, baru ketika dibakar, diolesi bumbu sesuai pesanan dan harus yang banyak hingga tampak menggiurkan.

Waktu membakar ikan kurang lama dan kurang merata, sehingga ketika ikan dimakan, masih tercium sedikit aroma amis. Untuk menyamarkan rasa ikan agar lebih sedap, saya meminta sambal kecap, tapi malah diberi kecap manis biasa, kemudian saya campur dengan dabu-dabu, sehingga lumayan mendongkrak rasa.

Saya mencicipi ayam goreng bumbu yaitu ayam goreng dengan taburan tepung kremesan, penampilannya cantik tapi ternyata rasanya kurang gurih, bumbunya kurang meresap dan daging ayam tergolong keras dan sulit dikunyah.

Sambil makan, saya malah terbanyang-bayang ikan kuwe bakar hasil racikan seafood 48 kaki lima depan RS Fatmawati yang rasanya enak sekali. Harga ikan kuwenya sih beda tipis yaitu 4 ons x Rp 19.000 = Rp 76.000, harga ayam Rp 39.000, tumis jagung Rp 40.000, kelapa batok Rp 25.000, jus Rp 20.000 dan nasi serta teh manis @Rp 10.000. Kalau mau makan disini, masih banyak menu lainnya yang patut dicoba, yang mungkin lebih sedap dari pada menu pilihan kami.