Saturday, February 19, 2011

Nikmatnya ikan perak goreng di Singapore Resto (***)




Kantor suami saya pindah dari Gedung Bank Mandiri Syariah ke Gedung TCT (The City Tower). Masih sama-sama jl. MH Thamrin sih, tapi semenjak pindah dia setiap hari ngomel melulu. “Aku susah cari makan nih” katanya. Ya bagaimana ngga, kalau dikantor lama dia kerjanya wiskul melulu. Kalau lunch hampir tiap hari dia coba menu baru, murah pula. Tinggal jalan sedikit ke belakang gedung, ketemu jalan Sabang Sentra Kuliner, jalan ke samping gedung ada Sabang Kampung Kuliner. Nah sejak di gedung TCT ini yang repot, sepi kuliner, khususnya yang berharga murah tapi enak. Ada sih sebuah resto di dekat situ yang tampaknya ramai sekali, sampai harus reserved dulu, tapi ya mahal, bisa tongpes kalau seminggu saja makan disini setiap hari. “Tapi kamu harus coba Yang, enak loh” katanya berpromosi. Baiklah.
Jadi pada hari minggu siang ini kami meluncur ke jl. Purworejo (d/h Teluk Betung) no 28 Menteng, Jakarta Pusat, tepatnya ke resto Singapore – Kwetiaw Kerang & Seafood & Chinese food. Karena kami datang sudah agak sore sekitar pk 14 lebih, maka pengunjung sudah tidak antri lagi walaupun masih penuh. Dengan pelayanan yang sigap kami pun siap memesan.
Menu yang tersedia disini adalah masakan dari seafood seperti ikan, kepiting, udang, lobster & cumi, lalu menu non seafoodnya ada lindung, kodok, ayam & sapi, menu Chinese food lainnya seperti sapo, soup, sayuran, dan tentu menu andalannya kwetiaw goreng kerang. I must try this.
Harga disini lumayan pada mahal-mahal, karena bahannya banyak yang import. Contohnya ikan perak goreng. Gambarnya sungguh memikat hati, ingin rasanya memesan tapi harganya Rp 75.000. Mahal karena diimport dari Singapore. Tapi apa daya, hati ini sudah jatuh cinta pada pandangan pertama, akhirnya ku pesan juga deh. Bentuknya sih persis seperti ikan seluang yaitu ikan kecil-kecil yang hanya hidup di sungai di kota Palembang. Biasanya digoreng hingga garing, sehingga kalau dimakan rasanya renyah dan gurih, hmm enak. Bedanya kalau ikan perak ini dibalut tepung lalu digoreng hingga garing. Rasanya wuih selangit, enak deh, ngga nyesel. Tapi seporsi rasanya kurang banyak ya, hehe hehe. Menu lain yang kami pesan adalah baby pokcoy cah cumi dan sop jagung.
Pesanan kami datang secepat kilat. Sangat berpengalaman menangani pengunjung yang membludak. Nah biasanya aku ngga suka kwetiaw karena kalau ngga pintar masaknya rasanya seperti makan karet, apalagi kalau toppingnya sedikit, iih males deh. Tapi sekarang mi yang berbentuk lebar dan agak tebal ini tersaji dimeja berwarna kecoklatan, penuh dengan topping kerang (dara), baso ikan, toge, telur orak arik dan sayur kucai. Rasanya yahud dan yummy deh. Pokcoy cah cumi nya juga enak, bumbunya sudah menyatu tapi pokcoy tetap hijau segar. Sop jagung juga mantap, kekentalannya cukup, rasa manis si jagung berbaur dengan rasa gurih, semakin enak bila ditambah cabe rawit potong kecap asin, slrup. Dua mangkok nasi dengan cepat kami habiskan, tandas. Belum lagi makan es cendol sebagai dessert. Ngga nyambung, yang penting enak.
Puas menyantap hidangan kami pun baru sadar bahwa kami pengunjung terakhir disini karena resto telah tutup pas pk 15, dan akan buka lagi untuk makan malam pk 17.30 – 22. Segera kami minta bill yang mencetak angka Rp 198.000 untuk kami bayar. Perinciannya adalah pokcoy Rp 37.000, kwetiaw Rp 24.000, sop Rp 15.000, ikan Rp 75.000, cendol Rp 11.000 dan nah si acar yang tersedia dimeja ditagih juga nih Rp 2.000 hmm mm. Yang ngiler pengen kesini telpon dulu ya di 021 6868 7733 / 391 7789. Oh ya ada catatan tambahan, kalau menurut saya sih porsi makanannya sedang, tidak berlebihan alias kurang kenyang kalau posisi perut sedang dilanda kelaparan.

No comments: