Saturday, May 20, 2017

Wisata Kuliner & Itinery Kalimantan Selatan, Hari terakhir

Selasa, Hari ke-4

Hari ini adalah hari terakhir kami di Banjar, nanti sore kami kembali pulang dengan Citilink pk 15.50 WITA. Kemudian saya mendapat sms bahwa pesawat di delay. Menurut kabar, hari itu akan datang Bu Iriana Joko Widodo dan Bu Mufidah Jusuf Kalla ke Banjar untuk merayakan hari Kartini. Jadi pasti bandaranya ditutup selama beberapa saat. Ya sudahlah, berarti kami agak santai hari ini.

4.1. Depot Soto H. Irin (***)

Tidak ada planning hari ini, kami jalan kaki ke arah Patung Bekantan karena belum sempat foto disana. Lalu kami mencari sarapan. Karena hari ini orang sudah mulai bekerja setelah long weekend, tidak ada penjaja makanan disekitar sini. Kami teringat ada sebuah rumah makan di Jl. Kapt. Tendean, disebelah Dinas Pendidikan no. 29, segera kami menuju kesana.

Rumah makan ini bernama Depot Soto H. Irin yang menjual soto Banjar dan sate ayam. Depotnya bersih dan rapih, tempatnya memang tidak besar tapi cukup lega. Dibagian depan adalah tempat meracik soto dan disampingnya adalah pembakaran sate. Akhirnya kami memesan soto lagi yang artinya ini soto Banjar ketiga yang kami makan dan tetap memakai lontong. Seporsi sate ayam turut kami pesan untuk dimakan bersama.



Ketika soto dihidangkan, warna kuning telur bebek mendominasi sajian ini, lontong tak terlihat karena tertutup potongan telur bebek dengan kuning telur yang berhamburan, suwiran ayam, taburan bawang goreng dan seledri dalam jumlah royal, serta kuah soto yang berwarna bening keputihan. Wah terbitlah selera kami.


Ketika saya makan, wah enak sekali, seger rasanya, kok sepertinya soto ini yang paling enak dibandingkan dengan 2 soto sebelumnya, bumbunya jauh lebih modern dan disesuaikan dengan lidah orang kebanyak, rasanya lebih gurih dan asin, suwiran ayamnya banyak, semakin nikmat dikucuri air lemon kuit dan sambal. Satenya juga lumayan enak. Jadi jangan suka menilai makanan dari tempat atau penampilannya, kadang kita suka terkejut akan kelezatan makanannya.

4.2. Warung Serabi Vikri (***)


 Selesai makan kami ingin menambah beli kerudung lagi untuk oleh-oleh di Toko Aliya - Kampung Sasirangan. Letaknya tak jauh dari Siring Tendean, yaitu sekitar 1 km, di ujung Jl. Kapt. Tendean, cukup berjalan kaki menyusuri Siring Tendean, sekalian olahraga dan pijat refleksi, menginjak batu koral yang sengaja dipasang di trotoar.




Selesai belanja kerudung, kami berjalan ke arah Jl. Pahlawan, disana kami menemukan sebuah warung wadai bernama Warung Serabi Vikri, Jl. Pahlawan no. 2B RT07. Tertarik akan penampilan warung yang bersih, didominasi warna hijau kuning selang seling, serta rak kaca yang menampilkan tumpukan wadai, akhirnya kami pun mampir kesini.






Warung menyediakan wadai serabi gula habang, putu mayang, kokoleh, lupis, selada, laksa dan telur / hintalu. Supaya tak salah pilih, rak kaca tsb ada namanya didepan kuenya. Kami memesan 3 macam wadai yaitu serabi, kokoleh dan putu mayang, dicampur dalam 1 piring untuk dimakan bareng-bareng, padahal perut masih kenyang tapi kapan lagi makan wadai asli Banjar hehehe.



Tempat makannya bisa duduk di bangku kayu panjang atau diruang makan lesehan diatas keramik. Wadai pilihan kami rasanya manis dan legit, ada rasa gurih dari santan, rasa telur dan wangi pandan. Selesai makan kami istirahat dulu sejenak karena kekenyangan, sembari membayangkan jalan kaki lagi sekitar 1 km, ke arah hotel karena sudah waktunya check out.

4.3. Warung Patin (***)

Setelah check out dari hotel, kami dijemput pak Imi untuk menuju bandara. Tapi mba Sarah mendapat titipan untuk membeli udang dari suaminya. Jadilah kami mampir dulu ke Warung Patin, Jl. Brigjend H. Hasan Basri no. 52 RT46 untuk membungkus pesanan. Walaupun namanya warung tapi bangunannya besar dan luas, atapnya dari aluminium tanpa langit-langit, meja makan dari kayu, kursinya model untuk ruang rapat / resepsi, dan ada juga tempat makan lesehannya.



Kami melihat daftar menunya, nyaris sama dengan yang lain yaitu udang, ikan lais, patin sungai & tambak, haruan, nila, papuyu, peda, bawal, jelawat, mas, saluang, ayam, sate udang dan cumi. Sebelum memesan kami dipersilahkan menuju lemari pendingin untuk memilih langsung aneka ikan dan udang karena beda ukuran dan jenis, harganya pun berbeda.

Saya jadi tertarik memesan patin sungai goreng dan mba sarah memesan udang dan patin sungai, semuanya untuk dibawa pulang. Patin sungai lebih mahal dari yang tambak yaitu Rp 35.000, sedangkan udang Rp 75.000 untuk ukuran kecil, kalau yang besar Rp 90.000.



Cukup lama juga kami menunggu proses memasak pesanan kami, dari bahan baku fresh, lalu dibumbui dan digoreng / dibakar. Sambil menunggu pesanan, iseng-iseng saya makan rempeyek yang tersedia didalam toples, eh ternyata enak juga, renyah dan empuk banget. Saya jadi mikir, makanan di Banjar itu antara enak dan enak sekali ya.

4.4. Mie Bancir, Soto Banjar Bang Khalid (**)

Sebelum ke bandara kami harus makan siang dulu dong, wisata kuliner Banjar yang terakhir. Ada satu lagi masakan khas Banjar yang harus kami coba yaitu Mie Bancir atau mie banci, karena penyajiannya mirip mie goreng tapi mengandung sedikit kuah, tapi bukan mie kuah karena kuahnya terlalu sedikit. Mie Bancir terbuat dari mie kuning dan dimasak dengan bumbu soto Banjar dan saos tomat.



Kami menuju rumah makan Soto Banjar Bang Khalid Jl. Lingkar tengah, Pekapuran Raya, bukan hendak makan soto Banjar lagi, melainkan makan mie Bancir. Ruang makannya berupa teras depan sebuah rumah yang didominasi dengan warna hijau. Semua menu harganya sama yaitu @Rp 15.000 untuk mie Bancir, nasi goreng, soto / nasi sop Banjar, bila pesan ½ porsi harganya menjadi Rp 12.000.

Kami memesan 2 jenis mie Bancir yaitu goreng dan kuah serta nasi goreng. Sembari menunggu, tersedia cemilan diatas meja berupa kue akar kelapa, ketika dimakan rasanya gurih dan renyah, jadi ngga mau berhenti mengunyah.



Sepiring mie bancir dihidangkan diatas piring motif daun dengan alas daun pisang, tekstur mie tebal, berwarna kemerahan, dimasak bersama sayuran hijau, ditaburi suwiran ayam, potongan telur bebek dan taburan bawang goreng. Mie bancir goreng, tanpa kuah alias kering, tapi yang kuah diberi sedikit kuah nyemek. 


Ketika dimakan rasanya manis, maklumlah bumbunya sama dengan bumbu soto Banjar plus saos tomat. Sedangkan nasi goreng lebih gurih rasanya, warnanya juga merah, toppingnya sama yaitu memakai suwiran ayam, potongan telur bebek dan taburan bawang goreng tapi ada tambahan kerupuk dan irisan ketimun.

4.5. Bandar Udara Internasional Syamsuddin Noor

Tiba di Bandara Syamsuddin Noor Jl. Angkasa, Landasan Ulin Utara, kami berpamitan dan mengucapkan banyak terima kasih kepada keluarga mba Upik yang sangat baik dan penuh perhatian, dalam menyambut dan mendampingi kami selama berwisata di Banjarmasin, khususnya pak Imi yang setia mengantar kami kemana-mana.





Kami istirahat dan menunggu cukup lama di ruang tunggu Bandara karena faktor pesawat delay. Sambil membunuh waktu luang, saya iseng-iseng mengelilingi ruang tunggu tsb. Ada beberapa media promosi Banjar dari Musium Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km. 36 Banjarbaru yang dipasang dinding bandara yaitu mengenai pakaian pengantin Baamar Galung, pertanian tradiosional Banjar, kerajinan kuningan, orang Banjar dan kebudayaan sungainya serta Banjar Banar atau asli Banjar, artinya begitu anda tiba di Bandara Syamsuddin Noor maka seketika itu pula anda akan bertemu dengan urang Banjar dan segala keunikan budayanya. “Terima kasih telah mengunjungi Kalimantan Selatan, selamat jalan, kaina ka sini pulang lah (nanti kesini lagi ya)”.

No comments: