Sunday, January 12, 2014

Bakmi rebus mbah Surip rasa orisinal (**)







“Mana bakmi godok yang paling medhok dan sedep ?” Pertanyaan itu merupakan judul sebuah ulasan di Detikfood. Kenapa saya baca ulasan ini ? Ya karena Minggu malam yang lalu, suami mengajak saya makan bakmi Jogja di Jl Dharmawangsa, tapi saya menolak karena sudah sering makan disana dan ingin mencoba bakmi Jawa racikan kedai lainnya. Dalam ulasan Detikfood dibahas perbandingan 4 tempat masakan bakmi Jawa yang terkenal di Jakarta yaitu Bakmi Jawa Haji Minto Gondangdia, Bakmi Jogja Haji Nawi, Warung bakmi mbah Surip Ampera Raya & Bakmi Jogja Jape Methe BSD. Setelah membaca ulasan tsb, kami sepakat untuk mencoba bakmi mbah Surip karena selain lokasinya memang dekat dengan rumah kami, bakmi ini sangat kondang seantero Jakarta tapi kami belum sempat mencobanya. Nah ini dia saat yang tepat.

Menyusuri jalan Ampera Raya, rupanya lokasi warung bakmi mbah Surip dekat dengan Pengadilan Negeri Jakarta Selatan, tepatnya di Jl. Ampera Raya no 99. Kami parkir didepan warung. Warung ini berupa bangunan sederhana yang memiliki 3 gerobak tempat memasak bakmi didepannya. Malam itu pengunjung lumayan penuh tapi kami langsung mendapat tempat. Karena belum pernah kesini, kami meminta daftar menu yang isinya adalah bakmi rebus, bakmi goreng, atau bihun rebus/goreng, atau bakmi campur bihun, magelangan yaitu bakmi campur nasi serta nasi goreng. Karena udara sedang dingin disertai gerimis mengundang maka saya memesan bakmi rebus dan suami memesan bakmi campur bihun rebus. Ada 3 tingkatan menu bakmi yaitu biasa, spesial dan istimewa. Daripada pusing menanyakan perbedaannya, maka saya memesan bakmi yang memakai ayam saja dan suami meminta tambahan ati rempela.

Tak disangka pesanan kami tiba dengan cepat. Dua piring bakmi rebus terhidang dihadapan kami. Baik bakmi maupun kuahnya berwarna kuning pucat, bercampur dengan telur, irisan kol dan tomat, diberi taburan bawang goreng dan seledri, serta acar dipinggirnya. Tidak terlihat ati rempela diatas bakmi pesanan suami. Setelah saya aduk baru terlihat suwiran ayam yang menyembul. Karena merasa kurang, kami memesan tambahan suwiran ayam lagi. Segera kami sruput mumpung masih panas.


Bakmi mengeluarkan aroma yang wangi dan khas karena dimasak diatas tunggu arang. Rasanya gurih karena memakai telur yang cukup banyak serta kuah dan ayam yang berasal dari ayam kampung. Bumbunya terasa halus dan menyatu, tidak ada jejak rasa kemiri dan merica yang berlebihan. Tapi rasanya kurang asin, sehingga dimeja disediakan garam, merica dan cabe rawit. Bakmi yang dipakai adalah mie telor, walaupun begitu citarasa sajian ini terasa khas dan orisinal. Makanan kami tandas dengan cepat. Tubuh kami terasa hangat dan kembali bersemangat. Apalagi ketika membayar, selembar uang lima puluh ribuan pun masih ada kembalian, padahal perut sudah kekenyangan. Mantap.

No comments: