Tuesday, July 14, 2009

ULASAN KULINER : TORIGEN (***)














Torigen, Japanese Restaurant
Jl. Wijaya I no: 53 Kebayoran Baru Jakarta Selatan, Jam buka : 11.00, Jam tutup : 23.00, Phone : 021-7233977, Fax : 021-7233978, Halal : Halal

Sebagai penikmat masakan Jepang, aku paling antusias kalau ketemu tempat makan baru, karena penasaran pengen segera coba. Misalnya ketika pulang kantor, melewati daerah jalan Wijaya I, disebelah toko kue Dapur Coklat, terlihat sebuah restoran Jepang baru yang sangat menarik perhatian, karena eksterior bangunan restoran berbentuk khas Jepang dengan nuansa kayu, dikiri kanan pintu masuknya ada tiang kayu, lalu disebelahnya digantung lampu lampion khas jepang warna merah menyala dengan tulisan kanji. Papan nama restotannya pun berwarna merah, dengan tulisan : Torigen, Japanese Restaurant. Parkiran untuk pengunjungnya pun penuh. Tuh kan jadi penasaran.
Maka pada suatu malam minggu, kami pun pergi kesana untuk mengobati rasa penasaran kami. Di pintu masuk, kami segera dibukakan pintu & disambut oleh pelayan berseragam putih dengan mengucapkan salam berbahasa Jepang. Pelayanan disini sangat ramah & perhatian. Semua pertanyaan ku mengenai menu makanan yang terus terang banyak yang tidak mengerti, semua dijawab dengan ramah. Untunglah buku menunya ada gambarnya. Jadi kira-kira ada gambaran bentuk masakannya. Contohnya, aku kan pengen sushi roll tapi pengen yang matang. Rupanya hanya ada Tori sushi yang matang, karena berisi daging ayam panggang. Lalu kami memesan Yakimeshi alias nasi goreng, Age dashi tofu alias tahu Jepang, sebagai menu kedoyanan ku. Yayang memesan menu kesayangannya yaitu chawan musi alias telor kukus. Terakhir kedoyanan kami adalah shitake sio alias Jamur Shitake.
Kemudian kami diberi tahu kalau ada menu siap saji yang bisa langsung dipilih yaitu Oden. Apa sih oden, jadi penasaran (lagi). Kami pun dituntun kesamping dapur, untuk memilih oden. Oh rupanya oden itu adalah berbagai bahan makanan yang direbus dalam kuah. Isinya bermacam-macam, ada lobak, telor, jelly, baso gepeng ikan cincang, olahan cumi, dll. Maka kami pun memilih 1 baso gepeng ikan cincang dan baso cumi yang bentuknya lonjong dan bolong ditengah, isinya 4 dan ditusuk sate.
Oden disajikan bersama mustard. Di otak ku terbayang rasa mustard yang kecut, tapi pas dimakan, alamak rasanya tajam menyengat. Ih aku gak doyan. Lalu basonya, rasanya ya seperti baso seafood tapi ikan & cuminya sangat terasa, agak kenyal-kenyal tapi empuk sih. Rasa kuah nya seperti kaldu ikan, bening kecoklatan, tidak ada rasa gurih yang tajam & tidak begitu panas. Walaupun masakan ini terasa pas, dan segera habis disantap, tapi bukan merupakan favorite kami.
Sambil menunggu pesanan yang datang, kami mengamati interior restorant ini. Sangat bernuansa khas Jepang, dengan meja kursi terbuat dari kayu, lampu-lampu Jepang yang terbuat dari kayu berbentuk kota-kotak seperti papan catur. Lampion Jepang berwarna merah dan putih juga tergantung di dekat tembok. Jendela dapur nya juga kotak-kotak. Kalau ada pintu, tidak ada daun pintunya, melainkan ditutup gorden kain dengan tulisan kanji, tapi hanya setengah, tidak sampai menyentuh lantai. Kemudian ada bar untuk meracik minuman, serta ada counter dengan seorang koki yang memanggang sate, disebelah counter Oden. Disini dipasang juga sebuah LCD yang programnya NHK.
Tak lama kemudian datanglah pesanan kami satu persatu, dimulai dari chawan musi, yaitu telor yang dicampur kaldu, lalu diisi jamur dan udang, ditaruh kedalam sebuah mangkuk yang kemudian dikukus hingga matang, sehingga bentuknya seperti pudding, licin mengkilap dipermukaannya. Rasanya, heem enak, lembut, gurih dan nikmat. Chawan musi dimakan sebagai pembuka, yang segera kami tandaskan. Kemudian datanglah pesanan kami, nasi goreng, sate jamur shitake, serta agedashi tofu.
Nasi goreng ini sebenarnya biasa saja bentuknya, berbumbu bawang putih, berwarna kekuningan dan hanya dicampur dengan telur orak-arik serta daun bawang, tapi rasanya, kok enak ya, sederhana tapi nikmat, gurih & tidak hambar. Nyam nyam. Nasi goreng kami makan bersama sate jamur & agedashi tofu. Sate jamur adalah 2 tusuk sate yang berisi masing-masing 3 jamur shitake, yang telah sedikit dibakar, tapi tidak gosong, rasanya murni tanpa bumbu, dicocol kecap asin aja, kenyal-kenyal empuk, enak. Kami memang penggemar jamur shitake.
Terakhir adalah agedashi tofu yaitu tahu sutera Jepang yang bentuk nya bulat panjang lonjong kaya lontong, banyak dijual disupermarket, lalu dipotong-potong. Tapi 1 porsi agedasi tofu ini hanya berisi 3 potong tahu, yang di goreng tepung (ih gimana sih caranya supaya gak hancur ? Pengen !), lalu disajikan dalam mangkok yang telah diberi kuah kaldu berwarna coklat karena diberi kecap Jepang, rasanya gurih asin manis. Ketiga potong tahu tsb, yang satu polos, satu lagi berhias topping selembar nori (rumput laut), dan satu lagi berhias topping daun ketumbar. Lalu ditaburi irisan daun bawang dan parutan lobak. Ah nikmatnya, ini baru favorit ku. Setelah sajian tsb habis, maka terakhir kami makan sushi rollnya yang berisi 4 roll. Yaitu nasi Jepang yang agak lengket digulung, dengan kulit luar nori dan isinya adalah ayam panggang dengan daun selada serta mayones. Rasanya heem uenak tenan. Ah sedap nian berbagai masakan ini.
Setelah selesai dan merasa kekeyangan, sambil minum ocha hangat, kami pun meminta bill nya. Eh yang datang malah compliment dessert berupa semangkok kecil yang berisi 2 potong semangka, 2 potong melon, 2 potong jelly yang disiram fla susu yang manis. Aduh enak banget, pas rasanya, fla nya sampai ku sendok sampai tandas.
Bill telah datang, dan harganya adalah, age dashi tofu Rp 32.000, chawan musi Rp 22.000, chikuwa oden (cumi) Rp 14.000, Satsuma age oden (ikan) Rp. 15.000, shitake sio Rp 18.000, tori sushi Rp 38.000, yakimeshi Rp 39.000, rupanya ochanya gratis, total after tax adalah Rp 206.569. Cukup mahal sih, tapi sebandinglah dengan kelezatanya.
Nah sekarang udah tau kan, tempat masakan Jepang yang recommended, jadi silahkan coba. Rupanya ada juga loh di Bandung, di jl. Setiabudi no 48. Sampai jumpa.

No comments: