Kalau aku makan nasi, terutama kalau di rumah sih, rasanya hampir gak mungkin tanpa penggiring yang satu ini, yaitu krupuk. Dan ini udah terjadi sejak kecil & terjadi pada keluarga ku. Dimana dirumah itu selalu tersedia krupuk. Kadang krupuk udang, krupuk kulit, krupuk aci, krupuk kampung, krupuk ikan, krupuk bentuk kembang, krupuk bentuk lonjong kecil, krupuk bentuk kriting, emping, dll. Kadang mamah selalu beburu aneka jenis krupuk bentuk baru yang belum kami coba. Bahkan sampe pesen ke tetangga lah, pesen ke sodara yang di luar kota, pesen ke tukang sol sepatu lah, karena dia sering pulang kampung ke ciamis, bahkan selalu jeli bila diundang makan di arisan, untuk mengamati & mencicipi apabila disuguhi variasi krupuk bentuk baru.
Buat ku krupuk adalah penolong yang mujarab, bila lauk makan kurang gurih atau kurang yummy, ditambah krupuk acara makan jadi lancar. Susahnya kalo lagi batuk, kata dokter gak boleh makan gorengan, tetep kucuri-curi kesempatan makan krupuk. Akibatnya batuk menjadi sulit sembuh & tenggorokan suka berdahak. Tapi bagaimana dong, aku udah ketergantungan nih.
Tapi ada satu hal yang tabu, yang tidak boleh dilakukan dirumah, yaitu jangan menyediakan krupuk warna warni, khususnya krupuk berwarna sangat mencorong. Contohnya krupuk merah yang suka ada dalam soto padang itu loh. Pasti bapak marah & melotot serta berkata itu krupuk kanker. Ya masuk akal sih, lagi pula siapa sih yang mau jual krupuk berwarna yang murah, tapi memakai bahan pewarna makanan yang mahal harganya itu ? Pasti si penjual memakai bahan pewarna tekstil yang murahan itu. Akibatnya krupuk bentuk kembang yang mamah suka pesen dari tukang sol sepatu itu pun jadi terputus pasokannya. Sebab krupuk tsb tersedia dalam warna putih dan merah, tapi lama-lama penjualnya yang pasar ciamis marah, karena si tukang sol cuma mau beli yang warna putih doang. “gak boleh dipilihin” kata si penjual, karena krupuk merah & putih nya dijual & tercampur dalam 1 wadah. Walah, apes deh, padahal rasanya enak banget, krupuknya tebel, rada bantat, rasanya gurih, kayanya dicampur adonan singkong, terus bumbunya juga terasa banget rasa bawangnya. Aduh jadi kangen.
Ngomong-ngomong bantat, kenapa pilih yang bantat sih ? Bantat adalah apabila krupuk tsb tebal & kurang mengembang, akibatnya krupuk menjadi keras & sulit digigit & gak laku buat orang yang sayang sama giginya masing-masing. Tapi sebagai akibatnya, sensasi makan krupuk bantat tsb menjadi uenak sekali, pokoknya gak minat deh makan krupuk yang mengembang & empuk, gak ada perjuangan dalam mengunyahnya. Parahnya lagi sekarang semakin kusadari bahwa penggemar krupuk bantat itu banyak banget. Sebab kalo lagi makan siang bersama anak kantor, misalnya, kalo ada krupuk, suka rebutan cari yang bantat. Apalagi kalo lagi makan di ps Benhil atau makan Ayam Taliwang kek, begitu disodori krupuk, langsung deh itu tangan pada cepet-cepetan ngambil yang bantat duluan. Ih jadi banyak saingan. Kayanya kalo makan bareng temen, 50% nya adalah penggemar krupuk bantat, tapi krupuk bantat yang tersedia hanya 1-2 biji ajah. Syukur lah Yayang ngak demen, “ih keras” komentarnya.
Beberapa bulan yang lalu, sewaktu aku pergi ke Bandung, aku mencoba makan di Nasi Bancakan Mang Barna & Bi O’om terletak di Jalan Trunojoyo No. 62, telpon 022-4203650. Keistimewaannya makan disini adalah masakan sunda tempo dulu yang kesannya kampungan banget, kaya makan disawah, lauknya juga sederhana, tapi banyak jenisnya, interiornya juga suasana tempo dulu, menyediakan lesehan diatas tiker, bahkan piring & gelasnya dari kaleng, yang kadang ada yang udah gompal-gompal. Rasa masakannya juga enak & yang penting murah meriah.
Nah ketika makan disinilah, kulihat ada krupuk kampung dalam plastik yang digantung-gantung ditiang kayu rumah makan ini. Yakni krupuk kampung yang terbuat dari aci dan berbentuk kriting, yang biasa dijual oleh tukang krupuk keliling, tapi bentuknya kecil sebesar telapak tangan kita (tapi jari tangan gak termasuk), sehingga 1 bungkus plastic berisi 10 krupuk. Nah judul krupuknya itu loh : Krupuk Bantat renyah gurih cap Tiga Ikan, produksi Bandung telp 081220263203. Pas ku makan, wah cocok nih, bener-bener bantat seluruhnya. Karena biasanya krupuk jenis ini kalo yang besar kan bantatnya cuma ditengah krupuk. Sedangkan krupuk ini, karena bentuknya kecil, maka krupuk bantat seluruhnya. Kan enak gak perlu milih-milih & rebutan. Rasanya pun gurih, terasa bumbu bawangnya & ada serpihan halus daun bawang hijaunya. Aku langsung cocok & memborong 10 bungkus krupuk @ Rp 5.000. Akhirnya kalau aku sedang ke Bandung, pasti deh mampir kesini, hanya karena mau membeli 10 bungkus krupuk buat dibawa pulang.
Lalu beberapa waktu yang lalu, pas aku ke Bandung lagi, aku makan di kupat tahu Gempol di Jl. Gempol. Tempat ini terkenal loh sebagai juara wisata kuliner dari kecap Bango. Tempat makannya sederhana banget, disebuah warung kecil dengan 2 buah kursi kayu panjang. Tapi yang mau kuceritakan adalah toko sembako disebelah kanan kupat tahu ini menjual krupuk bantat kesukaan ku ini, dengan harga Rp 2.500 saja. Wah asiknya. Jadi semakin cinta sama krupuk ini. Jadi kalo aku bawa bekel buat lunch di kantor, aku selalu bawa 4 biji krupuk, biar temen makan ku juga nyicipin. He..he..he..
Labels
- Kuliner Jakarta (224)
- Dakwah (99)
- Kuliner Bandung (53)
- Kuliner Tangerang (53)
- Pengalaman (37)
- yukmakan (20)
- Artikel (17)
- Detik Food (17)
- Kuliner Jateng (15)
- Kuliner Bogor (14)
- Kuliner Jabar (13)
- FOTO-FOTO (11)
- Hotel (6)
- Resep (6)
- Kuliner Cirebon (5)
- Kuliner Jatim (4)
- Kuliner Kalimantan Selatan (4)
- Kuliner Lampung (4)
- Prakarya (4)
- Kuliner Bali (3)
- Kuliner Medan (3)
- Jualan (2)
- Kuliner Thailand (2)
- Kuliner Malaysia (1)
- Kuliner Singapore (1)
- Kuliner Sulawesi (1)
- Novel (1)
Saturday, June 20, 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment