Labels
- Kuliner Jakarta (224)
- Dakwah (99)
- Kuliner Bandung (53)
- Kuliner Tangerang (53)
- Pengalaman (37)
- yukmakan (20)
- Artikel (17)
- Detik Food (17)
- Kuliner Jateng (15)
- Kuliner Bogor (14)
- Kuliner Jabar (13)
- FOTO-FOTO (11)
- Hotel (6)
- Resep (6)
- Kuliner Cirebon (5)
- Kuliner Jatim (4)
- Kuliner Kalimantan Selatan (4)
- Kuliner Lampung (4)
- Prakarya (4)
- Kuliner Bali (3)
- Kuliner Medan (3)
- Jualan (2)
- Kuliner Thailand (2)
- Kuliner Malaysia (1)
- Kuliner Singapore (1)
- Kuliner Sulawesi (1)
- Novel (1)
Friday, June 26, 2009
Unik Lezat Soerabi Kolor Ijo (**)
This summary is not available. Please
click here to view the post.
ULASAN KULINER : PIN-TU RESTO (**)
Bingung cari masakan khas Palembang tapi di Bandung ? Nah sekarang telah kutemukan resto yang tepat yaitu di Pin-Tu Resto, Jl. Bengawan no 78 Bandung. Telpon 022 720 8236, Fax 022 723 4169. Menu andalan di sini adalah Pin Tu alias Pindang Tulang. Yaitu iga sapi yang di presto lalu dimasak pindang khas Palembang yaitu memakai kuah yang rasanya pedas asam segar. Tapi selain masakan Palembang banyak juga pilihan menu lainnya. Terus di resto ini juga bisa buat pesta ultah, arisan, meeting, pernikahan & other event, dengan pilihan menu buffet & stall. Harga nya juga standart. Nah silahkan coba, dijamin enak dan gak nyesel deh.
Sunday, June 21, 2009
ULASAN KULINER : DIJAN’S PANNEKOEKEN & POFFERTJES (***)
Kawasan Kemang Jak Sel, tempat yang tepat buat wisata kuliner, wisata belanja & wisata cuci mata karena para pengunjung kawasan ini memang beragam, unik & keren-keren, dari anak abg, anak kuliahan, orang dewasa, para artis, bule, sehingga sampai larut malam pun, kawasan ini tetap hidup & macet, tidak peduli hari biasa, terlebih-lebih saat week end.
Malam minggu menyusuri Kemang dari arah belakang, yakni dari arah TB Simatupang, buat cari tempat makan, begitu beragam pilihan nya. Berbagai restoran seafood, masakan padang, mi jawa, sate dombrut, café, bertebaran di kiri kanan jalan. Dan akhirnya kami pun menjatuhkan pilihan di Dijan’s Pannekoeken & Poffertjes, Jl. Kemang Selatan no 102A, Jak Sel, telpon 021 7179 3538.
Dari namanya saja sudah ketahuan, pasti resto ini menyediakan dessert. Jadi cukuplah untuk kapasitas makan malam. Memasuki ruang resto yang dulunya berasal dari sebuah rumah, menimbulkan suasana jadul, yaitu bentuk rumah yang ruang depan nya berbentuk bulat setengah lingkaran, merupakan bangunan rumah khas jaman Belanda, kaca jendela nya pun dari keramik warna warni dengan corak bunga tulip khas Belanda, kita langsung disambut oleh dentingan suara piano tunggal. Ruangan resto bersuasana nyaman & hommy, berkesan luas karena penataan meja kursi nya tidak sempit berdempetan, sehingga masih banyak menyisakan ruang untuk anak-anak kecil berlarian disepanjang ruangan. Kemudian masih ada taman dibelakang ruangan yang dimanfaat sebagai tempat makan di ruang terbuka.
Pelayan pun datang untuk menyodorkan menu, tapi kemudian ditinggal olehnya, untuk memberikan kita kesempatan untuk berpikir. Menu terdiri dari appetizer seperti garlic bread, kentang, calamari, kroket, aneka cream soup & salad, main course terdiri dari steak, pasta, nasi goreng, sop buntut, dessert berupa pan cake, poffertjes, crème brulee, ice cream, cocktail, lalu aneka minuman kopi, teh, coklat, jus, serta minuman beralkohol.
Akhirnya kami memanggil pelayan & menjatuhkan pilihan pada menu yang tidak begitu berat, yaitu mushroom cream soup, omelet, poffertjes met blackcerries, serta minuman teh & hot chocolate. Sambil menunggu pesanan yang datang, kami membaca majalah yang memang disediakan disini.
Tapi kami tidak perlu menunggu terlalu lama, pesanan pun datang. Aku segera mencicipi mushroom cream soup, yaitu jamur yang diblender halus lalu dimasak bersama krim kental, disajikan diatas piring yang agak melengkung. Sup berwarna coklat dengan titik-titik hitam yang berasal dari jamur, lalu dihiasi oleh beberapa kotak kecil garlic bread. Ketika ku suap sup yang masih panas ini, heem alangkah nikmatnya, begitu lembut, gurih sangat terasa jamur & krimnya, dan garlic breadnya enak banget, terasa asin gurih nya yang berasal dari bawang putih & mentega. Rasanya ingin memesan roti garlic secara khusus, tapi ah takut kekenyangan. Aku juga mencicipi omelet yang dipesan Yayang, yaitu telur yang dikocok lalu dicampur potongan jamur, kemudian dimasak tapi tidak terlalu matang dan berbentuk gulungan. Enak, pas tidak begitu asin. Seharusnya sih diberi potongan keju, tapi memang Yayang tidak mau, takut terlalu bikin gemuk. Telur disajikan di piring ceper bersama potongan kentang goreng. Ah ini pun enak, diselingi seruputan hot chocolate, benar-benar serasa sarapan di hotel berbintang. Makan malam pun segera tuntas, tapi kami perlu menunggu pesanan poffertjes kami. Dan ketika dessert kami datang, wow betapa menggiurkannya, poffertjes berbentuk bulat gepeng, berwarna kuning kecoklatan, disusun disekitar pinggir piring yang ceper lebar, lalu ditaburi gula halus diatasnya, lalu ditengah piring ditaruh 1 scop es krim vanilla, kemudian es krim disiram oleh saus & buah blackcerry yang berwarna ungu tua sehingga lelehannya menyebar ke sela-sela poffertjes, lalu diatas es krim diberi wipe cream. Nah kan kebayang enaknya. Rasa poffertjes begitu lembut dan terasa menteganya, diselingi rasa manis asam segar dari blackcerry yang bila dikunyah masih terasa biji-bjinya. Kalau ku pikir-pikir, walau ngak makan nasi, tetep aja kalori yang masuk ke tubuh banyak juga ya. He..he..he..bisa gemuk kalau makan enak seperti ini terus.
Ah selesai sudah makan malam kami ini, jam menunjukkan pk 9 malam, dan suara piano telah berganti dengan suara musik lembut dari sebuah tape. Kami pun meminta bill dan, he..he..mahal juga ya. Sup dihargai Rp 30.000, omelett Rp 40.000, poffertjes Rp 45.000, hot chocolate Rp 22.500 serta teh Rp 17.500, total menjadi Rp 180.730 including tax. Ah tapi sesuai lah dengan masakan yang disajikan. Memang berkesan.
Saturday, June 20, 2009
KOMUNITAS KRUPUK BANTAT (***)
Kalau aku makan nasi, terutama kalau di rumah sih, rasanya hampir gak mungkin tanpa penggiring yang satu ini, yaitu krupuk. Dan ini udah terjadi sejak kecil & terjadi pada keluarga ku. Dimana dirumah itu selalu tersedia krupuk. Kadang krupuk udang, krupuk kulit, krupuk aci, krupuk kampung, krupuk ikan, krupuk bentuk kembang, krupuk bentuk lonjong kecil, krupuk bentuk kriting, emping, dll. Kadang mamah selalu beburu aneka jenis krupuk bentuk baru yang belum kami coba. Bahkan sampe pesen ke tetangga lah, pesen ke sodara yang di luar kota, pesen ke tukang sol sepatu lah, karena dia sering pulang kampung ke ciamis, bahkan selalu jeli bila diundang makan di arisan, untuk mengamati & mencicipi apabila disuguhi variasi krupuk bentuk baru.
Buat ku krupuk adalah penolong yang mujarab, bila lauk makan kurang gurih atau kurang yummy, ditambah krupuk acara makan jadi lancar. Susahnya kalo lagi batuk, kata dokter gak boleh makan gorengan, tetep kucuri-curi kesempatan makan krupuk. Akibatnya batuk menjadi sulit sembuh & tenggorokan suka berdahak. Tapi bagaimana dong, aku udah ketergantungan nih.
Tapi ada satu hal yang tabu, yang tidak boleh dilakukan dirumah, yaitu jangan menyediakan krupuk warna warni, khususnya krupuk berwarna sangat mencorong. Contohnya krupuk merah yang suka ada dalam soto padang itu loh. Pasti bapak marah & melotot serta berkata itu krupuk kanker. Ya masuk akal sih, lagi pula siapa sih yang mau jual krupuk berwarna yang murah, tapi memakai bahan pewarna makanan yang mahal harganya itu ? Pasti si penjual memakai bahan pewarna tekstil yang murahan itu. Akibatnya krupuk bentuk kembang yang mamah suka pesen dari tukang sol sepatu itu pun jadi terputus pasokannya. Sebab krupuk tsb tersedia dalam warna putih dan merah, tapi lama-lama penjualnya yang pasar ciamis marah, karena si tukang sol cuma mau beli yang warna putih doang. “gak boleh dipilihin” kata si penjual, karena krupuk merah & putih nya dijual & tercampur dalam 1 wadah. Walah, apes deh, padahal rasanya enak banget, krupuknya tebel, rada bantat, rasanya gurih, kayanya dicampur adonan singkong, terus bumbunya juga terasa banget rasa bawangnya. Aduh jadi kangen.
Ngomong-ngomong bantat, kenapa pilih yang bantat sih ? Bantat adalah apabila krupuk tsb tebal & kurang mengembang, akibatnya krupuk menjadi keras & sulit digigit & gak laku buat orang yang sayang sama giginya masing-masing. Tapi sebagai akibatnya, sensasi makan krupuk bantat tsb menjadi uenak sekali, pokoknya gak minat deh makan krupuk yang mengembang & empuk, gak ada perjuangan dalam mengunyahnya. Parahnya lagi sekarang semakin kusadari bahwa penggemar krupuk bantat itu banyak banget. Sebab kalo lagi makan siang bersama anak kantor, misalnya, kalo ada krupuk, suka rebutan cari yang bantat. Apalagi kalo lagi makan di ps Benhil atau makan Ayam Taliwang kek, begitu disodori krupuk, langsung deh itu tangan pada cepet-cepetan ngambil yang bantat duluan. Ih jadi banyak saingan. Kayanya kalo makan bareng temen, 50% nya adalah penggemar krupuk bantat, tapi krupuk bantat yang tersedia hanya 1-2 biji ajah. Syukur lah Yayang ngak demen, “ih keras” komentarnya.
Beberapa bulan yang lalu, sewaktu aku pergi ke Bandung, aku mencoba makan di Nasi Bancakan Mang Barna & Bi O’om terletak di Jalan Trunojoyo No. 62, telpon 022-4203650. Keistimewaannya makan disini adalah masakan sunda tempo dulu yang kesannya kampungan banget, kaya makan disawah, lauknya juga sederhana, tapi banyak jenisnya, interiornya juga suasana tempo dulu, menyediakan lesehan diatas tiker, bahkan piring & gelasnya dari kaleng, yang kadang ada yang udah gompal-gompal. Rasa masakannya juga enak & yang penting murah meriah.
Nah ketika makan disinilah, kulihat ada krupuk kampung dalam plastik yang digantung-gantung ditiang kayu rumah makan ini. Yakni krupuk kampung yang terbuat dari aci dan berbentuk kriting, yang biasa dijual oleh tukang krupuk keliling, tapi bentuknya kecil sebesar telapak tangan kita (tapi jari tangan gak termasuk), sehingga 1 bungkus plastic berisi 10 krupuk. Nah judul krupuknya itu loh : Krupuk Bantat renyah gurih cap Tiga Ikan, produksi Bandung telp 081220263203. Pas ku makan, wah cocok nih, bener-bener bantat seluruhnya. Karena biasanya krupuk jenis ini kalo yang besar kan bantatnya cuma ditengah krupuk. Sedangkan krupuk ini, karena bentuknya kecil, maka krupuk bantat seluruhnya. Kan enak gak perlu milih-milih & rebutan. Rasanya pun gurih, terasa bumbu bawangnya & ada serpihan halus daun bawang hijaunya. Aku langsung cocok & memborong 10 bungkus krupuk @ Rp 5.000. Akhirnya kalau aku sedang ke Bandung, pasti deh mampir kesini, hanya karena mau membeli 10 bungkus krupuk buat dibawa pulang.
Lalu beberapa waktu yang lalu, pas aku ke Bandung lagi, aku makan di kupat tahu Gempol di Jl. Gempol. Tempat ini terkenal loh sebagai juara wisata kuliner dari kecap Bango. Tempat makannya sederhana banget, disebuah warung kecil dengan 2 buah kursi kayu panjang. Tapi yang mau kuceritakan adalah toko sembako disebelah kanan kupat tahu ini menjual krupuk bantat kesukaan ku ini, dengan harga Rp 2.500 saja. Wah asiknya. Jadi semakin cinta sama krupuk ini. Jadi kalo aku bawa bekel buat lunch di kantor, aku selalu bawa 4 biji krupuk, biar temen makan ku juga nyicipin. He..he..he..
Buat ku krupuk adalah penolong yang mujarab, bila lauk makan kurang gurih atau kurang yummy, ditambah krupuk acara makan jadi lancar. Susahnya kalo lagi batuk, kata dokter gak boleh makan gorengan, tetep kucuri-curi kesempatan makan krupuk. Akibatnya batuk menjadi sulit sembuh & tenggorokan suka berdahak. Tapi bagaimana dong, aku udah ketergantungan nih.
Tapi ada satu hal yang tabu, yang tidak boleh dilakukan dirumah, yaitu jangan menyediakan krupuk warna warni, khususnya krupuk berwarna sangat mencorong. Contohnya krupuk merah yang suka ada dalam soto padang itu loh. Pasti bapak marah & melotot serta berkata itu krupuk kanker. Ya masuk akal sih, lagi pula siapa sih yang mau jual krupuk berwarna yang murah, tapi memakai bahan pewarna makanan yang mahal harganya itu ? Pasti si penjual memakai bahan pewarna tekstil yang murahan itu. Akibatnya krupuk bentuk kembang yang mamah suka pesen dari tukang sol sepatu itu pun jadi terputus pasokannya. Sebab krupuk tsb tersedia dalam warna putih dan merah, tapi lama-lama penjualnya yang pasar ciamis marah, karena si tukang sol cuma mau beli yang warna putih doang. “gak boleh dipilihin” kata si penjual, karena krupuk merah & putih nya dijual & tercampur dalam 1 wadah. Walah, apes deh, padahal rasanya enak banget, krupuknya tebel, rada bantat, rasanya gurih, kayanya dicampur adonan singkong, terus bumbunya juga terasa banget rasa bawangnya. Aduh jadi kangen.
Ngomong-ngomong bantat, kenapa pilih yang bantat sih ? Bantat adalah apabila krupuk tsb tebal & kurang mengembang, akibatnya krupuk menjadi keras & sulit digigit & gak laku buat orang yang sayang sama giginya masing-masing. Tapi sebagai akibatnya, sensasi makan krupuk bantat tsb menjadi uenak sekali, pokoknya gak minat deh makan krupuk yang mengembang & empuk, gak ada perjuangan dalam mengunyahnya. Parahnya lagi sekarang semakin kusadari bahwa penggemar krupuk bantat itu banyak banget. Sebab kalo lagi makan siang bersama anak kantor, misalnya, kalo ada krupuk, suka rebutan cari yang bantat. Apalagi kalo lagi makan di ps Benhil atau makan Ayam Taliwang kek, begitu disodori krupuk, langsung deh itu tangan pada cepet-cepetan ngambil yang bantat duluan. Ih jadi banyak saingan. Kayanya kalo makan bareng temen, 50% nya adalah penggemar krupuk bantat, tapi krupuk bantat yang tersedia hanya 1-2 biji ajah. Syukur lah Yayang ngak demen, “ih keras” komentarnya.
Beberapa bulan yang lalu, sewaktu aku pergi ke Bandung, aku mencoba makan di Nasi Bancakan Mang Barna & Bi O’om terletak di Jalan Trunojoyo No. 62, telpon 022-4203650. Keistimewaannya makan disini adalah masakan sunda tempo dulu yang kesannya kampungan banget, kaya makan disawah, lauknya juga sederhana, tapi banyak jenisnya, interiornya juga suasana tempo dulu, menyediakan lesehan diatas tiker, bahkan piring & gelasnya dari kaleng, yang kadang ada yang udah gompal-gompal. Rasa masakannya juga enak & yang penting murah meriah.
Nah ketika makan disinilah, kulihat ada krupuk kampung dalam plastik yang digantung-gantung ditiang kayu rumah makan ini. Yakni krupuk kampung yang terbuat dari aci dan berbentuk kriting, yang biasa dijual oleh tukang krupuk keliling, tapi bentuknya kecil sebesar telapak tangan kita (tapi jari tangan gak termasuk), sehingga 1 bungkus plastic berisi 10 krupuk. Nah judul krupuknya itu loh : Krupuk Bantat renyah gurih cap Tiga Ikan, produksi Bandung telp 081220263203. Pas ku makan, wah cocok nih, bener-bener bantat seluruhnya. Karena biasanya krupuk jenis ini kalo yang besar kan bantatnya cuma ditengah krupuk. Sedangkan krupuk ini, karena bentuknya kecil, maka krupuk bantat seluruhnya. Kan enak gak perlu milih-milih & rebutan. Rasanya pun gurih, terasa bumbu bawangnya & ada serpihan halus daun bawang hijaunya. Aku langsung cocok & memborong 10 bungkus krupuk @ Rp 5.000. Akhirnya kalau aku sedang ke Bandung, pasti deh mampir kesini, hanya karena mau membeli 10 bungkus krupuk buat dibawa pulang.
Lalu beberapa waktu yang lalu, pas aku ke Bandung lagi, aku makan di kupat tahu Gempol di Jl. Gempol. Tempat ini terkenal loh sebagai juara wisata kuliner dari kecap Bango. Tempat makannya sederhana banget, disebuah warung kecil dengan 2 buah kursi kayu panjang. Tapi yang mau kuceritakan adalah toko sembako disebelah kanan kupat tahu ini menjual krupuk bantat kesukaan ku ini, dengan harga Rp 2.500 saja. Wah asiknya. Jadi semakin cinta sama krupuk ini. Jadi kalo aku bawa bekel buat lunch di kantor, aku selalu bawa 4 biji krupuk, biar temen makan ku juga nyicipin. He..he..he..
Sunday, June 14, 2009
ULASAN KULINER : SOTO CEKER GANDARIA (*)
Satu lagi tempat makan murmer yummy di kawasan kebayoran baru, yaitu Soto Ceker Gandaria. Letaknya di Jl Gandaria VI, caranya, dari kawasan Taman Puring ps Mayestik kita belok kiri ke jalan Gandaria arah Radio Dalam, pelan-pelan, liat disebelah kiri jalan ada taman yang banyak gerobak pejual makanannya, langsung belok kekiri ke jl Gandaria I, disitu memang ada soto ayam ceker, tapi yang aku makan bukan disitu. Jadi jalan terus kedalam sampai ketemu taman lagi yang lebih luas dan ada mesjid nya, nah langsung keliatan tuh ada keramaian yang berasal dari pengunjung soto ayam ceker, satu-satunya gerobak makanan yang ada disitu. Tempat makannya adalah deretan meja kursi yang tersusun rapi disepanjang pinggir pagar taman tsb. Tapi jangan harap makan disini kalo hujan ya, sebab atapnya adalah langit yang berbintang. Terus buka nya juga cuma malam, karena siapa sih yang tahan makan dibawah sinar matahari di siang hari bolong ?
Begitu sampai, aku langsung pesan semangkok soto ayam ceker dengan nasi (mas nya pasti nanya dulu, mau pisah atau campur ?) dan semangkok lagi tanpa ceker untuk Yayang. Tapi karena semua kursi sudah terisi, terpaksa ku tunggu dulu pengunjung yang sudah selesai makan. Sambil menunggu aku perhatikan si mas yang sedang meracik soto. Bihun, toge, suwiran ayam & sepasang ceker ditaruh dimangkok lalu disiram kuah soto. Lalu para pelayan yang cukup banyak jumlahnya, hilir mudik mengantarkan soto pesanan, yang disertai dengan sepiring sate ati rempela & sate telor usus. Kulihat juga dia mengambil bungkusan kecil-kecil dari sebuah toples. “Mas itu apa sih ?” tanya ku. “Ini kripik kulit mba” katanya. Wow boleh juga nih, pikir ku.
Sepuluh menit berlalu, akhirnya ada juga kursi yang kosong. Soto langsung diantar ke meja dan diiringi sepiring sate serta 2 bungkus kripik kulit. Di setiap meja sudah tersedia setoples krupuk udang & emping, sepiring jeruk nipis & sebotol sambal. Dalam kegelapan malam yang diterangi cahaya lilin, ku ambil sepotong jeruk nipis, ku peras diatas soto, ku aduk, ku suap dan heem segarnya kuah soto ini menyeruak didalam mulut. Kuperhatikan kuah soto yang bening, tidak kuning dan berminyak seperti biasanya, sehingga rasanya pun ringan & segar, tapi tetap terasa gurih. Suwiran ayamnya pun cukup banyak. Segera kusuap sesendok nasi putih hangat yang telah ditaburi bawang goreng, serta kubuka plastik yang berisi kripik kulit nya. Pas kumakan, o o enaknya, rupanya ini kulit ayam yang digoreng garing sehingga berwarna coklat & berbunyi kriuk kriuk kalau dimakan, serta rasanya gurih asin, melengkapi nikmatnya soto ayam ini. Terakhir ku makan cekernya yang lembut sebagai penutup, hanya saja satu-satunya yang kusesali adalah kenapa cekernya cuma sepasang sih ?
Ku curi dengar pembicaraan 4 orang bapak-bapak yang pasti baru pulang kantor dan duduk disebelahku, karena kami memang duduk dalam 1 meja, “wah kalau makan disini pas bulan puasa, antri banget, sampe makannya sambil berdiri” katanya berpromosi pada temennya. Ya ampun, pikirku, kebayang deh kehebohannya. Segera kami tuntaskan acara candle light dinner kami, karena banyak nya rombongan yang baru berdatangan. “Piro mas ?” Tanya Yayang. 2 soto, 2 nasi, 1 sate, 1 teh botol & 4 kripik kulit (yang 2 dibawa pulang, enak sih) total Rp 42.000. Nah ini dia yang bikin mahal, rupanya kripik kulitnya @ Rp 5.000. Kalau sotonya doang sih antara 7 sampe 8 ribuan. Murmer kenik (murah meriah kenyang nikmat). Jangan lupa, bukanya malem mulai jam 18 sampe sotonya abis…
Begitu sampai, aku langsung pesan semangkok soto ayam ceker dengan nasi (mas nya pasti nanya dulu, mau pisah atau campur ?) dan semangkok lagi tanpa ceker untuk Yayang. Tapi karena semua kursi sudah terisi, terpaksa ku tunggu dulu pengunjung yang sudah selesai makan. Sambil menunggu aku perhatikan si mas yang sedang meracik soto. Bihun, toge, suwiran ayam & sepasang ceker ditaruh dimangkok lalu disiram kuah soto. Lalu para pelayan yang cukup banyak jumlahnya, hilir mudik mengantarkan soto pesanan, yang disertai dengan sepiring sate ati rempela & sate telor usus. Kulihat juga dia mengambil bungkusan kecil-kecil dari sebuah toples. “Mas itu apa sih ?” tanya ku. “Ini kripik kulit mba” katanya. Wow boleh juga nih, pikir ku.
Sepuluh menit berlalu, akhirnya ada juga kursi yang kosong. Soto langsung diantar ke meja dan diiringi sepiring sate serta 2 bungkus kripik kulit. Di setiap meja sudah tersedia setoples krupuk udang & emping, sepiring jeruk nipis & sebotol sambal. Dalam kegelapan malam yang diterangi cahaya lilin, ku ambil sepotong jeruk nipis, ku peras diatas soto, ku aduk, ku suap dan heem segarnya kuah soto ini menyeruak didalam mulut. Kuperhatikan kuah soto yang bening, tidak kuning dan berminyak seperti biasanya, sehingga rasanya pun ringan & segar, tapi tetap terasa gurih. Suwiran ayamnya pun cukup banyak. Segera kusuap sesendok nasi putih hangat yang telah ditaburi bawang goreng, serta kubuka plastik yang berisi kripik kulit nya. Pas kumakan, o o enaknya, rupanya ini kulit ayam yang digoreng garing sehingga berwarna coklat & berbunyi kriuk kriuk kalau dimakan, serta rasanya gurih asin, melengkapi nikmatnya soto ayam ini. Terakhir ku makan cekernya yang lembut sebagai penutup, hanya saja satu-satunya yang kusesali adalah kenapa cekernya cuma sepasang sih ?
Ku curi dengar pembicaraan 4 orang bapak-bapak yang pasti baru pulang kantor dan duduk disebelahku, karena kami memang duduk dalam 1 meja, “wah kalau makan disini pas bulan puasa, antri banget, sampe makannya sambil berdiri” katanya berpromosi pada temennya. Ya ampun, pikirku, kebayang deh kehebohannya. Segera kami tuntaskan acara candle light dinner kami, karena banyak nya rombongan yang baru berdatangan. “Piro mas ?” Tanya Yayang. 2 soto, 2 nasi, 1 sate, 1 teh botol & 4 kripik kulit (yang 2 dibawa pulang, enak sih) total Rp 42.000. Nah ini dia yang bikin mahal, rupanya kripik kulitnya @ Rp 5.000. Kalau sotonya doang sih antara 7 sampe 8 ribuan. Murmer kenik (murah meriah kenyang nikmat). Jangan lupa, bukanya malem mulai jam 18 sampe sotonya abis…
Thursday, June 11, 2009
3 HAL
Ada tiga hal yang membuat seseorang dinaungi, dirahmati, dan dimasukkan surga oleh Allah:
1. jika diberi rezeki, ia bersyukur;
2. jika mampu membalas, ia bisa memberi maaf;
3. jika marah, ia bisa menahannya.
(HR Hakim)
daarut-tauhiid@yahoogroups.com
agus lutfi
1. jika diberi rezeki, ia bersyukur;
2. jika mampu membalas, ia bisa memberi maaf;
3. jika marah, ia bisa menahannya.
(HR Hakim)
daarut-tauhiid@yahoogroups.com
agus lutfi
Tuesday, June 09, 2009
Terpikat Nasi Punclut Waroeng Sunda (**)
http://food.detik.com/read/2009/06/09/150111/1144843/287/terpikat-nasi-punclut-waroeng-sunda
Kania Kurniasari - detikFood
Jakarta - Nama: Kania Kurniasari
Email: kania.kurniasari[at]id.ey.com
Tak perlu jauh-jauh pergi ke Bandung demi merasakan kelezatan makanan rumah a la Sunda dan Jawa. Karena di Tangerang ada sebuah rumah makan yang menyediakan segala macam masakan gabungan dari keduanya. Mulai dari aneka pepes, sop, sampai dengan nasi punclut. Hmm..seperti apa sih nasi punclut itu?
Semakin seringnya saya ke daerah Tangerang, membuat saya semakin kenal bahwa Tangerang juga kaya akan kulinernya. Selalu ada saja tempat makan yang baru yang layak dicoba. Selain itu banyak juga koran, majalah & website yang mengulas kuliner kawasan Tangerang.
Kalau saya menjemput suami dari Bandara, saya sengaja lewat Serpong dan melewati tol JORR untuk menghindari macetnya tol dalam kota. Nah, saat melewati daerah itulah saya mampir ke sebuah resto yang bernama Waroeng Sunda. Kenapa say amemilih mampir ke temapt ini, karena saya pernah melihat ulasan tentang resto ini disebuah Koran di Jakarta. Selain itu juga tiap kali saya lewat are parkirnya tidak pernah sepipengunjung, ini yang membuat saya makin penasaran.
Memasuki rumah makan itu, sekitar jam 8.30, dan hujan rintik-rintik, disambut oleh petugas parkir yang sigap memayungi kita. Saat masuk, tempat makan terbagi menjadi beberapa ruangan, yaitu didalam ada ruangan untuk umum, dibelakang ada ruangan untuk VIP reserved, serta diluar ada saung-saung serta lesehan. Tapi karena hujan, kita pilih duduk didalam saja. Cuma tempat duduknya itu loh, berbentuk gelondongan kayu bulat yang gak ada senderannya. Wah ini tandanya gak bisa santai lama-lama disini nih.
Setelah disodori buku menu masakan khas Sunda & Jawa, yang terdiri dari aneka masakan ikan gurame, patin, lele, udang, cumi, pepes, sate, ayam, sop, daging sapi, jeroan, nasi Punclut, sayur, gorengan pelengkap, menu anak-anak, jajanan tradisional, minuman tradisional, jus & es campur, maka pilihan saya jatuh pada : nasi punclut, lele goreng & sop buntut goreng serta es cincau hijau.
Nasi Punclut, rupanya menu rekomendasi di sini, yaitu nasi yang berbentuk kerucut, seperti tumpeng kecil, yang ditaruh di piring, bisa memilih nasi putih, merah atau uduk, disertai 4 macam pilihan lauk, yaitu gurame goreng tepung, ayam bakar / goreng, atau empal. Lalu ditambah tahu & tempe serta sayur asem.
Pilihan saya tentu saja gurame goreng tepung, yaitu potongan daging gurame yang digoreng dengan tepung, ditambah dengan bumbu kremes, rasanya enak, gurih serta empuk. Mantap, cocok sekali dengan selera saya. Tahu dan tempenya juga besar-besar, enak & gurih. Serta sayur asemnya enak & segar, isinya juga lengkap. Ditambah kerupuk kampung berbentuk oval, lalu dicocol dengan sambel, uenak tenan!
Disini kita bisa mengambil aneka sambal & lalap sepuasnya. Ada sambal dadak, dimana pas saya datang, mba nya tengah sibuk 'ngulek' dimeja sambal ditengah ruangan, lalu ada sambal terasi, kalasan, kecap & dabu-dabu. Semua jenis sambal itu kita coba semua loh!
Sop buntut gorengnya sedikit unik. Potongan buntutnya lumayan banyak tapi buntut nya berbentuk seperti semur,tidak kering, diselimuti saus kental yang rasanya manis tajam. Sebenarnya enak sih buat penggemar manis, empuk pula. Sopnya semangkuk besar, kuahnya banyak, berisi potongan wortel, rasanya enak & gurih, serta disajikan dengan emping. Sehabis makan, saya mencoba cincau hijau nya, dengan sirup gula putih & diberi sedikit santan, wah acara bersantap jaid semakin enak dan segar!
Saat membayar saya cukup terkejut, pasalnya harganya cukup murah untuk rasa yang uenak tenan! Seporsi nasi punclut hanya berkisar dari Rp 18.500- Rp 20.000,00. Lelenya Rp 12.000. Nah buntut nya Rp 27.000 saja. Ditambah nasi, krupuk, ati ampela, cincau & teh, total tagihan hanya Rp 116.050. Wah boleh juga nih, enak, kenyang tapi terjangkau.
Waroeng Sunda
Jl Raya Serpong KM 8 no. 88
(Sebelah SPBU Pertamina) Pondok Jagung, Tangerang
Telp 021 5315 7976, fax 021 5315 7671
Jam buka jam 11 pagi -10 malam. Yuu dicoba
Wednesday, June 03, 2009
ULASAN KULINER : AYAM & SEAFOOD TALIWANG 5 RASA (*)
Kami, anak kantor, sangat menggemari masakan ayam taliwang bersaudara yang berada di jl Panglima polim itu. Masakan ayam kampung dengan bumbu super pedas menyiksa diri itu sangat dasyat rasa nikmatnya. Tapi pas mendengar kabar ada tempat makan baru berjudul “taliwang 5 rasa”, wah boleh juga nih dicoba. Bikin penasaran aja, emang rasanya rame kaya nano-nano ? Jadi pergilah kami pas jam makan siang, menyambangi rumah makan tsb yang letaknya cukup dekat dari kantor yaitu jl. Wolter monginsidi no 50, Jak Sel, telp 021 7279 5151 / 3385 9977.
Sesampainya disana, rumah makan tsb memang baru dibuka sekitar sebulanan, jadi tempatnya masih baru, bersih, sederhana, tapi tertutup dan ber AC serta ada TV nya, sehingga suasana menjadi nyaman terhindar dari panas debu dan berisiknya jalan walter monginsidi. Pembakaran diletakkan diluar sehingga asapnya tidak mengganggu kenyamanan pengunjung.
Setelah diberi kertas menu, barulah kami paham, mengapa disebut dengan “5 rasa”, yaitu rasa manis kecap, pedes sedeng, pedes, pedes sekali, super pedes. Jadi inget Yayang, yang selalu memesan makanan super pedes, sedangkan aku selalu pesen yang tidak pedes sama sekali. Dasar jodoh, memang unik. Karena kami datang berlima, maka kami memesan paket keluarga untuk 4 orang yang terdiri dari 4 nasi, 2 ayam, 2 pelecing kangkung, 2 beberok terong, 4 aqua. Tambah ½ ekor ayam lagi untuk ku yang memesan rasa “pedes sedeng” (tumben), karena yang lain pesennya “pedes”. Tak lupa kami juga memesan seporsi tahu goreng & bakwan jagung, serta kerang ijo saos padang.
Sebenarnya gambar masakan seafood dalam kerta menu sangatlah menggiurkan. Tetapi kami sebagai “fans taliwang” harus fokus terhadap rasa ayam taliwang ini, sehingga bisa menilai dan membandingkan dengan masakan sejenis. Walaupun begitu kami berjanji, lain hari haruslah mencoba menu alternatif yang ditawarkan, yaitu nasi pepes ayam kremes, nasi bogana, nasi goreng, oseng pete, tumis pucuk labu, tahu telor, tempe mendoan, udang, cumi, kerang ijo & dara serta ikan bakar. Berbagai seafood tsb bisa diolah menjadi masakan asam manis, goreng mentega, saos padang, goreng tepung, saos nipis Pontianak & bakar taliwang. Lumayan banyak pilihannya & menggiurkan.
Makananpun disajikan dan kamipun terdiam, asik dengan makanan masing-masing dan mulai berkeringat karena kepedesan. Kami masing-masing memakan ½ ekor ayam dengan ukuran sedang sebagai ayam kampung dan rasanya juga lumayan enak & gurih, karena bumbunya sudah meresap. Ayam yang empuk ini kami cuil dan cocolkan kedalam sambal kacang yang kental & pedas. Pelecing kangkung & beberok terong yang rasanya pedas segar menambah deras keringat kami. Untuk menetralisir rasa pedas, segera kami suap tahu goreng yang telah dilumuri kecap manis. Sungguh perpaduan yang pas. Bakwan jagungnya berbentuk bulat lebar tipis, begitu banyak jagungnya, rasanya gurih manis & garing. Enak deh, aku doyan. Tak lupa suapan kami lengkapi dengan kerang ijo saos padang yang rasanya manis & tidak begitu pedas. Jadi makan siang kami ini dipenuhi rasa pedas gurih & manis. Pas.
Makan disini tidak begitu membuat tongpes loh, karena harganya terjangkau & tidak ada yang lebih dari Rp. 40.000. Tagihan kami aja terdiri dari paket keluarga Rp 108.000, tambahan ayam ½ ekor Rp 19.500, tahu Rp 7.500, bakwan jagung Rp 9.000 & kerang Rp 10.000. Jadi kami bertekad, suatu saat pasti kembali untuk mencoba seafoodnya. Yuk!
Subscribe to:
Posts (Atom)