Sunday, May 03, 2009

ULASAN KULINER RESTO YIN YANG, LAMIEN – DIMSUM (**)

Karena deket rumah, udah pasti aku sering ke PIM. Tapi masih ada aja resto yang luput aku coba. Bukannya aku gak tau, tapi resto itu letaknya agak jauh dari jalanan yang ramai & ngak ada kehebohan disitu, sehingga maleslah aku coba. Tapi kata Nia, resto itu lumayan enak & gak begitu mahal. Heem jadi penasaran. Apa sih ? Yaitu restaurant YinYang, Lamien & Dimsum, PIM 1 lt 2 no 230, telp 021 769 2350. Resto ini letaknya di lantai 2, jadi dari eskalator deket Metro naik menuju pintu masuk Mi GM, lalu kepala tengok ke kiri, nah nun jauh disana udah keliatan tuh tulisan Lamien – Dimsum. Jadi letaknya tusuk sate ya.
Saat pertama ku coba, makan berdua sama nyokap, karena udah malam & malas makan nasi, jadilah aku kesitu. Nyokap pesen lamien & aku pesen dimsum yang lagi promo, yaitu beli 3 porsi harganya lebih hemat. Oh ya, sebelum menceritakan rasa makanannya, aku ceritain sejarah makanannya dulu ya.
Lamien adalah masakan khas Tiong Kok, yaitu mi yang dibuat secara tradisional, tidak pakai mesin, dengan mengandalkan ketrampilan & kekuatan jari tangan sang juru masak. Caranya adonan mi dibanting-banting ke meja sambil ditarik, sehingga adonan langsung buyar menjadi mi. Hebat euy. Makanya dikasih nama Lamien, karena berasal dari kata La = Tarik & kata Mian = Mie, alias mi tarik.
Kalo Dimsum berasal dari bahasa Kanton Cina, yang artinya makanan kecil yang serba dikukus atau digoreng, yang biasanya disajikan sebagai teman minum teh disore hari, atau saat sarapan pagi atau saat brunch (jam makan nanggung, pagi ngak siang juga belum). Bentuknya beraneka ragam & mungil, & terkadang rumit, sehingga memerlukan ketrampilan sang juru masak. Rasanya bisa gurih asin atau manis & jenisnya bisa sampai ratusan jumlahnya kalo dinegara asalnya.
Nah pesanan sudah datang, mari kita bahas. Lamien yang dipesan nyokap adalah lamien pangsit, yaitu mi disajikan didalam mangkok putih yang besar dan sudah dicampur dengan kuah kaldu serta diberi pangsit rebus. Bentuk mi nya lebih besar & tebal dibandingkan mi biasa. Pas dimakan, aah kuah beningnya yang panas mengepul, rasanya gurih & segar serta ada rasa yang unik yang berasal dari daun. Lebih enak lagi kalo ditambah sambal cabe kering yang berminyak. Lalu dimsumnya, karena pesen yang promo, maka dikasih yang jenisnya udah biasa, yaitu kaki ayam, bakpau ayam & siomay ayam, tapi rasanya enak sih, bisa diulang. Btw aku lagi pantang seafood, jadi terpaksa makan yang isi ayam semua, tapi gak nyesel kok. Pokoknya makan malam berlangsung kenyang dan sukses.
Nah kali kedua aku datang lagi bersama Yayang, karena dia juga penasaran. Kali ini pesenannya adalah bubur ayam hainam untuk Yayang, dan karena aku agak kenyang maka aku cuma pesen 1 macam dimsum, yaitu pangsit yang berisi campuran udang ayam sayur lalu diberi sedikit kuah sechuan. Dimsumnya enak dong. Sedangkan buburnya adalah bubur doang ditaro dimangkok, disajikan secara terpisah adalah potongan ayam goreng yang masih ada tulangnya, lalu pelengkapnya adalah kecap asin, potongan kripik pangsit yang sangat tipis & kecil-kecil, tongcai, daun bawang, sambal, ramuan bawang putih & tak lupa kalo Yayang biasa tambah cabe rawit potong. Rasanya uenak rek & kenyang banget. Harga bubur nya Rp 33.000 & dimsum 18.000. Pokoknya menu di situ gak ada yang lebih dari Rp 50.000 ribu kok. Oh ya kalo mau makan tengah disini bisa juga loh, karena banyak menu seafood seperti kepiting soka, udang, cumi, dll serta berbagai sayuran. Lain kali balik lagi ah ngajak sekeluarga makan tengah disini. Yummi.

No comments: