Friday, January 06, 2017

Kuliner Cirebon : Seafood H. Moel - Nasi Lengko H. Barno – Toko P&D Ruby – Empal Gentong H. Apud

Hari Sabtu tanggal 24 Desember, secara mendadak suami mengajak saya ke Cirebon. Setelah pasti mendapat kamar di Hotel Neo, kami pun berangkat sehabis Ashar. Sempat telfon dulu ke info jalan tol, kami mendapat informasi bahwa tol Jakarta Cikampek Cipali dalam keadaan lancar. Hal ini kami buktikan ketika perjalanan kami tempuh dalam waktu 4 jam saja. Dua hari satu malam, makan makan apa saja di Cirebon, ini dia ulasannya.

H. Moel Seafood & Chinese Food Jl. Kalibaru Selatan no. 31  (*)

Makan malam apa di kota Cirebon ? Saya pernah membaca ulasan kuliner bahwa salah satu kuliner terkenal di Cirebon adalah masakan seafood H. Moel. Ketika saya googling, terdapat 2 tempat makan seafood H. Moel yaitu di Jl. Kalibaru Selatan dan di Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo. Karena jarak terdekat dari Hotel Neo adalah Jl. Kalibaru Selatan maka kami pun menuju kesana. Hujan turun cukup deras di kota Cirebon, saat kami tiba didepan H. Moel Seafood & Chinese Food, resto tidak begitu ramai oleh pengunjung.

Karena kami tidak mau makan seafood berkolestrol tinggi maka kami hendak memesan masakan ikan. Hanya ada 2 jenis ikan disini yaitu ikan bawal dan ikan kakap. Sebenarnya kami kurang berselera pada kedua jenis ikan tsb tapi apa boleh buat, akhirnya kami memesan menu ikan bawal bakar. Untuk menu sayurannya, kami memesan kailan polos dan seporsi sambal dabu-dabu yang tidak tercantum dalam buku menu.




Tak begitu lama ikan pesanan kami pun datang, ikan bawal bakar kecap disajikan dihadapan kami, berwarna kecoklatan dengan jejak bakaran. Ketika dimakan, bumbu ikan rasanya manis kecap biasa, tidak begitu istimewa, begitu pula dengan kailannya.

Katanya masakan unggulan disini adalah masakan kepiting, tapi sayang belum sempat kami coba. Harga 1 ekor ikan bawal bakar adalah Rp 75.000, kailan Rp 35.000, sambal dabu-dabu Rp 10.000, 1 bakul nasi Rp 12.000, jus tomat Rp 20.000 dan teh tawar Rp 1.000.

Ketika meninggalkan resto ini, beberapa meter kemudian kami melewati sebuah rumah makan seafood H. Moel lagi, yang lebih ramai, lebih terang dan lebih kinclong penampakannya dari pada H. Moel tempat kami makan. Rupanya ada 2 resto H. Moel di Jl. Kalibaru Selatan ini. Yang kami makan adalah no. 31 dan yang lebih kinclong adalah no. 39, dimana H. Moel no. 39 ternyata merupakan rumah makan H. Moel pusat dan berasal dari warung tenda milik pak H. Moel. Sedangkan rumah makan H. Moel Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo adalah milik anak tertua H. Moel. Jadi jangan sampai salah pilih bila ingin makan di seafood H. Moel yang asli.

Nasi Lengko H. Barno Jl. Pagongan No. 15 B (Jl. Suryanegara) (***)

Jam 10 pagi suami saya berhenti di depan rumah makan nasi Lengko H. Barno Jl. Pagongan No. 15 B, sekarang Jl. Suryanegara. Ceritanya mau brunch setelah jalan kaki di CFD. Karena saya masih kenyang breakfast di hotel, jadi saya langsung memesan es duren yang mangkal di depan kedai H. Barno. Ketika saya masuk, ternyata suami telah memesankan setengah porsi sate kambing untuk saya, dan sepiring nasi Lengko untuk dia sendiri. Waduh gawat pikir saya, makan es duren berbarengan dengan sate kambing, membuat saya agak was was. Tapi apa boleh buat, makanan sudah terlanjur dipesan.



Dalam waktu sekejap pesanan kami sudah datang. Sepiring nasi Lengko adalah nasi putih diberi topping irisan tempe dan tahu goreng, irisan ketimun segar, toge rebus, taburan kucai dan bawang goreng, siraman sambal kacang dan kucuran kecap. Potongan tahu tempe masih panas baru keluar dari penggorengan. Dimeja sudah tersedia setoples acar, sebotol kecap manis sedang cap Matahari yang merupakan kecap khas andalan nasi Lengko Cirebon serta kerupuk aci.


Makan nasi lengko ini sangat menyegarkan, sambal kacangnya pedas sedang, tempe tahunya enak, cocok bagi penggemar makan vegetarian. Tapi bila ingin makan bersama lauk, sangat pas disantap dengan sate kambing. Setengah porsi sate kambing berisi 10 tusuk. Setiap tusuk berisi 1 potong lemak yang diapit oleh 2 potong daging. Sate diberi bumbu kecap dan sambal kacang. Sate dibakar dengan tingkat kematangan sedang, tidak begitu gosong. Tekstur daging ada yang mudah dikunyah dan ada yang sulit dikunyah.


Es durennya enak banget, 2 biji duren ditutupi oleh es puter dan disiram sirup Tjampolay, ala mak enaknya, tekstur es puter lembut, rasanya manis sedikit gurih, semakin legit ketika dimakan bersama duren, benar-benar memabukkan.

Toko P & D Ruby Jl. Tentara Pelajar (**)

Ketika melewati Jl. Tentara Pelajar, kami melihat sebuah toko bernama P & D Ruby. Tampak kendaraan pengunjung memenuhi tempat tsb. Kami jadi penasaran, apa sih Toko P & D itu ? Setelah googling, diketahui bahwa P & D adalah singkatan dari Proviand & Drank, artinya makanan dan minuman dalam bahasa Belanda.

Toko P & D Ruby ini rupanya toko bakery terkenal di Cirebon karena sudah lama berdiri dan sangat komplit isinya seperti roti, kue basah, kue kering / cookies, bolu, cake, puding, snack, nasi bungkus, minuman kemasan dan oleh-oleh khas Cirebon, komplit sekali.

Bila ditanya, makanan apa yang favorit disini, tentunya masing-masing orang punya kebutuhan dan kesukaannya masing-masing. Tapi kalau saya perhatian banyak pengunjung menyerbu etalase kue-kue basah lalu favorite kedua adalah rotinya. Kami sendiri hanya membeli roti untuk bekal dalam perjalanan pulang.

Empal Gentong & Empal Asem H. Apud Jl. H. Juanda (***)

Kota Cirebon identik dengan empal gentong. Di Jl. H. Juanda terdapat 2 tempat makan empal gentong yang berdekatan dan sama-sama terkenal yaitu empal gentong Amarta di no. 37 dan H. Apud di no. 24. Karena saya sudah pernah makan di Amarta maka kami melangkahkan kaki ke H. Apud. Berikut beberapa perbedaan antara empal gentong Amarta dan H. Apud.

Pertama adalah ruang makan H. Apud lebih luas dari pada Amarta. Tapi menu yang disajikan tetap sama yaitu empal gentong, empal asam dan sate kambing. Dimeja sudah tersedia acar, cabe bubuk kering, kerupuk putih dan kerupuk rambak. Saya kembali memesan empal asem dan suami memesan empal gentong dengan isian daging saja tanpa jeroan.


Empal asem H. Apud penampilannya mirip soto Bandung yaitu kuahnya bening, sedikit keruh, sehingga terlihat dengan jelas potongan daging, potongan tipis belimbing wuluh, tomat, taburan daun bawang, kucai minus bawang goreng. Sedangkan empal asem Amarta, kuahnya sangat keruh tanpa potongan belimbing wuluh, sama-sama mengandung potongan tomat, daun bawang, kucai plus bawang goreng. Rasanya sama-sama enak, dagingnya juga empuk sekali, kadar keasamannya pas tapi monggo wae bila ingin ditambah kucuran jeruk nipis, semakin enak bila ditambah cabe bubuk dan sambal serta kerupuk.

Saya memang tidak makan empal gentong tapi mencipipi juga sedikit. Penampilan empal gentong H. Apud mirip soto Bogor karena kuah santan berwarna kuning cerah, dengan taburan bawang goreng dan kucai. Sedangkan empal gentong Amarta warnanya keruh, kuning kecoklatan, dengan taburan bawang goreng dan kucai. 

Ada satu hal yang sangat mengganggu kelezatan makan di H. Apud yaitu tekstur nasi putihnya keras dan pera. Kalau begini caranya lebih baik dimakan bersama lontong saja.

Seingat ku menu di Amarta hanya terbatas empal gentong, empal asem dan sate kambing, tapi di H. Apud tersedia juga nasi lengko Pagongan (nama jalan pusat nasi lengko), serta tahu gejrot yang saya lihat diantar dari abang penjual samping H. Apud.

Harga empal gentong & empal asem H. Apud adalah @Rp 22.000, nasi Rp 5.000, rambak Rp 3.000, sebungkus kerupuk aci isinya banyak tapi kita boleh makan hanya satu saja yaitu Rp 1.500, es kelapa Rp 12.000 dan es jeruk Rp 8.000.

Bila ditanya enak mana antara Amarta dan H. Apud, saya tidak bisa menjawab karena masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya sendiri. Tapi bila saya balik lagi ke Cirebon untuk makan empal gentong, sepertinya saya mau mencoba buatan rumah makan lain karena di Cirebon ini terdapat puluhan penjual empal gentong, baik yang dijajakan secara tradisional memakai gentong tanah liat, dimana daging sudah tercampur dalam kuah, atau dijajakan secara praktis yaitu daging baru dimasukkan ke mangkok lalu disiram kuah ketika ada pesanan, seperti di Amarta dan H. Apud ini.

No comments: