Sunday, March 02, 2014

Kuliner sehari di Bali


Minggu lalu saya pergi ke Bali dalam rangka Office Outing. Hari terakhir kami adalah acara bebas untuk jalan-jalan, belanja-belanja, wiskul, dll. Kami berdelapan menyewa sebuah mobil dengan agenda : sarapan di Warung Mak Beng, belanja di Pasar Seni Guwang Sukawati & Erlangga, dan maksi di Nasi Pecel Bu Tinuk, setelah itu langsung menuju bandara untuk pulang ke Jakarta. Padahal kami baru selesai sarapan di Hotel. Tapi apa daya, Warung Mak Beng tidak bisa kami lewatkan. Kami pun dilanda dilema. Apabila kami datang pas waktu makan siang, dijamin bakal kehabisan makanan. Karena itu sesuai agenda, kami langsung menuju daerah pantai Sanur.

Warung Mak Beng, Bukti kesederhanaan yang melahirkan kedasyatan (***)

http://www.yukmakan.com/review/members/warung-mak-beng/6308/warung-mak-beng-kesederhanaan-yang-melahirkan-kedahsyatan












Warung Mak Beng tepatnya berada di Jl. Hang Tuah no. 45, Sanur, Denpasar. Telpon 0361 282 633. Lokasi warung ini berada dipinggir jalan dekat dengan pantai. Tempatnya sederhana, yaitu sebuah rumah yang tidak terlalu luas dengan ruang yang terbuka. Didepan ada sebuah billboard yang cukup besar bertuliskan “Warung Mak Beng (dengan gambar ikan), 1941, Ikan laut goreng, soup kepala ikan laut, soup sayur”, serta alamat & no telponnya. Meja-meja yang tersedia berupa meja makan besar, sehingga kami harus duduk berdampingan dengan pengunjung lainnya. Waktu baru menunjukkan pukul 8.30 waktu Bali, tapi sudah banyak pengunjung yang makan disini. Karena kami semua belum ada yang tau sama sekali mengenai makanan disini, maka kami meminta daftar menunya. Rupanya hanya ada 1 macam menu yaitu sandard porsi yang berisi 1 sop ikan, 1 ikan goreng dan 1 nasi. Karena kami masih kenyang tapi penasaran maka kami memesan 4 porsi menu standard untuk 8 orang. Tak perlu menunggu lama, pesanan kami pun tiba dengan cepat.
Penampakan sop ikan mirip dengan pindang ikan yaitu kuah bening berwarna kecoklatan yang berisi ikan dan irisan ketimun. Nah ini baru aneh, belum pernah saya makan sop ikan pake ketimun. Selama ini sop ikan kan pakai belimbing wuluh atau nenas. Ketika dimakan, wuih kuahnya terasa pedas menyengat, dibarengi dengan rasa asam yang menyegarkan. Tidak tercium bau amis, yang ada malah aroma wangi yang menggoda. Ikannya terasa lembut, terutama dibagian kepalanya, sehingga tidak perlu tenaga untuk mengunyah. Rasa ketimun yang biasanya renyah dan segar telah berubah menjadi empuk dan lembut tapi tidak hancur. Kemudian ikan goreng, terasa segar dan gurih dengan bumbu minimalis. Ikan goreng sebaiknya dimakan bersama sambalnya sehingga rasanya semakin membangkitkan selera. Tapi hati-hati loh, rasanya super pedas. Setelah kami tanyakan rupanya ikan yang dipakai adalah ikan kakap.
Tak terasa peluh mulai membasahi tubuh kami, akibat rasa pedas yang dibarengi dengan cuaca yang panas. Sambil makan, kami semua para ibu-ibu teringat dengan suami dan anak kami masing-masing, yang telah kami tinggalkan selama 3 hari, akhirnya kami pun memesan kembali untuk dibawa pulang. Harga ikan disini sangat bersahabat yaitu sop ikan dan ikan goreng @ Rp 15.000 dan nasi Rp 4.000. Warung Mak Beng ini sangat pantas menjadi destinasi wiskul Bali, terbukti kelezatannya tidak hanya menarik penduduk setempat atau wisatawan biasa, melainkan banyak artis yang sudah pernah makan disini. Terbukti dengan banyaknya foto artis yang ditempel dan memenuhi 2 sisi dinding bagian dalam warung ini. Warung Mak Beng adalah bukti kesederhanaan yang melahirkan kedasyatan.

Nasi Pecel Bu Tinuk, Keanekaragaman yang menimbulkan kelezatan (***)

http://www.yukmakan.com/review/members/nasi-pecel-bu-tinuk/6309/nasi-pecel-bu-tinuk-keanekaragaman-yang-menimbulkan-kelezatan









Jam 2 siang waktu Bali, perut kami mulai keroncongan. Agenda terakhir adalah lunch di Pecel Bu Tinuk. Walaupun nasi pecel adalah menu khas Jawa, tapi Pecel Bu Tinuk ini merupakan salah satu destinasi wiskul Bali juga loh. Karena selain enak dan terkenal, harganya terjangkau dan halal adalah hal yang paling penting. Rumah makan ini berada di Jl. Raya Tuban no. A5, hanya beberapa menit dari Bandara I Gusti Ngurah Rai. Telpon 0361 757 473.
Ketika masuk kedalam rumah makan ini, kami langsung masuk kedalam antrian. Rupanya pengunjung langsung antri memilih aneka lauk pauk yang berjajar didalam etalase kaca yang panjang. Dibelakang etalase ada beberapa orang yang melayani pesanan kami. Uniknya ditembok belakang etalase tsb terdapat kartu harga makanan yang digantung disepanjang tembok tsb. Tadinya saya tidak mengerti maksud kartu-kartu yang bertuliskan sejumlah angka dalam rupiah tsb. Tapi kemudian saya melihat pengunjung didepan saya, selesai memilih dan mengambil makanan lalu diberi kartu harga makanan tsb. Hahaha unik ya.
Berbagai macam lauk pauk yang dipajang didalam etalase sangat menggugah minat dan antusias kami. Lauk pauk tsb diantaranya adalah ayam goreng, ayam bakar, ayam cabe ijo, sate, gulai, telor bulat & dadar, aneka pepes, tahu & tempe goreng, ikan asin, kering tempe, kering kentang, sambal goreng ati, paru, sop, sayur asem, lodeh, ayam suir, perkedel jagung, urap, dan pecel tentunya. Rugi kalau sudah kesini tapi tidak makan pecelnya, maka pilihan saya adalah nasi pecel plus ayam goreng. Setelah itu saya dikasih kartu Rp 27.000. Kemudian bergeser ke tempat jus, saya memesan jus semangka Rp 12.000 dan mengambil sebungkus krupuk Rp 5.000. Baru setelah itu kami menuju meja makan karena bayarnya sehabis makan saja.

Makanan kami disajikan diatas piring ayaman yang beralaskan kertas coklat. Saya memesan pecel yang tidak pedas dan mulai mencicipinya, ternyata masih ada semburat rasa pedas yang membayangi pecel tsb. Sayurannya terasa segar dan renyah, bumbunya sangat pas komposisi bumbunya, tanpa ada rasa kencur yang berlebihan. Ayam kampungnya pun empuk dan gurih. Perut kami pun kenyang dan tubuh segar kembali, siap untuk menghadapi perjalanan pulang menuju Jakarta.

No comments: