“Mana bakmi godok yang
paling medhok dan sedep ?” Pertanyaan itu merupakan judul sebuah ulasan di
Detikfood. Kenapa saya baca ulasan ini ? Ya karena Minggu malam yang lalu,
suami mengajak saya makan bakmi Jogja di Jl Dharmawangsa, tapi saya menolak
karena sudah sering makan disana dan ingin mencoba bakmi Jawa racikan kedai
lainnya. Dalam ulasan Detikfood dibahas perbandingan 4 tempat masakan bakmi
Jawa yang terkenal di Jakarta yaitu Bakmi Jawa Haji Minto Gondangdia, Bakmi
Jogja Haji Nawi, Warung bakmi mbah Surip Ampera Raya & Bakmi Jogja Jape
Methe BSD. Setelah membaca ulasan tsb, kami sepakat untuk mencoba bakmi mbah
Surip karena selain lokasinya memang dekat dengan rumah kami, bakmi ini sangat
kondang seantero Jakarta tapi kami belum sempat mencobanya. Nah ini dia saat
yang tepat.
Menyusuri jalan Ampera
Raya, rupanya lokasi warung bakmi mbah Surip dekat dengan Pengadilan Negeri
Jakarta Selatan, tepatnya di Jl. Ampera Raya no 99. Kami parkir didepan warung.
Warung ini berupa bangunan sederhana yang memiliki 3 gerobak tempat memasak bakmi
didepannya. Malam itu pengunjung lumayan penuh tapi kami langsung mendapat
tempat. Karena belum pernah kesini, kami meminta daftar menu yang isinya adalah
bakmi rebus, bakmi goreng, atau bihun rebus/goreng, atau bakmi campur bihun,
magelangan yaitu bakmi campur nasi serta nasi goreng. Karena udara sedang
dingin disertai gerimis mengundang maka saya memesan bakmi rebus dan suami
memesan bakmi campur bihun rebus. Ada 3 tingkatan menu bakmi yaitu biasa,
spesial dan istimewa. Daripada pusing menanyakan perbedaannya, maka saya memesan
bakmi yang memakai ayam saja dan suami meminta tambahan ati rempela.
Tak disangka pesanan kami
tiba dengan cepat. Dua piring bakmi rebus terhidang dihadapan kami. Baik bakmi maupun
kuahnya berwarna kuning pucat, bercampur dengan telur, irisan kol dan tomat,
diberi taburan bawang goreng dan seledri, serta acar dipinggirnya. Tidak
terlihat ati rempela diatas bakmi pesanan suami. Setelah saya aduk baru terlihat
suwiran ayam yang menyembul. Karena merasa kurang, kami memesan tambahan
suwiran ayam lagi. Segera kami sruput mumpung masih panas.
Bakmi mengeluarkan aroma
yang wangi dan khas karena dimasak diatas tunggu arang. Rasanya gurih karena memakai
telur yang cukup banyak serta kuah dan ayam yang berasal dari ayam kampung. Bumbunya
terasa halus dan menyatu, tidak ada jejak rasa kemiri dan merica yang berlebihan.
Tapi rasanya kurang asin, sehingga dimeja disediakan garam, merica dan cabe
rawit. Bakmi yang dipakai adalah mie telor, walaupun begitu citarasa sajian ini
terasa khas dan orisinal. Makanan kami tandas dengan cepat. Tubuh kami terasa
hangat dan kembali bersemangat. Apalagi ketika membayar, selembar uang lima puluh
ribuan pun masih ada kembalian, padahal perut sudah kekenyangan. Mantap.