Thursday, January 26, 2012

Pucat pasi di Waroeng SS (**)














Akhirnya kesempatan untuk makan siang di Waroeng Spesial Sambal (SS) tercapai juga. Maklumlah karena letaknya yang jauh dari rumah yaitu di jl. Margonda raya Depok, kami jadi agak malas menyambanginya. Nama warung ini sudah wara wiri didunia perkulineran khususnya bagi para penggemar sambal tingkat tinggi. Sebenarnya saya sendiri hanya pemakan sambal kelas pemula, tetapi suami saya penyuka sambal kelas advance. Jadi saya terobsesi ingin mengajak suami makan disini untuk membuktikan apakah memang dia layak berada dikelas advance sesuai dengan pengakuannya. Nah mari kita buktikan.
Ketika kami datang, diatas pintu masuk terpasang sebuah spanduk bertuliskan : 31 sambal, 29 lauk, 11 sayuran, 21 minuman. Aha, iklan yang menarik karena jumlah menu sambal lebih banyak dari lauknya. Walaupun namanya warung, tempat makan ini berada disebuah bangunan pemanen yang cukup luas, sederhana tapi bersih dan rapih. Ruangannya tidak ber AC, langit-langitnya tinggi, terbuat dari bambu, sehingga suasananya menjadi sejuk. Ketika masuk, kami dipersilahkan memilih tempat duduk dikursi atau dilesehan.
Pelayan memberikan selembar kertas yang berisi daftar menu dan harganya. Wah murah-murah banget ya. Harga sambal paling murah Rp 1.500 yaitu sambal lombok hijau, sedangkan yang paling mahal saja Rp 6.000 yaitu sambal udang. Untuk lauknya yang paling mahal adalah gurame goreng Rp 30.000 sedangkan yang paling murah adalah tahu / tempe Rp 3.500. Asiknya lagi tersedia bermacam macam jus dengan harga paling mahal Rp 8.500 yaitu jus gobal gabul dan paling yang murah Rp 5.000.
Karena bingung ketika memilih pesanan, kamipun minta rekomendasi dari pelayannya. Pilihan kami adalah 3 jenis sambal yaitu sambal terasi segar, sambal bawang dan sambal udang pedas. Untuk lauknya kami memesan ayam kosek, sapi goreng, ikan nila goreng, jamur goreng, tahu tempe goreng & plecing jawa. Untuk minumannya kami pesan jus nangka dan jus gobal gabul.
Topnya lagi, baru saja kami selesai cuci tangan bergantian ke wastafel, pesanan kami pun tiba dengan cepat dan masih panas. Semua lauk dan sambal masing masing disajikan diatas mangkuk tanah liat yang beralaskan daun pisang. Tak lupa kami pesan krupuk sebagai penawar rasa pedas. Mari saya bahas satu persatu.
Pertama ayam kosek, yaitu ayam goreng yang diatasnya dilumuri sambal rawit hijau, ketika dimakan wuih aku menyerah, tidak cocok bagi pemula seperti saya. Lauk saya sih ikan nila goreng yang saya cocol kedalam sambal bawang, yaitu sambal matang hasil ulekan cabe merah dengan bawang, hmm yang ini enak, tingkat kepedasannya masih bisa ditolerir. Kemudian saya ambil jamur gorengnya, yaitu jamur tiram yang digoreng tepung, garing diluarnya dan berwarna putih. Jamur ini favorit saya, rasanya gurih dan semakin mantap ketika dicocol kedalam sambal udangnya. Hmm sambal udangnya enak, yaitu sambal cabe merah yang matang, diulek bersama sedikit cabe rawit hijau, dan diberi beberapa potong udang serta irisan tomat.
Setelah beberapa saat asik menikmati makanan, saya pun bertanya kepada suami, “bagaimana sambalnya, pedas ngga ?” “Ngga, biasa saja” jawabnya. “Terus sambal mana yang paling pedas ?” tanya saya kembali. Suami saya menunjuk sambal terasinya. Saya pun mendongak melihat wajahnya. Oh alangkah terkejutnya saya, saking asyiknya saya menikmati makanan, pandangan focus kepada makanan, maka saya baru melihat wajah suami saya. Matanya berkaca-kaca, titik titik keringat keluar dari pori pori wajahnya, serta mukanya sedikit pucat pasi. Hua ha ha ha ha saya pun tertawa geli, rupanya suami saya gengsi untuk mengakui bahwa dia telah dikalahkan oleh rasa pedas sambal tersebut. Sambal terasi tersebut merupakan sambal cabe merah yang masih segar & mentah. Saya sih sama sekali tak berminat mencicipinya, pasti nggak kuat.
Makan kembali kami lanjutkan. Tahu tempe gorengnya rupanya bukan cuma 1 potong loh melainkan 3 potong tempe dan 4 potong tahu. Yang terakhir plecingnya, menurut kami sih bumbunya kurang cocok bagi lidah kami karena rasanya agak manis dan sepertinya memakai petis, teksturnya kental dan warnanya merah kehitaman mirip bumbu rujak. Akhirnya hanya kangkungnya saja yang kami makan. Setelah selesai makan, saya baru sadar, semua lauk dan sambal habis kecuali sambal terasinya.
Rasa pedas ini kemudian kami bilas dengan segelas jus. Jus gobal gabul itu rupanya jus buah mix, boleh pilih 2 macam buah apa saja tergantung selera kita. Bukan cuma jus gobal gabul saja yang namanya unik. Rupanya disini ada beberapa menu yang memiliki nama julukan yang unik atau lucu loh. Misalnya sambal terasi segar dijuluki “sport”, wah memang cocok, buktinya wajah suami saya seperti abis olahraga keras. Sambal bawang dijuluki “goalpal” dan sambal udang dijuluki “hati hati”. Julukan sambal lainnya yang tidak kalah lucu adalah sambal Lombok ijo dijuluki “hantu kipper”, sambal tubruk dijuluki “P3K”, sambal kecap dijuluki “bull shit”, dll.
Sebenarnya lauk disini rasanya standard saja tapi bila dipadukan bersama sambalnya jadi luar biasa. Lagipula makanan segini banyak kami hanya membayar Rp 75.000 loh. Nah siapa lagi yang berani mencoba tantangan baru ?

No comments: