Labels
- Kuliner Jakarta (224)
- Dakwah (99)
- Kuliner Bandung (53)
- Kuliner Tangerang (53)
- Pengalaman (37)
- yukmakan (20)
- Artikel (17)
- Detik Food (17)
- Kuliner Jateng (15)
- Kuliner Bogor (14)
- Kuliner Jabar (13)
- FOTO-FOTO (11)
- Hotel (6)
- Resep (6)
- Kuliner Cirebon (5)
- Kuliner Jatim (4)
- Kuliner Kalimantan Selatan (4)
- Kuliner Lampung (4)
- Prakarya (4)
- Kuliner Bali (3)
- Kuliner Medan (3)
- Jualan (2)
- Kuliner Thailand (2)
- Kuliner Malaysia (1)
- Kuliner Singapore (1)
- Kuliner Sulawesi (1)
- Novel (1)
Wednesday, April 15, 2009
ULASAN KULINER SELAMA LOONG WEEKEND
1. SELASA : ULASAN KULINER RESTO WAROENG SUNDA (**)
Semenjak semakin seringnya aku ke daerah Tangerang, maka semakin aku mengenal bahwa daerah Tangerang itu kaya akan keragaman kulinernya. Selalu ada aja tempat makan yang baru yang layak dicoba. Selain itu banyak juga koran, majalah & website yang mengulas kuliner kawasan Tangerang.
Kalau aku jemput Yayang dari Bandara, kalau lewat tol dalam kota kan pasti macet, apalagi jam pulang kantor atau pas hujan, wuih penuh. Tapi sekarang sih sejak sudah hafal daerah Tangerang, kalau pulang pasti lewat Serpong dan masuk tol JORR. Keuntungannya selain gak macet, ya banyak banget pilihan tempat makan di jalur arah pulang. Nah kali ini aku mau coba Resto Waroeng Sunda. Kenapa pilih itu ? Sebab aku inget pernah dibahas di koran Kontan. Lagipula aku udah sering banget melewati tempatnya yang selalu penuh pakirannya, jadi penasaran kan.
Memasuki rumah makan itu, malam, sekitar jam 8.30, dan hujan rintik-rintik, disambut oleh petugas parkir yang sigap memayungi kita. Pas masuk, tempat makan tsb terbagi menjadi beberapa ruangan, yaitu didalam ada ruangan untuk umum, dibelakang ada ruangan untuk VIP reserved, serta diluar ada saung-saung serta lesehan. Tapi karena hujan, kita pilih duduk didalam saja. Cuma tempat duduknya itu loh, berbentuk gelondongan kayu bulat yang gak ada senderannya. Wah ini tandanya gak bisa santai lama-lama disini nih.
Setelah disodori buku menu masakan khas Sunda & Jawa, yang terdiri dari aneka masakan ikan gurame, patin, lele, udang, cumi, pepes, sate, ayam, sop, daging sapi, jeroan, nasi Punclut, sayur, gorengan pelengkap, menu anak-anak, jajanan tradisional, minuman tradisional, jus & es campur, maka pilihan kita jatuh pada : nasi punclut, lele goreng & sop buntut goreng serta es cincau hijau. Mengenai rasanya, nah ini dia...
Nasi Punclut, rupanya menu rekomendasi di sini, yaitu nasi yang berbentuk kerucut, seperti tumpeng kecil, yang ditaruh di piring, bisa memilih nasi putih, merah atau uduk, disertai 4 macam pilihan lauk, yaitu gurame goreng tepung, ayam bakar / goreng, atau empal. Lalu ditambah tahu & tempe serta sayur asem. Pilihan ku tentu saja gurame goreng tepung, yaitu potongan daging gurame yang digoreng dengan tepung, ditambah dengan bumbu kremes, rasanya enak, gurih serta empuk. Mantep, cocok banget sama selera ku. Tahu & tempe nya juga gede, enak & gurih. Serta sayur asemnya juga enak & segar, kaya akan isinya yang lengkap. Ditambah krupuk kampung berbentuk oval, lalu dicocol dengan sambel, enak tenan.
Disini kita bisa mengambil aneka sambel & lalap sepuasnya. Ada sambal dadak, dimana pas aku datang, mba nya lagi sibuk ngulek dimeja sambel ditengah ruangan, lalu ada sambal terasi, kalasan, kecap & dabu-dabu. Semua jenis sambal itu kita coba semua loh, karena si Yayang kan penggila sambal. Ku lirik dia yang asik dengan lele goreng nya yang gede, disajikan dengan pelecing kangkung. Gimana Yang, enak ? Si Dia dengan dengan keringat bercucuran, menjawab, enak. Ibu ku lalu mencolek sambal pelecing kangkungnya, wuih, pantas dia keringetan, pedas banget. Cocok banget deh ame selera nya.
Sekarang giliran Mamah, sop buntut gorengnya lucu deh. Potongan buntutnya lumayan banyak, sampe dibagi dua buat Yayang, tapi buntut nya berbentuk kaya semur, ngak kering, diselimuti saus kental yang rasanya manis tajam. Sebenarnya enak sih buat penggemar manis, empuk pula. Sopnya semangkok besar, kuahnya banyak, berisi potongan wortel, rasanya enak & gurih, serta disajikan dengan emping. Sehabis makan, kucoba cincau hijau nya, dengan sirup gula putih & diberi sedikit santan, wah enak juga, segar & manis.
Udah malam nih, mba minta bill nya dong. Oo rupanya nasi punclut ku hanya Rp 20.000. Si Jalal, supir ku juga pesan nasi punclut empal, hanya Rp 18.500. Lelenya Rp 12.000. Nah buntut nya Rp 27.000 saja. Ditambah nasi, krupuk, ati ampela, cincau & teh, total kita ditagih Rp 116.050. Wah boleh juga nih, enak, kenyang tapi terjangkau. Top markotop. Nih ku kasih alamatnya, Jl Raya Serpong KM 8 no. 88 (Sebelah SPBU Pertamina), Pondok Jagung, Tangerang, Telp 021 5315 7976, fax 021 5315 7671, website : http://www.waroengsunda.com/. Jam buka jam 11 pagi – 10 malam. Yuu dicoba.
2. RABU : ULASAN KULINER RM BAKWAN PABEAN SURABAYA (*)
Rabu, pulang kantor, dijemput Yayang yang lagi cuti sehari, hujan rintik-rintik & anginnya itu loh, aduh gede banget, dingin, menggigil, menunggu Yayang di halte BEI, dengan pemandangan antrian orang menunggu taksi yang panjang mengular. Akhirnya dia datang juga, udah mau beku nih. Yang lapar nih, tapi macet, makan dimana dong, kata ku. Makan kuah yang panas-panas yuk, katanya. Iya cocok sih, tapi dimana ya. Setelah merenung agak lama...ahaa, aku inget Yang, kan ada tempat makan bakwan, yang udah ada sejak lama banget, sejak kita kecil, di Panglima Polim. Yang mana ya, aku lupa, katanya. Ya udah jalan terus deh, lurus terus, kata ku semangat.
Nah itu dia, kata ku menunjuk RM Bakwan Pabean Surabaya, Jl. Panglima Polim Raya no 75B, Jakarta Selatan (sebelah Ace hardware). Oo ini toh, ini sih sejak aku SD juga suka makan disini, kata Yayang, cuma sekarang-sekarang udah terlupakan. Sekarang, nostalgia dulu lah.
Memasuki ruang makan yang sepi pengunjung, tidak membuat surut langkah kami. Setelah duduk & disodori lembaran kertas menu, yang berisi menu bakwan, bakmi, bihun, kwetiaw, nasgor, ifumi, capcay & ayam goreng mentega, dimana harga nya gak ada yg lebih dari Rp 20.000, akhirnya Yayang memilih bakwan campur plus nasi, dan aku sendiri memilih bakwan satuan, siomay basah & goreng, tahu isi basah & tim udang goreng.
Tak berapa lama pesanan pun datang, wah gede juga ya, pasti gak abis nih, pikir ku. Siomay basah & tahu disajikan dalam semangkok kuah yang banyak, bening, tak berlemak, gurih & segar serta menghangatkan badan. Siomay goreng & tim udang alias baso udang goreng, disajikan terpisah tanpa kuah. Kumakan siomay basah & tahunya dulu, yang lumayan gede, empuk, gurih & terasa ikan nya. Ku lirik bakwan campur punya Yayang, yang berisi 5 biji, yaitu siomay basah & goreng, tahu, tim udang serta baso. Tapi kok si Yayang mengoper tim udang nya ke piring ku ya ? Pak...panggilnya ke si mas pelayan, saya pesen baso halus & urat campur ya, kata nya. Yee rupanya si dia menggemari basonya nih. Aku jadi ingat ibu ku, pasti seneng nih, dingin-dingin dioleh-olehin baso. Pak...saya bungkus baso halus ya, sekalian siomay goreng & tim udang punya saya dibungkus juga deh, kata ku kekenyangan. Tapi tak urung juga ku cicipi es cendol pesenan yayang, tapi rasanya biasa ah, kurang menarik, walaupun begitu, gak berapa lama tuh cendol abis juga diminum Yayang.
Aah masih enak ya rasanya, masih seperti yang dulu, kata Yayang sambil ”menyusut” keringat akibat panas & pedasnya kuah baso. Udah kenyang nih, ayo minta bon nya, takut keburu nyokap makan malam. Ku lihat tagihan di bon, 1 bakwan campur Rp 15.500, 1 ½ baso halus Rp 26.500, ½ baso urat Rp 9.000, siomay basah + siomay goreng + tahu + tim udang Rp 21.000, es cendol Rp 5.000 & teh, total kita ditagih Rp 80.000. Banyak juga ya pesenan kita, batin ku tersenyum, enak sih. Oh ya, ini kucatat no telpon nya : 021 7222 049 & 7393 875. Jam buka : pk. 10 pagi – 10 malam. Nah selamat bernostalgia...
3. KAMIS : ULASAN KULINER RESTO PONDOK KEMANGI (*)
Bagi orang yang melewati jalan Raya Serpong, pasti terheran-heran akan betapa penuhnya parkiran pengunjung di 2 buah restoran, yaitu Seafood Telaga & Pondok Kemangi yang letaknya bersebelahan, sehingga pasti mengundang rasa penasaran orang untuk mencoba menyantap disitu. Maka sehabis selesai acara “mencontreng tg 9 April”, berangkatlah kita berempat untuk makan siang di Pondok Kemangi di jl. Raya Serpong kav 201, BSD sektor VI no 7 (sebelah Suzuki) Serpong, Tangerang. Telpon 021 537 9226, Fax 021 537 9042.
Bener aja, sesampainya disana, parkiran sangat penuh, begitu pula ketika masuk restoran, kita harus antri untuk reserved tempat, karena semua kursi telah terisi. Padahal restoran ini cukup luas loh tempatnya, ada ruang ber AC didalam & ruangan berangin diluar. Para pelayan sibuk hilir mudik menangani pesanan, begitu pula dengan para pengunjung yang sibuk hilir mudik ke sebuah meja yang berisi aneka sambal & lalap yang tersedia gratis di tengah-tengah ruangan. Penasaran kulihat aneka sambal itu ada sambal : mentah, matang, terasi, kecap, mangga & dabu-dabu, serta aneka lalapan. Lalu aku lihat sebuah counter es puter di pintu masuk, yang juga sibuk melayani pesanan. Boleh dicoba dulu kok mba es nya, kata si mba, ketika aku mendekat, sambil menyodori tester es puter. Heem, rupanya ini es puter rasa duren, yang enak & wangi & duren nya terasa banget. Pesan 2 ya mba, kata ku langsung. Kulihat penampilan es tsb, yang disajikan dalam sebuah gelas plastik yang diberi sedikit ketan hitam dulu, lalu diberi 2 scop es duren, benar-benar mengiurkan. Harganya, Rp 5.000 saja.
Mejanya sudah siap bu, kata si mba sambil menunjuk ruangan diluar. Setelah kita duduk dan disodori buku menu yang berisi aneka jenis masakan sunda & seafood, maka kita memilih menu gurame goreng, ayam bakar, sop buntut, tahu telor, kangkung polos bawang putih, karedok serta minuman es jeruk & es campur. Maunya sih makan seafood, karena selain gambarnya menggiurkan, aku liat juga dimeja lain rata-rata pada memesan kepiting & udang. Tapi kita sekeluarga lagi pantang seafood sih. Sambil menunggu pesanan datanglah seporsi otak-otak, yang langsung aku santap. Iih enak banget, terutama bumbu kacangnya kental & terasa asin & manis tajam disertai rasa asam segar. Otak-otaknya masih panas banget, empuk, lumayan gede & terasa ikannya. Pokoknya enak deh.
Nah makanan telah datang, aku mulai mencoba satu persatu. Guramenya berpenampilan menarik, melengkung, rasanya enak & gurih, apalagi dicocol dengan sambal kecap. Ayam bakarnya juga empuk, enak & manis. Begitu pula dengan sop buntut, dagingnya cukup banyak & cukup empuk, kuah nya banyak, segar & gurih. Secara keseluruhan semua masakan enak & meresap bumbunya. Cuma tahu telornya agak kecil & tipis, seperti bikin telor dadar dirumah. Terus ada yang kurang nih, pesenan krupuk kita gak datang-datang, ya udahlah batalin aja. Tapi tetep makanan kita akhirnya ludes tak bersisa.
Nah sekarang dari pada minta ambilin bill nya, mending nyamperin ke kasir deh, daripada lama & takut ada yg gak sesuai. Rupanya harganya cukup terjangkau loh. Guramenya Rp 41.000, ayamnya Rp 12.000, sayur Rp 11.000, sop buntut Rp 28.000, tahu telor Rp 12.000, total kita membayar sekitar Rp 200ribuan lah. Mengenai jam buka dari pk. 11 – 15 & pk. 18 – 22. Harga : Makanan mulai Rp. 9.000,00 - Rp. 42.000,00 & minuman : Rp. 5.000,00 - Rp. 10.000,00. Nah selamat mencoba alternatif baru.
4. KAMIS : ULASAN KULINER WARUNG SOTO APJAY (**)
Yang, udah lama kita gak ngajak jalan nyokap bokap ya, kata ku. Yuk deh, kata Yayang, kita makan di Serpong aja sehabis “ nyontreng“, kan nyokap bokap belum pernah nyoba makan di restoran Pondok Kemangi. Oke, setuju, kataku. Jadilah kita berempat ”maksi” kesana. Setelahnya kita jalan-jalan, menyusuri daerah Serpong menuju Karawaci, lalu ke Bandara, balik lagi ke Tangerang, belok ke arah Kebon Jeruk, dan ngaso di JCO mal Puri Kembangan, sambil makan yogurt ice. Akhirnya magrib sampai juga di rumah nyokap. Sepulang dari situ, kalau mau makan malam, masih kenyang, ya udah pulang dulu deh ke rumah, mandi.
Jam 9.....kruk..kruk..kruk, perut mulai bernyanyi. Lets go kita makan. Jalan terus tak tentu arah, tak terasa sampelah kita di kawasan Panglima Polim. Loh...kok banyak orang makan di seberang Apotik Century, jl Panglima Polim ? Kulihat ada 3 gerobak makanan yang bersebelahan, yang dikelilingi meja kursi, didepan pagar tembok rumah orang, serta semua kursi penuh terisi. Wah kalo hujan, mantep nih, bubar jalan, basah kabeh. Ah sudahlah, pikirku, gak mungkin hujan sekarang. Rasa penasaran lebih kuat dari pada rasa kawatir. Segera parkir.
Kami hampiri gerobak pertama, oh jagung bakar. Wah ini sih buat dessert, pikir ku. Melangkah lagi, gerobak ke dua, sate madura. Ada sate ayam & kambing, kata tulisan di kain spanduk. Gerobak ketiga, wow mata ku berbinar, soto ayam ceker. Cihuy, aku ini aja Yang, kataku, segera duduk di kursi kayu gerobak soto, yang kebetulan baru ditinggal si pengunjung. Sedangkan yayang kulihat memesan sate daging ayam campur kulit dengan telor & lontong, pake bahasa madura pula. Bisa juga dia. Ah suamiku memang pandai berbagai bahasa daerah.
Tak lama, soto ku datang. Soto dengan kuah berwarna kuning, harum baunya, mengundang selera makan, berisi soun, toge, irisan kol & tomat, suwiran ayam dan ceker ayam yang banyak. Setelah diberi perasan jeruk nipis, perlahan kusendok & kutiup, pas kusuap, heem segar, gurihnya pas & enak tenan. Untunglah aku gak pesan nasi, karena porsinya kelihatannya cukup mengenyangkan. Kusuap sebuah ceker, dagingnya yang lunak langsung terlepas didalam mulut, tanpa perjuangan. Ah sedap nian, ini soto ceker terenak & terbanyak cekernya, selama pengalamanku. Tangan ku mulai menuju piring sebelah, kuambil setusuk sate kulit ayam yang diujung dalamnya ada bulatan kuning sebesar telor puyuh, rupanya bukan telor beneran, tapi ya enak. Satenya juga empuk, gurih & meresap bumbunya. Sepertinya kulit ayam direbus dulu sebelum dibakar, jadi empuk. Terus wanginya sate ayam ini loh sungguh menggoda selera. Segera ku habiskan soto ku, sehingga bisa kunikmati cekernya belakangan tanpa gangguan. Dengan tulang kaki ayam yang berserakan disamping piringku, Yayang melirik sambil berkata, wah wah kamu asik banget, enak ya, tanyanya. Aku mengacungkan jempol sambil tetap menghisap ceker. Aku tersenyum dalam hati, sebab aku tau, senikmat-nikmatnya ceker ayam, dia gak bakalan mau coba. Dulu pernah kutanya, kenapa dia gak doyan makanan lezat ini. Hii, katanya, itu kaki habis mengais-ngais tanah, kukunya item tuh. :D
Sehabis menyantap hidangan, gak bisa terlalu lama duduk disini. Kasian yang antri. Tapi terus terang pemandangan di sini lumayan yahud, dalam arti kata, yang datang kesini muda & kece-kece, samalah dengan pengunjung cafe atau mall. Kontras dengan lokasi gerobak yang terletak di depan rumah orang dan misbar, gerimis bubar. Kulihat alamat rumah itu, Jl Panglima Polim IX, letaknya persis diperempatan jalan, dan dikelilingi oleh restoran menado Chamoe-chamoe, gado-gado Boplo & Apotik Century, jadi gak bakal nyasar. Setelah membayar soto seharga Rp 13.000 & sate seharga Rp 14.000, plus plus, total membayar sekitar Rp 30ribuan. Sambil melangkah keluar, aku membaca nama si gerobak soto, yaitu Soto ApJay, singkatan Apotik Jaya. Sekarang aku baru ngeh, Apotik Century itu dulu kan Apotik Jaya. Gak rugi makan disini, dengan berbekal Rp 50.000 untuk berdua, sudah bisa makan enak & kenyang, mata pun jadi segar. Tapi jam bukanya malam doang loh, yaitu jam 5 sore sampai jam 2 pagi. Jadi bila malam semakin larut, pasti akan semakin ramai & heboh...
5. SABTU:ULASAN KULINER MASAKAN PALEMBANG SARI SANJAYA (***)
Suatu saat ketika sedang iseng melihat-lihat sebuah kios majalah di depan ITC Mangdu, aku tertarik pada sebuah majalah yang berpenampilan sangat menggiurkan, yang akhirnya kuputuskan untuk membelinya, yaitu majalah “yuk makan di Kelapa Gading”. Rupanya majalah ini berasal dari website www.yukmakan.com, dan salah satu tukang saran majalah ini adalah pak Bondan “mak nyus” Winarno. Yuk makan di Kelapa Gading terdiri dari 4 edisi yaitu makanan Indonesia, makanan Asia & seafood, makanan Amerika & Eropa, serta makanan rupa-rupa seperti roti, kue, camilan, es, dll. Akibatnya aku jadi kangen pengen makan di Kelapa Gading.
Jadi pada suatu sabtu siang, akhirnya aku hunting makanan ke sana. Sambil menyusuri jalan Boulevard yang penuh dengan pilihan tempat santap disepanjang kiri kanan jalan, akhirnya ku putuskan makan masakan Palembang di restoran Sari Sanjaya, jl Boulevard Raya blok QA 1 no 8-9, Kelapa Gading Permai, diseberang MKG. Telp 021 453 5038, 4584 5550.
Memasuki restoran ini, disambut oleh aroma wangi asap pembakaran ikan & otak-otak didepan pintu masuk, sehingga aku yang tergoda, langsung memesan seporsi otak-otak sebelum masuk. Ruangan restoran hampir penuh terisi, dan kami berdua beruntung langsung mendapat meja. Memilih menu didalam buku menu yang lumayan komplit & membuat lapar mata, benar-benar suatu pilihan yang sulit. Berbagai foto masakan Pempek, Model Ikan & Tekwan, Burgo, Laksan, Lakso, Mie Celor, Mie Tumis, Pindang Ikan Belida, Pindang Ikan Patin, Pindang Tulang Iga, Pepes Ikan Patin dan aneka ikan bakar & goreng, membuat kami menelan air liur. Karena tujuan kami adalah makan siang pake nasi, maka kuputuskan memilih ikan patin bakar, ikan seluang goreng, ikan belida goreng pandan, tak lupa dessert es kacang merah.
Sambil menunggu pesanan datang, kusantap otak-otak yang 1 porsinya berisi 5 tapi berukuran cukup besar & pas dibuka daunnya, aduh panas banget, bener-bener baru dibakar nih. Bumbu kacang & sambal sudah tersedia disetiap meja. Dan otak-otaknya, aduhai enak sekali, terasa ikannya serta bumbu kacangnya juga terasa asin manis tajam, asam & segar. Mantap. Kusapu pandangan keseluruh ruangan, yang berisi sebagian besar pengunjung keluarga, sekelompok ibu-ibu (arisan kali), sekelompok bapak-bapak (kantoran kali), serta beberapa pasangan seperti kami. Disebelah kiri pintu masuk ada rak tempat berbagai macam krupuk palembang, kupilih krupuk berbentuk keriting tuk temen makan. Sedangkan disebelah kanan pintu masuk ada berbagai macam kue khas palembang, wah boleh juga buat dessert. Akhirnya ku ambil 2 mangkok plastik srikayo yang berwarna hijau.
Menghadapi nasi yang dengan ikan yang masih panas mengebul, adalah godaan. Pertama, ku suap ikan seluangnya, begitu garing & berbunyi kriuk, bentuk ikannya kecil-kecil seperti ikan balita, digoreng kering berwarna coklat & rasanya asin gurih. Yang kedua, ikan patin bakar, yaitu sepotong ikan disajikan bersama semangkuk kecap dengan potongan cabe & bawang merah mentah. Sebelum ikan dibakar mungkin sudah direndam bumbu & kecap sehingga bumbunya meresap banget ke daging ikan, jadi rasanya manis gurih. Yang ketiga, ikan belida goreng pandan, yaitu selembar daun pandan yang dililitkan ke badan ikan, lalu dilumuri sedikit tepung lalu digoreng. Tujuannya mungkin agar badan ikan tidak buyar ketika digoreng. Tetapi menghasilkan aroma pandan yang wangi bercampur dengan rasa bawang putih, asin gurih. Ikan belida adalah ikan dengan tulang besar & keras ditengah-tengahnya & ada lemak yang menempel ditulangnya. Semua ikan-ikan ini rasanya yahud & lezat, tidak berbau lumpur atau amis, sehingga tak terasa nasi pun licin tandas. Apalagi ditemani krupuk yang dicocol dengan sambal kacangnya otak-otak. Mantap nian. Ketiga jenis ikan ini adalah ikan yang hidup di sungai musi palembang, tapi mungkin dibudidayakan karena hampir punah.
Sekarang giliran dessetnya, es kacang merah adalah, kacang merah yang ditutupi serutan es dan diberi susu coklat. Enak dan segar. Sedangkan Srikayo adalah terbuat dari campuran telur, gula, tepung terigu, daun pandan & daun Suji. Fungsinya menghilangkan rasa asam pedas di mulut, enak & manjur.
Selesailah sudah makan siang yang mengenyangkan, lezat & bergizi tinggi ini. Aku langsung menuju kasir yang tidak menerima pembayaran credit card ini. Didalam bon tercantum harga ikan patin Rp 20.000, ikan seluang Rp 17.500, ikan belida Rp 27.500, otak-otak Rp 20.000, krupuk Rp 10.000, es kacang merah Rp 12.500, srikayo Rp 4.000, plus nasi & teh, total ku membayar sekitar Rp 130ribuan lah. Harganya cukup terjangkau, sesuai dengan kelezatannya. Jam buka resto dari pk 10 – pk 22. Ayo dicoba, pasti anda suka.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment