Tuesday, October 03, 2017

Antrian mengular di Nasi Jamblang Bu Nur (***)

Sejak adanya jalan tol Cikopo–Palimanan atau Cipali, kami menjadi agak sering berkunjung atau melintas dan mampir ke kota Cirebon. Tujuan utama kami yang paling sering adalah makan. Sebagian besar kuliner khas kota Cirebon sudah kami cicipi, dari Empal Gentong H. Apud dan Amarta, Nasi Jamblang Mang Dul, Nasi Lengko H. Barno, Seafood & Chinese food H. Moel, Toko Kue Ruby, Es Kopyor 4848, dll.


Masih tersisa kuliner khas yang terkenal, yang belum kami coba yaitu Nasi Jamblang Bu Nur. Lokasinya ada di Jl. Cangkring 2 no. 34 Kejaksan. Ketika kami sampai di tempat tsb, keadaan disini sangat ramai oleh pengunjung. Karena selain nasi jamblang, Bu Nur juga membuka warung makan Nasi Lengko & Empal Gentong yang letaknya berseberangan.



Kami masuk kedalam rumah makan nasi jamblang dan langsung berada dalam antrian untuk mengambil nasi dan lauk pauk, padahal sekarang belum saatnya jam makan siang. Yang pertama ditanya oleh pelayan adalah, mau nasi berapa, karena nasi jamblang adalah nasi dengan porsi kecil, seukuran nasi kucing, yang dibungkus daun jati. Rata-rata pengunjung makan nasi adalah 2 porsi, tapi itu tergantung kemampuan masing-masing perut loh, ada yang minta 1 bungkus atau lebih dari 2 bungkus nasi.


Kemudian kita bergeser untuk mengambil sendiri atau minta diambilkan, lauk pauk sesuai selera kita, yang tertata komplit di dalam baskom-baskom besar diatas meja saji, seperti goreng-gorengan, sate-satean, semur, sambal goreng, pepes, oseng-oseng, dll.


Kami berdua lagi bosen makan ayam dan daging, jadi lauk pauk pilihan saya adalah tempe goreng dan bakwan jagung, dan telur dadarnya itu loh, menggoda banget, garing dan kecoklatan. Eh suami saya juga sama, dia mengambil telur dadar, tempe, balado terong, pepes ati ample ayam dan sambal. Minumannya es kelapa muda dan rupanya ada penjual tahu gejrot juga loh didalam ruangan tsb, sehingga kami pun segera memesan seporsi tahu gejrot. Harga lauk pauk pilihan kami tsb murah banget, tak ada yang lebih dari Rp 10.000, es kelapa Rp 14.000 dan tahu gejrot Rp 10.000.


Perbedaan nasi jamblang bu Nur dibanding Mang Dul yang pernah saya makan adalah nasi jamblang bu Nur masih hangat, baru disendokkan dari termos nasi, ke atas daun jati sebagai alas piring, sehingga nasi tidak sempat dibungkus daun jati dan tidak dingin seperti nasi jamblang authentic. Nasi yang masih hangat itu ditambah lauk pauk yang bumbunya cukup nikmat di lidah.

Tempe khas Cirebon sepertinya masih belum sempurna fermentasi raginya, sehingga masih terlihat butiran kacang kedelai yang terasa renyah setelah digoreng. Telur dadarnya terbukti memang nikmat dan gurih serta garing bagian pinggirannya. Saya lihat suami saya juga nikmat sekali makannya, padahal kami hanya makan lauk pauk sederhana. Pantas saja, antrian pengunjung nasi jamblang bu Nur semakin lama semakin mengular.

No comments: