Wednesday, October 21, 2015

Kelezatan swedish house di Mangia (***)

Walapun sudah sering melewati Jl. Panglima Polim, saya belum memiliki kesempatan untuk mampir ke Mangia yang reviewnya sudah banyak bertebaran didunia blogger. Nah, sekarang atau tidak, pikir saya sambil mengajak ibu saya makan siang ke Mangia hari Senin lalu. Kami pun segera meluncur ke Jl. Panglima Polim V no. 38.


Sesampainya disana, cafe ini tampak sepi. Tempatnya kalau dari luar memang terlihat kecil. Saking kecilnya, tidak mungkin mobil banyak bisa parkir didepannya, maka disediakan lah jasa valet. Memasuki tempat ini, bagian depan cafe berupa beranda yang berfungsi sebagai tempat makan.

Setelah masuk kedalam, ruangannya memang sempit dan memanjang kebelakang. Jejeran meja makan untuk berdua disusun memanjang kebelakang, merapat ke dinding sebelah kiri. Disebelah kanan ada bar tempat meracik minuman sekaligus kasir diujung paling depan. Apabila pengunjung yang datang beramai-ramai, silahkan langsung naik keatas ke lantai 2. Konon dekorasi ruangan diatas bergaya vintage, cantik dan asik untuk foto-foto. Saya berdua mamah sih ngga mungkin ke lantai atas karena mamah bakal susah naik tangganya.

Ketika kami datang, pelayan yang ada hanya 1 orang, itupun sedang melayani pengunjung yang memakan waktu cukup lama. Setelah beberapa saat, kami diberikan daftar menu. Sambil menimbang-nimbang menu yang akan kami pesan, barulah pelayan yang kedua datang.

Saya teringat sebuah review yang mengulas salah satu appertizer disini yaitu perkedel mayo, yaitu perkedel jagung yang disajikan dengan saus mayo. Saya langsung memesan sajian yang sudah saya bayangkan sejak pagi itu. Mamah tampak tertarik pada gambar swedish house yaitu hidangan mash potato dengan bola daging cincang, yang kemudian dia pesan. Terakhir saya memesan chicken sandwich dan minuman berries watermelon serta es jeruk untuk mamah.

Sambil menunggu pesanan, saya mengamati suasana. Cafe ini didominasi dengan warna putih sehingga menimbulkan kesan homey. Sedangkan papan nama Mangia yang tergantung didepan cafe berwarna kuning dengan tulisan hitam. Meja dan kursi ditata dengan apik, tampak tidak seragam, kebanyakan cat nya sudah usang dan pudar sehingga menguatkan kesan lawas. Aneka toples kaleng kerupuk kecil warna warni berisi camilan dipajang didepan meja bar minuman.


Pesanan kami tiba satu persatu. Minuman berries watermelon adalah jus campuran buah berry dan semangka, sehingga rasanya tidak terlalu asam, cenderung lebih manis dan terasa kental. Setelah itu datang swedish house, lebih lazim disebut swedish meatballs yaitu mash potato yang disajikan bersama 5 butir bola daging cincang, disiram saus gravy dan diberi sedikit selai strawberry. Ibu saya malah geleng-geleng kepala seraya berkaya “anak muda memang suka aneh-aneh” sambil menyingkirkan selai strawberry nya, hahaha. Hidangan ini menurut kami enak sekali, mash potato nya lembut dan creamy, dagingnya empuk, sausnya asin, gurih dan lezat.


Lalu tibalah giliran chicken sandwich. Sandwich ini bukan setangkup roti berisi ayam ditengah seperti lazimnya, melainkan berupa open sandwich yaitu selembar roti yang diberi red lettuce diatasnya, potongan daging ayam, telur urak arik, lalu disiram saus creamy, diberi garnish irisan paprika dan bawang bombay dan disajikan bersama kripik kentang chitato. Rasanya nya sih enak, bumbunya terasa antara manis dan gurih, tapi roti jadi basah dan liat ketika dipotong oleh pisau.


Kedua hidangan tsb sudah selesai kami makan, tapi perkedel mayo belum datang. Buyar sudah harapanku untuk makan perkedel jagung. Tanpa basa basi pertanyaan, saya langsung minta bill nya dan ditagih pula perkedelnya. “Loh mana perkedelnya mba ? dikeluarin saja dari bill nya mba” kata saya. Harga swedish house Rp 58.000, chicken sandwich Rp 39.000, berries watermelon Rp 29.000 dan jeruk Rp 27.000. Tapi kalau diajak kesini lagi, saya tetep mau kok, karena selain enak makanannya, menu disini ngga pasaran dan bikin penasaran pengen ku coba.  

No comments: