Wednesday, June 08, 2011

Mi Lezat Plus Putu Mantap di Gang Luna Bandung (***)










Bandung - Nama Pengirim: Kania Kurniasari
Email: kania.kurniasari[at]xxx.com

Karena ada beberapa keperluan dan sebuah janji temu di Bandung, maka terpaksalah kami mengarungi kemacetan di Bandung. Janji temu dengan seorang teman pun terpaksa dilakukan di sebuah cafe kecil yang terletak di dalam toko Elizabeth di daerah pasar  Astana Anyar. Setelah sekian lama berbincang tiba-tiba sang teman teringat sesuatu. "Makan mi ayam lezat yuk, mumpung jam 5 sore begini baru buka kalau kemalaman nanti penuh," ajaknya. Wah tawaran menarik nih, cocok dengan keadaan perut yang mulai keroncongan.

Kami pun menuju Jl. Jend. Sudirman yaitu ke daerah pasar Andir dan pelan-pelan kami mencari gang Luna disebelah kiri jalan. Nah itu dia, sebuah gerobak aluminium terparkir di mulut gang. Terlihat tulisan dikaca gerobak 'Mie baso pangsit tahu Lezat special'. Oalaa... sekarang saya baru paham, rupanya 'Lezat' itu nama warung mienya, tinggal dibuktikannya saja apakah sajian mereka selezat namanya.

Sebelum memesan, kami pastikan dulu kehalalannya. Setelah mendengar jawaban halal, kami pun langsung memesan 3 porsi mie yamin asin plus bakso karena pangsit pesanan ku belum matang. Teman kami merekomendasikan tahunya yang enak, tapi saya tidak memesannya karena takut kekenyangan. Disini tersedia 3 meja & kursi panjang dan diberi atap terpal yang menempel didinding gang. 

Sambil duduk saya melihat-lihat beberapa gerobak yang berderet disebelah kami. Pertama gerobak minuman, lalu gerobak baso tahu siomay lalu disebelahnya gerobak apa tuh? Dipaling ujung ada sebuah gerobak dengan 2 buah dandang besar, dimana tutupnya dihiasi beberapa kain putih kecil yang mengeluarkan uap asap yang mengebul. Ketika kami tanyakan kepada teman, dia bilang itu gerobak tukang putu pisang. Hah baru tau ada kue putu isi pisang? Jadi penasaran nih. Aha habis makan mie, kami harus bungkus putu untuk bekal dalam perjalanan pulang ke Jakarta. Sip deh!

Pesanan mie kami pun datang. Semangkuk mie yang bentuknya bulat kecil, sepertinya buatan tangan karena tidak keriting, ditaburi ayam cincang halus serta daun seledri. Didampingi semangkok kuah bening dan berminyak, berisi 3 baso halus dan daun seledri. Tak sabar saya suap mienya dengan sumpit dan o la la... lidah rasanya bergoyang, mata pun berbinar senang. Rupanya rasa mie ini memang selezat namanya. Top! 

Perlahan saya seruput kuahnya, rasanya segar, tidak meninggalkan jejak gurih yang berlebihan, menyeimbangi rasa mie yang sudah asin. Basonya pun enak padahal saya bukan tergolong penggemar bakso sejati. Langsung nilai sajian ini melesat ke peringkat papan atas tujuan wiskul Bandung versi kami tentunya. Tak memerlukan waktu lama untuk menghabiskan sajian istimewa ini. Setelah makan, mulutpun kami basuh dengan segelas es jeruk peres murni dari gerobak sebelah. Hmm rasa manis dan segar menyeruak dimulut kami, nikmat.

Mengenai harganya hampir sama dengan harga sajian dari rumah makan, tapi masih ramah dikantong, yaitu mie baso Rp 19.000,00 dan es jeruk Rp 9.000,00. Harga menu lainnya adalah mie special (baso pangsit tahu) Rp 26.500, mie baso pangsit Rp 22.500, kalau mie rica tinggal tambah Rp 2.000. Kalau mau pesan baso tahu/baso/pangsit rebus/goreng saja pun bisa. Semua menu bisa pilih 1 atau setengah porsi. Very flexible.

Setelah selesai kami pun menuju gerobak putu. Wah ini unik. Didalam gerobak ada 3 baskom besar yang berisi masing-masing tepung beras, gula merah dan kelapa parut. Beberapa sisir pisang raja yang sudah tua tampak tergantung di langit-langit gerobak. Dengan gesit si ibu mengisi cetakan putu yang berbentuk bulat lalu ditutup dengan kain putih agar putu tidak basah ketika matang, lalu cetakan ditancapkan ke bagian atas dandang yang berisi beberapa cerobong kecil. Setiap dandang berisi 8 cerobong. Setelah putu matang, segera digulingkan ke atas kelapa parut hingga tertutup. Satu putu dihargai Rp 2.500 dan kami pun memesan 2 dus yang berisi masing-masing 5 putu.

Kue putu yang masih panas ini sangat menggoda. Mulut dan tangan kami pun gatal untuk segera mencicipinya. Dengan beralaskan daun pisang, kami pun segera memakannya. Wuah putu yang berukuran cukup besar ini memang nikmat, walaupun warnanya hanya putih, asli tanpa pewarna hijau seperti putu Jakarta, tapi rasa dan wanginya tetap dasyat. Ketika digigit aroma pisang dan kelapa menari-nari dihidung, rasa manis dari gula merah dan pisang terasa lumer dimulut, dan semakin sempurna ditingkahi rasa kelapa yang gurih. Dengan perut kenyang dan hati senang, kami pun bersemangat kembali menantang kemacetan dalam perjalanan pulang ke Jakarta.

Mi Lezat Gang Luna
(dekat pasar Andir)
Jl. Jend. Sudirman
Bandung

No comments: