Suami saya sebagai ketua
Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) Jakarta bersama rombongan
diundang ke acara ultah Mamuju Utara yang ke 11. Kesempatan ini harus kami
manfaatkan sebaik-baiknya karena mungkin ada peluang usaha yang menjanjikan.
Kebetulan saya pun diajak dengan agenda sebagi berikut, setelah selesai
menghadiri acara ultah Matra, perjalanan akan kami lanjutkan untuk meninjau
kebun kelapa sawit PT. Unggul Widya, setelah itu menuju kota Makassar untuk
berjalan-jalan. Berikut pengalaman saya selama di Sulawesi.
KAMIS
Kami berangkat pk. 5 pagi
dari Jakarta menuju kota Palu. Tiba di Palu pk. 7.30 waktu Palu, lebih cepat 1
jam dari Jakarta. Kami berempat janjian ketemu dengan rombongan lainnya untuk
sarapan pagi di RM Idaman atau yang lebih dikenal dengan nama nasi kuning Mama
Jena di Jl. Pattimura no 4. Sesampainya disana ternyata RM ini sudah dipenuhi
pengunjung yang ingin sarapan disini. Saya pun melihat beberapa rombongan yang berasal
dari pesawat yang sama dengan kami. Rupanya RM nasi kuning ini adalah destinasi
wajib bagi tamu yang baru datang dari pesawat.
Ketika kami tiba disana,
nasi kuning baru saja habis dan nasi baru belum selesai dimasak, sehingga kami
menunggu cukup lama. Tapi kekecewaan itu langsung terobati setelah nasi kuning
komplit tersaji dihadapan kami. Sepiring nasi kuning diberi lauk ayam goreng,
abon sapi, telur utuh, serundeng daging dengan campuran kentang serta taburan
bawang goreng. Dimeja sudah tersedia sambal dan sepiring gulai ati rempela
ayam. Nasi pulen nan gurih dan harum ini memang sangat nikmat. Kuah gulainya
juga yahud. Yang mengejutkan adalah sambalnya, penampilannya biasa saja yaitu
sambal goreng berwarna merah, tapi ketika dimakan, ya ampun pedasnya luar biasa,
badan langsung terasa hangat dan berkeringat. Harga nasi kuning komplit tsb
sekitar Rp 28.000.
Berada di kota Palu,
pemandangan didalam kota sangatlah indah karena sepanjang mata memandang kita
akan melihat keindahan teluk Palu dengan latar belakang pegunungan yang berawan.
Hal ini menjadikan penduduk Palu mendapat peringkat paling rendah tingkat stres
nya. Siang ini kami langsung menuju kabupaten Mamuju Utara. Antara Palu dengan
Matra harus melewati kabupaten Donggala. Disini pemandangan lebih spektakuler
lagi karena kami berjalan didataran tinggi yang berkelak kelok seperti daerah
puncak Jabar, tapi dibawah terhampar pemandangan laut pesisir Donggala, Allahu
Akbar sungguh indah ciptaan Tuhan.
Siang ini kami makan di RM
Ikan Bakar Terminal Indah, Jl. Donggala – Palu - Kel. Kabonga kecil, telpon
0457 71617. HP 0852 4101 8650. RM ini berupa bangunan sederhana, bentuknya
seperti rumah panggung kayu yang memanjang kebelakang. Bangunan ini berdiri
diatas pantai pesisir Donggala. Setelah kita parkir didepan RM yang terbuka
ini, kita langsung berhadapan dengan tempat pembakaran ikan. Jadi sebelum masuk
kedalam, kita harus memilih ikannya dulu, yaitu ikan kakap merah atau putih, lalu
pilih mau bagian kepala, badan atau ekor, kemudian ikan dicelupkankan kedalam
bumbu lalu dibakar atau digoreng sesuai pesanan. Pilihan saya adalah ikan
goreng dan suami saya memilih ikan bakar. Setelah itu baru kami menuju area meja
makan, menunggu pesanan sambil makan rambutan yang telah disediakan disetiap
meja, menikmati pemandangan laut yang membius.
Ikan pesanan kami datang
bersama sepiring nasi, sepiring sambal plus ketimun, dan semangkuk kuah sayur bersantan
berwarna merah mirip gulai yang isinya buncis, toge, tahu dan tomat. Jika ingin
menikmati sensasi makan ikan bakar atau goreng, “fresh from sea” dengan bumbu
aneka rempah alami, nah disinilah tempatnya. Sungguh nikmat rasa daging ikan yang
baru ditangkap ini, empuk dan lembut tanpa bau amis, dengan bumbu rempah asli
yang meresap sempurna, menjadikan ikan lebih gurih dan memancing selera makan.
Apabila dibandingkan antara ikan bakar dan goreng, saya lebih memilih ikan
goreng karena bagian luarnya terasa garing dan gurih, tapi didalam tetap empuk
dan lembut, sedangkan ikan bakar, bagian luarnya masih terasa basah. Tapi
tergantung seleralah, karena saya melihat semua peserta menyantap habis
pesanannya tanpa tersisa, termasuk sambalnya yang super pedas.
Dessert yang paling tepat saat
itu adalah es kelapa muda. Segelas es kelapa muda yang tebal dan lembut diberi
sirup gula merah, merupakan penutup yang sempurna. Tubuh kami menjadi segar
kembali, siap melanjutkan perjalanan ke kabupaten Mamuju Utara yang masih jauh.
MAMUJU
UTARA
Setelah melewati daerah
Donggala, sampailah kami dikabupaten Mamuju Utara, dimana ibukota Matra
terletak di kecamatan Pasang Kayu. Kenapa dinamakan Pasang kayu ? Karena tanda
bagi para nelayan pulang dari melaut bahwa dia telah sampai di pesisir Pasang
kayu apabila telah melihat 2 buah pohon bakau yang sudah sangat tua terletak
dipesisir, dan tak jauh dari situ terletak rumah dinas bupati Mamuju Utara.
Di Matra tidak ada hotel.
Sesungguhnya kami berencana menginap di mess PT. Unggul Widya di kecamatan
Baras. Tetapi sungguh pengalaman tak terduga karena saya berdua suami diajak
menginap dirumah dinas oleh Bp. Bupati Agus Djiwa, sedangkan teman-teman
lainnya disuruh menginap di rumah pribadi Bp. Bupati.
Kedatangan kami bertepatan
dengan ultah kab. Matra ke 11, dengan agenda acara pembukaan KPDT (Kementerian
Pembangunan Daerah Tertinggal) expo 2014. Ternyata ada 183 daerah yang masuk
kedalam kategori daerah tertinggal, dimana penyebabnya adalah :
- Geografis.
Umumnya secara geografis daerah tertinggal relatif sulit dijangkau karena
letaknya yang jauh di pedalaman, perbukitan/ pegunungan, kepulauan,
pesisir, dan pulau-pulau terpencil atau karena faktor geomorfologis
lainnya sehingga sulit dijangkau oleh jaringan baik transportasi maupun
media komunikasi.
- Sumberdaya
Alam. Beberapa daerah tertinggal tidak memiliki potensi sumberdaya alam,
daerah yang memiliki sumberdaya alam yang besar namun lingkungan
sekitarnya merupakan daerah yang dilindungi atau tidak dapat
dieksploitasi, dan daerah tertinggal akibat pemanfaatan sumberdaya alam
yang berlebihan.
- Sumberdaya
Manusia. Pada umumnya masyarakat di daerah tertinggal mempunyai tingkat
pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif rendah serta
kelembagaan adat yang belum berkembang.
- Prasarana
dan Sarana. Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi,
transportasi, air bersih, irigasi, kesehatan, pendidikan, dan
pelayanan lainnya yang menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal
tersebut mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.
- Daerah
Terisolasi, Rawan Konflik dan Rawan Bencana. Daerah tertinggal
secara fisik lokasinya amat terisolasi, disamping itu seringnya suatu
daerah mengalami konflik sosial bencana alam seperti gempa bumi,
kekeringan dan banjir, dan dapat menyebabkan terganggunya kegiatan
pembangunan sosial dan ekonomi.
JUMAT
Usai menghadiri acara
ultah Matra, perjalanan kami lanjutkan menuju perkebunan sawit PT. Unggul Widya
di kecamatan Baras. Ada 2 perusahaan perkebunan sawit yang terletak di Matra
yaitu PT. Unggul Widya dan PT. Sinas Mas. Sepanjangan perjalanan dari Pasang kayu
menuju Baras didominasi dengan pemandangan kebun sawit PT. Sinar Mas. Sedangkan
kebun sawit milik PT. Unggul Widya letaknya masuk kedalam, tidak terlewati
jalan raya.
Menginap di mess PT. Unggul Widya kami serasa raja sehari.
Bagaimana tidak, sepanjang hari kami dijamu makanan enak, banyak dan mewah. Ada
satu masakan yang saya sangat terkesan, sampai saya bilang kepada ibu saya
minta dimasakin, yaitu tumis daun pakis bunga pepaya. Saya sendiri kaget kenapa
saya terkesan dengan masakan ini padahal saya kurang doyan makan sayur. Saya
baru tau kalau daun pakis itu rasanya enak banget karena dimasak dengan tingkat
kematangan sempurna, bercampur dengan bunga pepaya yang rasanya sama sekali
tidak pahit. Sayangnya ibu saya bilang jarang sekali melihat daun pakis dijual
dipasar Jakarta.
Masakan kedua yang saya
suka adalah kepiting. Dua piring besar berisi potongan kepiting yang menggunung
tersaji dimeja makan. Wah saya sampai mengingatkan suami agar jangan terlalu
banyak ngemil kepiting, takut asam uratnya kambuh. Saya sendiri merasa
kolestrol saya naik, untung kami membawa persediaan obat cukup banyak karena
tau bakal makan-makan wae.
Urutan selanjutnya adalah
sejenis semur daging. Saya suka masakan ini karena dagingnya empuk, bumbunya meresap,
rasanya manis tapi pas. Kemudian ikan laut masak pesmol & sop ikan.
Keistimewaannya adalah ikannya masih segar sehingga daging ikan terasa lembut
dan tak berbau amis. Masakan lainnya adalah sate ayam, ayam goreng tepung,
udang goreng tepung, tempe dan tahu goreng serta sop oyong.
Tak hanya makanan,
buah-buahan pun berlimpah seperti pisang, jeruk, pepaya dan dukuh. Saya sedikit
mengernyit melihat jeruk yang kulitnya berwarna hijau, hmm bakal asem nih pikir
saya. Sebagai pendamping makanan kami, disediakan minuman air jeruk murni yang
berasal dari perasan jeruk tadi. Ternyata enak banget, kental tanpa campuran
air dan manis walaupun tanpa gula, trus rasanya agak beda yah dengan yang biasa
saya minum, sukar saya lukiskan, pokoknya maknyus. Makanya jangan menilai
sesuatu hanya dari kulitnya ya, hahaha. Diantara waktu makan kami juga
disuguhin aneka camilan lezat seperti kue pastel, pisang goreng, nagasari dan
kripik. Hmm timbangan badan bakal naik nih.
SABTU
Keesokan harinya kami
berangkat dari Baras menuju kota Palu, untuk memberi presentasi mengenai
perusahaan IT milik kami, PT. Indotristar Solusi Utama kepada anggota PISPI
Palu. Tempat pertemuannya berada di Saung Raja Kuring, masakan ayam &
seafood, Jl. Sultan Hasanuddin 74A Palu.
Disini kami sudah
dipesankan makan siang berupa ikan bakar, ikan goreng tepung, cumi goreng
tepung, sop ikan, tumis kangkung, tumis toge serta otak-otak. Semua masakan
khas Makassar. Bumbunya nikmat, ikannya segar, harganya terjangkau, ruangannya
besar, bagus dan bersih, serta kami mendapat ruangan VIP agar bisa bebas
mengadakan presentasi. Karena menu makan siang sudah diurus oleh PISPI, saya
tidak bisa memberi review yang mendetail. Saya hanya bisa menyajikan
foto-fotonya yang mengundang selera. Selesai makan siang kami langsung menuju
bandara untuk naik pesawat ke kota Makassar.
MAKASSAR
Di Makassar kami menginap
di hotel dekat pantai Losari. Jadi walaupun tidak ada kendaraan, kami masih
bisa ke pantai dengan memakai becak. Malam harinya kawan suami saya mengajak
kami berputar-putar dikota Makassar. Mau makan malam apa di Makassar ? Sop
Konro ? Coto Makassar ? Mie Titi ? Seafood Lae-lae ? Ayam goreng Sulawesi ?
Atau Pallubasa ? Begitu banyak kuliner kota Makassar yang merupakan favorit
para turis, tapi sebagian besar makanan khas adalah daging dan seafood.
Akhirnya kami memutuskan makan pallubasa karena merupakan masakan khas Makassar
yang ngga bakal bisa ditemui di Jakarta.
Kamipun diajak ke
pallubasa serigala yaitu pallbas no. 1 di Makassar. Setau saya pallubasa adalah
sejenis soto daging, tapi bukan daging srigala loh, melain daging sapi. Hanya
karena terletak di Jl. Serigala saja dinamakan pallbas Serigala. Saingannya
adalah pallbas Onta karena terletak di Jl. Onta, letaknya pun dekat sekali dengan
Jl. Serigala.
RM ini tempatnya sederhana yaitu
sebuah ruangan yang disambung dengan tenda didepannya. Begitu kami duduk, kawan
kami berteriak “campur 3”, aduh saya panik, saya tidak suka makan soto campur
nasi. Eh rupanya artinya campur adalah dicampur dengan jeroan. Yah ini lebih
gawat lagi, bagaimana nasib asam urat suami saya, bakal bengkak nih kaki.
Pallbas milik kawan kami diberi kuning telur ayam kampung mentah, sedangkan
milik kami tanpa telur. Nah mari kita cicipi pallbas nan terkenal ini.
Pallbas datang dalam
mangkuk kecil, persis mangkuk soto kudus Blok M Jakarta. Ketika kusendok, dahi
saya agak berkerut, karena semua isi soto ini bentuknya aneh-aneh. Rupanya
semua berisi jeroan, saya cari-cari tidak ada dagingnya tuh. Kucicipi kuahnya,
hmm harum semerbak dan sarat akan rasa rempah. Kuahnya berwarna coklat, kental
dengan rasa kelapa sangrai. Ku kunyah jeroannya yang terasa agak kenyal.
Pelan-pelan kupindahkan jeroan tsb ke mangkuk suami saya, hahaha. Pallbas ini
enak banget buat yang doyan, dan saya tidak doyan. Saya akui kuah pallbas ini
nikmat, andai pallbas saya berisi daging, pasti sudah habislah sepiring nasi.
Pallbas lebih nikmat bila diberi jeruk nipis dan sambal yang tersedia dimeja.
Walaupun perut saya masih terasa lapar, saya tidak kawatir, karena kuliner
Makassar dimalam hari masih banyak yang menunggu.
Usai teman kami mengantar
ke hotel, kami malah memanggil becak, karena saya mau makan Mie Titi. Saya
sudah pernah makan mie Titi di RM Pelangi Jl. Wahid Hasyim no. 108 Jakarta
Pusat. Nah sekarang kami mau mencoba mie Titi Jl. Datumuseng no. 23 Makassar.
Mie Titi adalah ifumi ala Makassar, yaitu mie yang berukuran kecil-kecil
digoreng sampai kering lalu disiram sayuran berkuah kental seperti capcay.
Sayurannya hanya sawi hijau ditambah ayam dan udang, dengan kuah kental yang
berwarna putih karena dicampur telur. Sebelum dimakan, diberi perasan jeruk
nipis dulu biar terasa semakin segar. Makan mie yang renyah berpadu dengan kuah
kental yang hangat dan sedikit asam merupakan sensasi tersendiri. Apalagi udang
dan potongan ayamnya lumayan besar dan banyak.
Suami saya tidak tinggal
diam, dia kembali memesan nasi goreng merah yaitu nasi goreng yang dicampur
saos tomat sehingga berwarna merah, isinya potongan ayam, baso, kekian &
telur orak arik. Nasi terasa empuk dan gurih dengan rasa asam yang samar. Kedua
jenis makanan ini kami pesan dengan porsi kecil yaitu seharga Rp 22.000. Makan
disini disediakan teh gratis loh, dimana teh disajikan didalam teko plastik,
biar kita bisa minum sepuasnya.
Mie Titi ini banyak banget
peminatnya. Selain makan ditempat, banyak juga yang membungkus untuk dibawa
pulang. Mie kering sudah siap dibungkus kertas coklat dan dimasukkan kedalam
plastik kresek, berjejer bergelantungan dipapan kayu. Begitu pula untuk yang dimakan
ditempat, mie kering sudah siap diatas piring. Capcay dimasak sekaligus dalam 1
panci besar, sehingga pemesanan dapat tersaji dengan cepat.
Malam ini kami benar-benar
kekenyangan, karena itu kami berniat melanjutkan perjalanan ke pantai Losari,
berjalan-jalan sebentar sambil menurunkan makanan diperut.
Pantai Losari dimalam
Minggu sungguh ramai dan padat. Kami asik berjalan menyusuri pantai sambil
sekali-kali mengambil foto. Setelah lelah berjalan dan kira-kira kalori sudah mulai
terbakar, bukannya pulang malah mampir ke pedagang pisang epe. Pedagang pisang
epe tersebar disepanjang pantai Losari, mungkin jumlahnya ratusan.
Pisang epe adalah cemilan
khas Makssar yaitu pisang kepok setengah tua yang dibakar diatas bara arang
sampai setengah matang lalu pisang dijepit sampai pipih pake kayu, lalu dibakar
lagi sampai matang, empuk dan renyah. Kemudian pisang ditata dipiring dan
disiram gula merah cair yang telah dimasak bersama pandan. Nah itu pisang epe
rasa original, sedangkan rasa yang telah dimodifikasi lebih banyak lagi yaitu
rasa coklat, keju, strawberry, coklat kacang, nangka, duren, dll.
Malam itu kami mampir ke
gerobak pisang epe no 41, dan memesan rasa keju. Untuk minumannya kami pesan
saraba yaitu minuman khas Makassar yang mirip dengan bandrek. Saraba adalah minuman
yang terdiri dari campuran santan dengan jahe, merica & gula merah,
sehingga rasanya legit, manis dan hangat, sangat cocok diminum malam hari,
dipinggir pantai, dengan hembusan angin dan deburan ombak, membuat badan
menjadi hangat dan segar. Pisang epe pesanan kami setelah diberi gula merah
cair lalu diberi parutan keju, sehingga rasanya jadi manis-manis legit. Wah
ngga menyesal deh kami makan lagi.
MINGGU
Hari minggu pagi kami
kembali ke pantai Losari karena disana menjadi lokasi car free day. Aktifitas
saat itu adalah banyaknya warga yang berolahraga jalan kaki sampai senam
oplosan, kemudian sarapan dan berbelanja di PKL.
Hari Minggu ini kami akan
pulang ke Jakarta dengan pesawat pk. 15. Teman kami datang kembali untuk
mengantar ke Bandara, tapi sebelumnya kami diajak makan siang ikan bakar di RM Paotere.
RM
Paotere (**)
Kendaraan kami melaju
menuju pelabuhan Paotere, tepatnya ke RM Paotere Jl. Sabutung Paotere no. 46,
telpon 0411 3626366. RM ini terletak diseberang tempat pelelangan ikan
pelabuhan Paotere. Dapat disimpulkan semua ikan yang disajikan disini sangat
segar langsung dari laut.
Dari kejauhan sudah
terlihat asap yang mengebul dari pembakaran ikan didepan RM ini. Sebelum masuk
kami disuruh memilih jenis ikan yang akan dibakar. Saya agak panik karena tidak
begitu mengerti jenis-jenis ikan, apalagi pelayan yang menawarkan menyebutkan berbagai
nama jenis ikan yang tidak saya faham. Katanya yang best seller adalah ikan bolu,
ternyata itu adalah nama lain dari ikan bandeng. Tapi ikan bandeng kan durinya
halus dan banyak. Akhirnya suami saya memesan ikan bandeng dan saya memesan
ikan kakap. Kalau di Makassar setiap orang memesan 1 porsi ikan untuk dimakan
sendiri. Jadi kami ber 6 memesan 5 ikan bandeng, 1 ikan kakap dan 1 ikan
kaneke. Kalau di Jakarta kan kita makan 1 ekor ikan untuk beramai-ramai,
hahaha.
Sebelum ikannya
dihidangkan dimeja, terlebih dulu dihidangkan aneka sambal pendamping seperti
sambal kacang dengan irisan ketimun, sambal tomat hijau yang dicampur dengan
jeruk limau, mangga muda serut, jeruk nipis dan daun kemangi. Ada 1 jenis
sambal lagi yang harus kami pesan terlebih dulu yaitu sambal cabe rawit yang
penampilannya pasti super pedas karena penuh dengan biji cabe dan berminyak.
Selain itu dihidangkan pula semangkuk sayur santan mirip lodeh yang berisi kol,
kacang panjang dan tomat hijau.
Kemudian datanglah ikan
pesanan kami. Pertama saya cicipi ikan kakapnya. Wow ternyata rasanya tawar, begitu
pula dengan ikan bandengnya. Rupanya semua ikan yang dibakar disini memang tak
berbumbu karena itulah disediakan berbagai jenis sambal pendamping. Inilah
sensasi makan daging ikan segar murni tak berbumbu, tapi kalau sudah dicocol
sambal, yah nasi sepiring habislah. Saya sedikit menyesal menawarkan ikan kakap
saya kepada yang lain, karena ternyata memang tidak mungkin makan ikan kurang
dari 1 porsi sendiri, hahaha.
Selain ikan bakar, masih
banyak menu lain yang disediakan di RM ini. Saya pun baru tau setelah selesai makan.
Ada ikan kudu-kudu goreng, udang, cumi goreng tepung dan cumi bakar tinta, tak
lupa otak-otak khas Makassar.
Kali ini gantian kami yang
traktir. Saya siap-siap mengeluarkan kartu debit, karena kalau cash pasti ngga
cukup uangnya buat ongkos pulang, hahaha. Setelah bon disodorkan ternyata hanya
habis Rp 212.000 saja, sebab harga ikan bandeng @ Rp 18.000, ikan kakap &
kaneke @ Rp 45.000 dan nasi @ Rp 4.000, wah murah ya.
Perjalanan kami di
Sulawesi telah berakhir di RM Paotere yang merupakan RM pelopor ikan bakar
Makassar yang termasyur dan sering dikunjungi para pejabat termasuk pak JK. Ah
entah kapan lagi kami akan kembali...
1 comment:
terima kasih atas informasinya, bisa juga mampir ke artikel mengenai pinjaman cepat jika berkenan. terima kasih banyak
Post a Comment