Sunday, May 18, 2014

KULINER SULAWESI

Suami saya sebagai ketua Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) Jakarta bersama rombongan diundang ke acara ultah Mamuju Utara yang ke 11. Kesempatan ini harus kami manfaatkan sebaik-baiknya karena mungkin ada peluang usaha yang menjanjikan. Kebetulan saya pun diajak dengan agenda sebagi berikut, setelah selesai menghadiri acara ultah Matra, perjalanan akan kami lanjutkan untuk meninjau kebun kelapa sawit PT. Unggul Widya, setelah itu menuju kota Makassar untuk berjalan-jalan. Berikut pengalaman saya selama di Sulawesi.

KAMIS

RM IDAMAN, NASI KUNING MAMA JENA (***)








Kami berangkat pk. 5 pagi dari Jakarta menuju kota Palu. Tiba di Palu pk. 7.30 waktu Palu, lebih cepat 1 jam dari Jakarta. Kami berempat janjian ketemu dengan rombongan lainnya untuk sarapan pagi di RM Idaman atau yang lebih dikenal dengan nama nasi kuning Mama Jena di Jl. Pattimura no 4. Sesampainya disana ternyata RM ini sudah dipenuhi pengunjung yang ingin sarapan disini. Saya pun melihat beberapa rombongan yang berasal dari pesawat yang sama dengan kami. Rupanya RM nasi kuning ini adalah destinasi wajib bagi tamu yang baru datang dari pesawat.

Ketika kami tiba disana, nasi kuning baru saja habis dan nasi baru belum selesai dimasak, sehingga kami menunggu cukup lama. Tapi kekecewaan itu langsung terobati setelah nasi kuning komplit tersaji dihadapan kami. Sepiring nasi kuning diberi lauk ayam goreng, abon sapi, telur utuh, serundeng daging dengan campuran kentang serta taburan bawang goreng. Dimeja sudah tersedia sambal dan sepiring gulai ati rempela ayam. Nasi pulen nan gurih dan harum ini memang sangat nikmat. Kuah gulainya juga yahud. Yang mengejutkan adalah sambalnya, penampilannya biasa saja yaitu sambal goreng berwarna merah, tapi ketika dimakan, ya ampun pedasnya luar biasa, badan langsung terasa hangat dan berkeringat. Harga nasi kuning komplit tsb sekitar Rp 28.000.

Berada di kota Palu, pemandangan didalam kota sangatlah indah karena sepanjang mata memandang kita akan melihat keindahan teluk Palu dengan latar belakang pegunungan yang berawan. Hal ini menjadikan penduduk Palu mendapat peringkat paling rendah tingkat stres nya. Siang ini kami langsung menuju kabupaten Mamuju Utara. Antara Palu dengan Matra harus melewati kabupaten Donggala. Disini pemandangan lebih spektakuler lagi karena kami berjalan didataran tinggi yang berkelak kelok seperti daerah puncak Jabar, tapi dibawah terhampar pemandangan laut pesisir Donggala, Allahu Akbar sungguh indah ciptaan Tuhan.

RM IKAN BAKAR TERMINAL INDAH (***)









Siang ini kami makan di RM Ikan Bakar Terminal Indah, Jl. Donggala – Palu - Kel. Kabonga kecil, telpon 0457 71617. HP 0852 4101 8650. RM ini berupa bangunan sederhana, bentuknya seperti rumah panggung kayu yang memanjang kebelakang. Bangunan ini berdiri diatas pantai pesisir Donggala. Setelah kita parkir didepan RM yang terbuka ini, kita langsung berhadapan dengan tempat pembakaran ikan. Jadi sebelum masuk kedalam, kita harus memilih ikannya dulu, yaitu ikan kakap merah atau putih, lalu pilih mau bagian kepala, badan atau ekor, kemudian ikan dicelupkankan kedalam bumbu lalu dibakar atau digoreng sesuai pesanan. Pilihan saya adalah ikan goreng dan suami saya memilih ikan bakar. Setelah itu baru kami menuju area meja makan, menunggu pesanan sambil makan rambutan yang telah disediakan disetiap meja, menikmati pemandangan laut yang membius.

Ikan pesanan kami datang bersama sepiring nasi, sepiring sambal plus ketimun, dan semangkuk kuah sayur bersantan berwarna merah mirip gulai yang isinya buncis, toge, tahu dan tomat. Jika ingin menikmati sensasi makan ikan bakar atau goreng, “fresh from sea” dengan bumbu aneka rempah alami, nah disinilah tempatnya. Sungguh nikmat rasa daging ikan yang baru ditangkap ini, empuk dan lembut tanpa bau amis, dengan bumbu rempah asli yang meresap sempurna, menjadikan ikan lebih gurih dan memancing selera makan. Apabila dibandingkan antara ikan bakar dan goreng, saya lebih memilih ikan goreng karena bagian luarnya terasa garing dan gurih, tapi didalam tetap empuk dan lembut, sedangkan ikan bakar, bagian luarnya masih terasa basah. Tapi tergantung seleralah, karena saya melihat semua peserta menyantap habis pesanannya tanpa tersisa, termasuk sambalnya yang super pedas.

Dessert yang paling tepat saat itu adalah es kelapa muda. Segelas es kelapa muda yang tebal dan lembut diberi sirup gula merah, merupakan penutup yang sempurna. Tubuh kami menjadi segar kembali, siap melanjutkan perjalanan ke kabupaten Mamuju Utara yang masih jauh.

MAMUJU UTARA

Setelah melewati daerah Donggala, sampailah kami dikabupaten Mamuju Utara, dimana ibukota Matra terletak di kecamatan Pasang Kayu. Kenapa dinamakan Pasang kayu ? Karena tanda bagi para nelayan pulang dari melaut bahwa dia telah sampai di pesisir Pasang kayu apabila telah melihat 2 buah pohon bakau yang sudah sangat tua terletak dipesisir, dan tak jauh dari situ terletak rumah dinas bupati Mamuju Utara.

Di Matra tidak ada hotel. Sesungguhnya kami berencana menginap di mess PT. Unggul Widya di kecamatan Baras. Tetapi sungguh pengalaman tak terduga karena saya berdua suami diajak menginap dirumah dinas oleh Bp. Bupati Agus Djiwa, sedangkan teman-teman lainnya disuruh menginap di rumah pribadi Bp. Bupati.

Kedatangan kami bertepatan dengan ultah kab. Matra ke 11, dengan agenda acara pembukaan KPDT (Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal) expo 2014. Ternyata ada 183 daerah yang masuk kedalam kategori daerah tertinggal, dimana penyebabnya adalah :
  1. Geografis. Umumnya secara geografis daerah tertinggal relatif sulit dijangkau karena letaknya yang jauh di pedalaman, perbukitan/ pegunungan, kepulauan, pesisir, dan pulau-pulau terpencil atau karena faktor geomorfologis lainnya sehingga sulit dijangkau oleh jaringan baik transportasi maupun media komunikasi.
  2. Sumberdaya Alam. Beberapa daerah tertinggal tidak memiliki potensi sumberdaya alam, daerah yang memiliki sumberdaya alam yang besar namun lingkungan sekitarnya merupakan daerah yang dilindungi atau tidak dapat dieksploitasi, dan daerah tertinggal akibat pemanfaatan sumberdaya alam yang berlebihan.
  3. Sumberdaya Manusia. Pada umumnya masyarakat di daerah tertinggal mempunyai tingkat pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang relatif rendah serta kelembagaan adat yang belum berkembang.
  4. Prasarana dan Sarana. Keterbatasan prasarana dan sarana komunikasi, transportasi, air bersih, irigasi, kesehatan, pendidikan, dan pelayanan lainnya yang menyebabkan masyarakat di daerah tertinggal tersebut mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas ekonomi dan sosial.
  5. Daerah Terisolasi, Rawan Konflik dan Rawan Bencana.  Daerah tertinggal secara fisik lokasinya amat terisolasi, disamping itu seringnya suatu daerah mengalami konflik sosial bencana alam seperti gempa bumi, kekeringan dan banjir, dan dapat menyebabkan terganggunya kegiatan pembangunan sosial dan ekonomi.
JUMAT

Mess PT. Unggul Widya


















Usai menghadiri acara ultah Matra, perjalanan kami lanjutkan menuju perkebunan sawit PT. Unggul Widya di kecamatan Baras. Ada 2 perusahaan perkebunan sawit yang terletak di Matra yaitu PT. Unggul Widya dan PT. Sinas Mas. Sepanjangan perjalanan dari Pasang kayu menuju Baras didominasi dengan pemandangan kebun sawit PT. Sinar Mas. Sedangkan kebun sawit milik PT. Unggul Widya letaknya masuk kedalam, tidak terlewati jalan raya.

Menginap di mess  PT. Unggul Widya kami serasa raja sehari. Bagaimana tidak, sepanjang hari kami dijamu makanan enak, banyak dan mewah. Ada satu masakan yang saya sangat terkesan, sampai saya bilang kepada ibu saya minta dimasakin, yaitu tumis daun pakis bunga pepaya. Saya sendiri kaget kenapa saya terkesan dengan masakan ini padahal saya kurang doyan makan sayur. Saya baru tau kalau daun pakis itu rasanya enak banget karena dimasak dengan tingkat kematangan sempurna, bercampur dengan bunga pepaya yang rasanya sama sekali tidak pahit. Sayangnya ibu saya bilang jarang sekali melihat daun pakis dijual dipasar Jakarta.

Masakan kedua yang saya suka adalah kepiting. Dua piring besar berisi potongan kepiting yang menggunung tersaji dimeja makan. Wah saya sampai mengingatkan suami agar jangan terlalu banyak ngemil kepiting, takut asam uratnya kambuh. Saya sendiri merasa kolestrol saya naik, untung kami membawa persediaan obat cukup banyak karena tau bakal makan-makan wae.
Urutan selanjutnya adalah sejenis semur daging. Saya suka masakan ini karena dagingnya empuk, bumbunya meresap, rasanya manis tapi pas. Kemudian ikan laut masak pesmol & sop ikan. Keistimewaannya adalah ikannya masih segar sehingga daging ikan terasa lembut dan tak berbau amis. Masakan lainnya adalah sate ayam, ayam goreng tepung, udang goreng tepung, tempe dan tahu goreng serta sop oyong.

Tak hanya makanan, buah-buahan pun berlimpah seperti pisang, jeruk, pepaya dan dukuh. Saya sedikit mengernyit melihat jeruk yang kulitnya berwarna hijau, hmm bakal asem nih pikir saya. Sebagai pendamping makanan kami, disediakan minuman air jeruk murni yang berasal dari perasan jeruk tadi. Ternyata enak banget, kental tanpa campuran air dan manis walaupun tanpa gula, trus rasanya agak beda yah dengan yang biasa saya minum, sukar saya lukiskan, pokoknya maknyus. Makanya jangan menilai sesuatu hanya dari kulitnya ya, hahaha. Diantara waktu makan kami juga disuguhin aneka camilan lezat seperti kue pastel, pisang goreng, nagasari dan kripik. Hmm timbangan badan bakal naik nih.

SABTU

Saung Raja Kuring (***)












Keesokan harinya kami berangkat dari Baras menuju kota Palu, untuk memberi presentasi mengenai perusahaan IT milik kami, PT. Indotristar Solusi Utama kepada anggota PISPI Palu. Tempat pertemuannya berada di Saung Raja Kuring, masakan ayam & seafood, Jl. Sultan Hasanuddin 74A Palu.

Disini kami sudah dipesankan makan siang berupa ikan bakar, ikan goreng tepung, cumi goreng tepung, sop ikan, tumis kangkung, tumis toge serta otak-otak. Semua masakan khas Makassar. Bumbunya nikmat, ikannya segar, harganya terjangkau, ruangannya besar, bagus dan bersih, serta kami mendapat ruangan VIP agar bisa bebas mengadakan presentasi. Karena menu makan siang sudah diurus oleh PISPI, saya tidak bisa memberi review yang mendetail. Saya hanya bisa menyajikan foto-fotonya yang mengundang selera. Selesai makan siang kami langsung menuju bandara untuk naik pesawat ke kota Makassar.

MAKASSAR

Di Makassar kami menginap di hotel dekat pantai Losari. Jadi walaupun tidak ada kendaraan, kami masih bisa ke pantai dengan memakai becak. Malam harinya kawan suami saya mengajak kami berputar-putar dikota Makassar. Mau makan malam apa di Makassar ? Sop Konro ? Coto Makassar ? Mie Titi ? Seafood Lae-lae ? Ayam goreng Sulawesi ? Atau Pallubasa ? Begitu banyak kuliner kota Makassar yang merupakan favorit para turis, tapi sebagian besar makanan khas adalah daging dan seafood. Akhirnya kami memutuskan makan pallubasa karena merupakan masakan khas Makassar yang ngga bakal bisa ditemui di Jakarta.

PALLUBASA SERIGALA (**)






Kamipun diajak ke pallubasa serigala yaitu pallbas no. 1 di Makassar. Setau saya pallubasa adalah sejenis soto daging, tapi bukan daging srigala loh, melain daging sapi. Hanya karena terletak di Jl. Serigala saja dinamakan pallbas Serigala. Saingannya adalah pallbas Onta karena terletak di Jl. Onta, letaknya pun dekat sekali dengan Jl. Serigala.

RM ini tempatnya sederhana yaitu sebuah ruangan yang disambung dengan tenda didepannya. Begitu kami duduk, kawan kami berteriak “campur 3”, aduh saya panik, saya tidak suka makan soto campur nasi. Eh rupanya artinya campur adalah dicampur dengan jeroan. Yah ini lebih gawat lagi, bagaimana nasib asam urat suami saya, bakal bengkak nih kaki. Pallbas milik kawan kami diberi kuning telur ayam kampung mentah, sedangkan milik kami tanpa telur. Nah mari kita cicipi pallbas nan terkenal ini.

Pallbas datang dalam mangkuk kecil, persis mangkuk soto kudus Blok M Jakarta. Ketika kusendok, dahi saya agak berkerut, karena semua isi soto ini bentuknya aneh-aneh. Rupanya semua berisi jeroan, saya cari-cari tidak ada dagingnya tuh. Kucicipi kuahnya, hmm harum semerbak dan sarat akan rasa rempah. Kuahnya berwarna coklat, kental dengan rasa kelapa sangrai. Ku kunyah jeroannya yang terasa agak kenyal. Pelan-pelan kupindahkan jeroan tsb ke mangkuk suami saya, hahaha. Pallbas ini enak banget buat yang doyan, dan saya tidak doyan. Saya akui kuah pallbas ini nikmat, andai pallbas saya berisi daging, pasti sudah habislah sepiring nasi. Pallbas lebih nikmat bila diberi jeruk nipis dan sambal yang tersedia dimeja. Walaupun perut saya masih terasa lapar, saya tidak kawatir, karena kuliner Makassar dimalam hari masih banyak yang menunggu.

Mie Titi (**)







Usai teman kami mengantar ke hotel, kami malah memanggil becak, karena saya mau makan Mie Titi. Saya sudah pernah makan mie Titi di RM Pelangi Jl. Wahid Hasyim no. 108 Jakarta Pusat. Nah sekarang kami mau mencoba mie Titi Jl. Datumuseng no. 23 Makassar. Mie Titi adalah ifumi ala Makassar, yaitu mie yang berukuran kecil-kecil digoreng sampai kering lalu disiram sayuran berkuah kental seperti capcay. Sayurannya hanya sawi hijau ditambah ayam dan udang, dengan kuah kental yang berwarna putih karena dicampur telur. Sebelum dimakan, diberi perasan jeruk nipis dulu biar terasa semakin segar. Makan mie yang renyah berpadu dengan kuah kental yang hangat dan sedikit asam merupakan sensasi tersendiri. Apalagi udang dan potongan ayamnya lumayan besar dan banyak.

Suami saya tidak tinggal diam, dia kembali memesan nasi goreng merah yaitu nasi goreng yang dicampur saos tomat sehingga berwarna merah, isinya potongan ayam, baso, kekian & telur orak arik. Nasi terasa empuk dan gurih dengan rasa asam yang samar. Kedua jenis makanan ini kami pesan dengan porsi kecil yaitu seharga Rp 22.000. Makan disini disediakan teh gratis loh, dimana teh disajikan didalam teko plastik, biar kita bisa minum sepuasnya.

Mie Titi ini banyak banget peminatnya. Selain makan ditempat, banyak juga yang membungkus untuk dibawa pulang. Mie kering sudah siap dibungkus kertas coklat dan dimasukkan kedalam plastik kresek, berjejer bergelantungan dipapan kayu. Begitu pula untuk yang dimakan ditempat, mie kering sudah siap diatas piring. Capcay dimasak sekaligus dalam 1 panci besar, sehingga pemesanan dapat tersaji dengan cepat.

Malam ini kami benar-benar kekenyangan, karena itu kami berniat melanjutkan perjalanan ke pantai Losari, berjalan-jalan sebentar sambil menurunkan makanan diperut.

PISANG EPE & SARABA (**)





Pantai Losari dimalam Minggu sungguh ramai dan padat. Kami asik berjalan menyusuri pantai sambil sekali-kali mengambil foto. Setelah lelah berjalan dan kira-kira kalori sudah mulai terbakar, bukannya pulang malah mampir ke pedagang pisang epe. Pedagang pisang epe tersebar disepanjang pantai Losari, mungkin jumlahnya ratusan.

Pisang epe adalah cemilan khas Makssar yaitu pisang kepok setengah tua yang dibakar diatas bara arang sampai setengah matang lalu pisang dijepit sampai pipih pake kayu, lalu dibakar lagi sampai matang, empuk dan renyah. Kemudian pisang ditata dipiring dan disiram gula merah cair yang telah dimasak bersama pandan. Nah itu pisang epe rasa original, sedangkan rasa yang telah dimodifikasi lebih banyak lagi yaitu rasa coklat, keju, strawberry, coklat kacang, nangka, duren, dll.

Malam itu kami mampir ke gerobak pisang epe no 41, dan memesan rasa keju. Untuk minumannya kami pesan saraba yaitu minuman khas Makassar yang mirip dengan bandrek. Saraba adalah minuman yang terdiri dari campuran santan dengan jahe, merica & gula merah, sehingga rasanya legit, manis dan hangat, sangat cocok diminum malam hari, dipinggir pantai, dengan hembusan angin dan deburan ombak, membuat badan menjadi hangat dan segar. Pisang epe pesanan kami setelah diberi gula merah cair lalu diberi parutan keju, sehingga rasanya jadi manis-manis legit. Wah ngga menyesal deh kami makan lagi.

MINGGU

Hari minggu pagi kami kembali ke pantai Losari karena disana menjadi lokasi car free day. Aktifitas saat itu adalah banyaknya warga yang berolahraga jalan kaki sampai senam oplosan, kemudian sarapan dan berbelanja di PKL.
Hari Minggu ini kami akan pulang ke Jakarta dengan pesawat pk. 15. Teman kami datang kembali untuk mengantar ke Bandara, tapi sebelumnya kami diajak makan siang ikan bakar di RM Paotere.

RM Paotere (**)











Kendaraan kami melaju menuju pelabuhan Paotere, tepatnya ke RM Paotere Jl. Sabutung Paotere no. 46, telpon 0411 3626366. RM ini terletak diseberang tempat pelelangan ikan pelabuhan Paotere. Dapat disimpulkan semua ikan yang disajikan disini sangat segar langsung dari laut.

Dari kejauhan sudah terlihat asap yang mengebul dari pembakaran ikan didepan RM ini. Sebelum masuk kami disuruh memilih jenis ikan yang akan dibakar. Saya agak panik karena tidak begitu mengerti jenis-jenis ikan, apalagi pelayan yang menawarkan menyebutkan berbagai nama jenis ikan yang tidak saya faham. Katanya yang best seller adalah ikan bolu, ternyata itu adalah nama lain dari ikan bandeng. Tapi ikan bandeng kan durinya halus dan banyak. Akhirnya suami saya memesan ikan bandeng dan saya memesan ikan kakap. Kalau di Makassar setiap orang memesan 1 porsi ikan untuk dimakan sendiri. Jadi kami ber 6 memesan 5 ikan bandeng, 1 ikan kakap dan 1 ikan kaneke. Kalau di Jakarta kan kita makan 1 ekor ikan untuk beramai-ramai, hahaha.

Sebelum ikannya dihidangkan dimeja, terlebih dulu dihidangkan aneka sambal pendamping seperti sambal kacang dengan irisan ketimun, sambal tomat hijau yang dicampur dengan jeruk limau, mangga muda serut, jeruk nipis dan daun kemangi. Ada 1 jenis sambal lagi yang harus kami pesan terlebih dulu yaitu sambal cabe rawit yang penampilannya pasti super pedas karena penuh dengan biji cabe dan berminyak. Selain itu dihidangkan pula semangkuk sayur santan mirip lodeh yang berisi kol, kacang panjang dan tomat hijau.

Kemudian datanglah ikan pesanan kami. Pertama saya cicipi ikan kakapnya. Wow ternyata rasanya tawar, begitu pula dengan ikan bandengnya. Rupanya semua ikan yang dibakar disini memang tak berbumbu karena itulah disediakan berbagai jenis sambal pendamping. Inilah sensasi makan daging ikan segar murni tak berbumbu, tapi kalau sudah dicocol sambal, yah nasi sepiring habislah. Saya sedikit menyesal menawarkan ikan kakap saya kepada yang lain, karena ternyata memang tidak mungkin makan ikan kurang dari 1 porsi sendiri, hahaha.

Selain ikan bakar, masih banyak menu lain yang disediakan di RM ini. Saya pun baru tau setelah selesai makan. Ada ikan kudu-kudu goreng, udang, cumi goreng tepung dan cumi bakar tinta, tak lupa otak-otak khas Makassar.

Kali ini gantian kami yang traktir. Saya siap-siap mengeluarkan kartu debit, karena kalau cash pasti ngga cukup uangnya buat ongkos pulang, hahaha. Setelah bon disodorkan ternyata hanya habis Rp 212.000 saja, sebab harga ikan bandeng @ Rp 18.000, ikan kakap & kaneke @ Rp 45.000 dan nasi @ Rp 4.000, wah murah ya.


Perjalanan kami di Sulawesi telah berakhir di RM Paotere yang merupakan RM pelopor ikan bakar Makassar yang termasyur dan sering dikunjungi para pejabat termasuk pak JK. Ah entah kapan lagi kami akan kembali...

1 comment:

taplak warteg gucci said...

terima kasih atas informasinya, bisa juga mampir ke artikel mengenai pinjaman cepat jika berkenan. terima kasih banyak