Saturday, August 08, 2009

ULASAN KULINER : BAKERZIN (***)



Udah lama banget aku pengen coba makan di Bakerzin. Abis aku sering lewat café ini di PIM 2 atau di Senayan City, kayanya dari jauh etalase nya kok menggiurkan ya. Kue-kue yang dipajang mungil, cantik, berwarna-warni menerbitkan air liur saja. Tetapi setiap kali mau makan disitu suka gagal, abisan kalo siang mau makan, lagi laper-lapernya nih, pengennya nasi (dasar melayu), trus kalo malem (minggu) memang cocok makan disitu, tapi kan Bakerzin ada nya di mall, yang parkirannya penuh sekali, jadi gak sanggup antri deh. Lagi pula suami ku kurang doyan lunch / dinner dengan menu yang kami kategorikan sebagai camilan, alias ngak kenyang.
Nah minggu lalu tumben-tumbennya nih, kita jadi makan kesana. Itu karena aku kan ultah, jadi mau traktir suamiku, berdua aja (ciee), tapi aku yang milih, ya udah merealisasikan keinginan yang terpendam, kita menuju Bakerzin Cilandak Town Square, GF #07-09-11. Telpon 021 7592 0250 / 1.
Memasuki café, yang siang ini tidak begitu penuh (mungkin karena faktor nasi tadi kali ya), kami menuju tempat no smoking area, dan duduk di sebuah sofa, dipaling pojok disamping dinding kaca. Walaupun kami disodori buku menu, aku telah menyiapkan sebuah menu yang telah kuidamkan sejak lama, yaitu chocolate melt, yang disini dinamai seasonal warm chocolate. Semakin terbayang-bayang tuh sebuah chocolate cake berbentuk bulat, yang masih hangat baru keluar dari oven, yang apabila dibelah, maka mengalirlah lelehan coklat dari dalamnya, lalu berpadu dengan dinginnya 1 scop ice cream diatas kue tsb. Aduh nikmatnya surga kuliner. Nah suami ku juga kebetulan lagi ngidam pizza, yang dari kemaren disebut-sebut melulu, jadilah dia memesan smoked beef pizza.
Sambil menunggu pesanan kami dibuat, kami membaca majalah-majalah yang tersedia disitu, sambil sesekali memandang melalui dinding kaca, melihat pemandangan para pengunjung (cewe) yang berseliweran dan aduhai kece nya.
Sepuluh menit berlalu, datanglah sang pizza. Wow tampak menggiurkan. Pizza tidak berbentuk bulat, melainkan sudah berupa slice, berisi 4 slice yang disajikan diatas piring lebar dan dialasi salad daun-daunan. Nah pizzanya lain daripada yang lain, karena bukan terbuat dari adonan roti melainkan berupa pastry yang tipis. Jadi ketika dimakan, kres kres pastry yang empuk dan renyah, mengelus lidah, berpadu dengan topping smoked beef dan keju, aduh lezatnya.
Kalau pesananku si seasonal warm chocolate, lain lagi ceritanya. Tepat seperti bayanganku, sebuah chocolate cake berbentuk bulat, yang masih hangat karena baru keluar dari oven, kemudian ku belah, maka mengalirlah lelehan coklat dari dalamnya, tapi lelehan coklat tsb telah bercampur dengan saus buah berry, sehingga rasanya menjadi manis asam segar gitu. Apalagi es krim yang ditaruh diatasnya pun mengandung buah berry sehingga warnanya menjadi ungu. Perpaduan yang tepat rupanya, karena rasa coklat yang manis tidak jadi membuat eneg, melainkan menjadi rasa segar akibat dari buah berry tsb. Cake disajikan ditengah sebuah piring putih besar, yang dihiasi buah 2 buah raspberry, 2 buah blueberry & potongan strawberry serta diberi saus strawberry disekeliling piring.
Kedua menu tsb baik pizza maupun warm chocolate, kami makan berdua, jadi masing-masing dibagi dua. Akibatnya : ngak kenyang. Habis kedua menu tsb kok terhitung kecil dan sedikit ya. Aku jadi ingat chocolate melt buatan Harvest, yang lebih besar & cukup lezat bagi ku, walaupun tanpa buah-buahan import. Akhirnya : “pak…pinjem menunya lagi dong” kata suamiku, “jadi pengen sup nih”. Oke, akhirnya kami menambah pesanan asparagus cream soup.
Asparagus cream soup yaitu sup krim yang mengandung asparagus yang telah diblender halus sehingga sup berwarna kehijauan. Rasa sup nya tidak ada rasa gurih yang tajam, melainkan rasa creamy yang hangat & lembut mengelus lidah. Heem enak ya.
Akhirnya kita sudahi sajian lezat ini dan meminta billnya, dan eng ing eng, mahal ya rupanya, bila dibandingkan dengan ukurannya. Baik pizza maupun warm chocolate masing @ Rp 60.00 serta sup Rp 32.500, sehingga total kita membayar Rp 200.187, dengan catatan kurang kenyang. Kesimpulan yang kudapat adalah : makanannya enak dan lezat, tapi sepertinya banyak memakai bahan-bahan import sehingga harga menjadi mahal. Andaikata memakai bahan-bahan lokal mungkin harganya bisa ditekan, apalagi resepnya memang sudah oke, pasti makanannya tetap enak kok. Juga akan lebih baik sih, ukurannya diperbesar sedikit, biar ngak sekedar numpang lewat di tenggorokan, he..he..he..dasar melayu.

No comments: