Kelezatan masakan ini sudah tersiar dimana-mana. Hanya saja kami baru sempat mencicipinya sekarang ini. Awalnya masakan ini hanyalah memanfaatkan limbah tulang ikan jambal, tapi berkat kepiawaian seorang ibu yang memakai bumbu hasil resep turun temurun keluarganya, maka diciptakanlah hidangan fantastis ini. Mengapa fantastis ? Karena hidangan ini meroket dan menjadi tujuan wiskul kota Bandung.
Letaknya di jl. Sumur Bandung No. 7 Dago, Bandung, telpon 022 250 1335. Ketika kami menyambangi rumah makan ini, Bandung sedang diguyur hujan deras. Wah kayanya cocok nih dingin-dingin sembari menikmati masakan yang katanya “super pedas” ini.
Tempatnya sih sederhana, berupa rumah biasa, dimana ruang makannya bisa di teras depan, ruang tengah maupun teras belakang. Kami memilih duduk di teras belakang. Pelayan segera menyodorkan daftar menu kepada kami.
Pada intinya hanya ada 3 jenis lauk disini yaitu tulang jambal, ayam goreng & gepuk. Lainnya hanya berupa pelengkap yaitu gorengan tahu tempe bakwan serta tumis sayuran, dimana semua sudah dimasak dan tersedia dimeja display. Saya pun memesan nasi, tulang jambal, ayam goreng, tempe mendoan & sambel puruluk. Sedang suami saya lebih memilih menu paket yang berisi nasi, tulang jambal, tahu tempe. Tak lupa saya ambil sebungkus krupuk aci bantat agar makan siang terasa lebih nikmat.
Oh ya, sebenarnya kami disodori pula sebuah daftar menu yang berisi menu sate pecel. Isinya adalah lontong yang disiram pecel sayur lalu disajikan bersama sate diatasnya, bisa sate ayam / sapi. Hmm unik ya, tapi kami belum sempat memesannya sekarang.
Nah makan siang kami telah datang. Kami yang penasaran dengan si tulang jambal, segera mencicipinya. 1 porsi masakan tulang jambal berisi 2 potong tulang yang ditumis bersama bawang & cabe merah dengan minyak yang banyak sehingga berkuah. Ketika dimakan, terutama minyaknya, rasanya wuah pedas sekali, mulut dan tubuh pun langsung terasa panas. Daging jambalnya hanya sedikit yang menempel ditulang, sehingga rasanya asik sekali kami mengorek-ngorek tulang tersebut untuk mencari dagingnya. Walapun cuaca cukup dingin, tapi saya keringetan dan hidung, aduh meler.
Sang ayam juga enak, ayam kampung ini digoreng garing hingga kecoklatan tapi empuk dan gurih. Begitupula dengan tahu tempenya, pas rasanya. Oh ya hampir lupa, sambel puruluk rupanya adalah bubuk cabe merah kering yang seharusnya ditaburkan diatas makanan agar lebih pedas. Tapi kami tidak doyan, jadi tidak kami habiskan.
Harga si tulang jambal rupanya mahal juga ya, yaitu Rp 13.500, padahal hanya limbah saja. Apakah harganya meroket akibat harga cabe yang tinggi atau persediaan tulang di pasar sedang langka ? Harga ayam gorengnya saja Rp 11.000 serta harga paket nasinya Rp 20.000. Tapi yang pasti bagi anda penggemar masakan pedas datanglah kesini, anda pasti terpuaskan.
No comments:
Post a Comment