Salah
seorang teman grup Haji saya adalah pemilik warteg Dewi di Jl. Mampang
Prapatan. Banyak teman-teman se grup yang bercerita bahwa masakan disana
enak-enak dan telah saya buktikan sendiri ketika ada acara pengajian
dirumahnya. Untuk menjawab rasa penasaran, kami pun berniat makan siang dirumah
makan miliknya.
Kami menuju Jl. Mampang Prapatan IV, yang patokannya adalah terletak diantara Gedung Mutiara dan Hotel Maharani Jl. Mampang Prapatan Raya. Beberapa meter kemudian tibalah kami di rumah no. 15A, disebuah rumah bertingkat, berwarna hijau muda, dengan spanduk bertuliskan Rumah teh poci Dewi Tegal. Rupanya rumah tempat tinggal mereka juga berfungsi sebagai rumah makan. Kami masuk kedalam dan dipersilahkan duduk diruang tamu yang berfungsi sebagai ruang makan lesehan. Tersedia beberapa meja kayu tanpa kursi diatas karpet yang digelar.
Saya langsung memesan ikan mujaer dan suami memesan ikan kembung, untuk pelengkapnya kami memesan cah kangkung, tahu tempe, tempe mendoan, tak lupa sambel pecak andalannya. Untuk minumannya kami pesan es jeruk dan jus alpukat, karena kalau pesan teh poci, cuaca sedang panas euy.
Pesanan kami agak lama datangnya karena semua dimasak fresh dari awal, padahal pengunjung saat itu hanya ada 2 meja saja. Saya lihat 2 buah toples berisi krupuk kuning yang biasa untuk asinan dan krupuk udang. Kedua jenis krupuk tsb ukurannya lebar sekali, wah cocok banget sebagai pelengkap cocolan sambal, pikir saya sambil mengambil krupuk.
Akhirnya
pesanan kami datang juga. Saya lihat penampakan gorengan ikan, dari luar tampak
garing dan tidak begitu berminyak, daging ikan disayat-sayap agar meresap
bumbunya. Tak sabar saya cuil dagingnya yang masih panas dan saya cocol kedalam
sambal. Daging ikan bagian dalam masih lembab, ketika ku makan, tidak ada rasa
gurih yang berlebih, sangat cocok bersanding dengan sambal pedas rasa bawang,
daging ikan pun terasa fresh dan tidak amis.
Masakan
cah kangkungnya cukup istimewa, potongan kangkung ditumis bersama bawang, tomat
dan cabe merah, agak berkuah dan berminyak, berwarna kecoklatan. Kangkung
terasa lembut dan bumbunya gurih banget. Ketika saya tanya bumbunya, ternyata
memakai saus tiram merk Saori, hmm boleh juga nih ditiru. Sambal dan krupuk,
memang fungsinya sebagai pemersatu dan penyempurna sajian, sehingga kami makan
dengan lahap, sambil keringetan, pake nambah nasi segala, ah sedap sekali.
Makanan
sebanyak itu, kami cukup membayar Rp 76.000 saja. Boleh juga nih saya ajak
teman-teman arisan makan kesini. Selesai makan, suami bu Dewi datang dari
lantai atas. Kami jadi ngobrol-ngobrol sambil mengenang perjalanan haji kami.
Setelah saya tanyakan, selain rumah makan ini, dia masih memiliki 3 buah warteg
yang bangunannya sebagian terbuat dari kayu khas bagunan warteg, masakannya
juga sudah matang, digelar didalam rak display. Salah satu warteg nya berada tak
jauh dari rumah yaitu dipojok jalan sebelah Hotel Maharani. Tapi saya sarankan
lebih baik makan dirumahnya karena suasananya serasa makan di rumah sendiri, makan sambil lesehan, sambil nonton TV, ah santainya.
No comments:
Post a Comment