Malam
senin adalah malam terakhir kami di Jogja. Rencana malam ini kami akan
menghabiskan waktu di Malioboro dan makan malam angkringan depan Kedaulatan
Rakyat Jl. P. Mangkubumi. Tapi apa daya, manusia berencana tapi Allah
menentukan. Ibu saya kecapean, tidak kuat jalan lagi. Ya sudah, saya kembali ke
mobil untuk membungkus makan malam.
“Mas, saya mau bungkus makanan enak dan lauknya macam-macam, dimana ya tempatnya ?” tanya saya. Sejenak pak supir berpikir sebentar, kemudian dengan muka cerah dia mengusulkan untuk pergi ke restorant Merapi, karena katanya pemiliknya adalah Sisca Soewitomo. Wah saya jadi tertarik dan langsung saja kami menuju Jl. Kapt. Haryadi km 1, Ngaglik, Sleman.
Sesampainya disana, saya baru sadar bahwa dari kemarin saya sudah sering melewati tempat ini. Tapi karena sepi saya jadi kurang tertarik. Ketika saya masuk, resto ini ternyata sangat luas. Yang saya lihat sepi adalah ruang makan terbuka yang terletak di teras depan, sedangkan didalam ada lagi ruang makan yang lebih luas dan lebih bagus, terdengar ramai oleh pengunjung dan ada live musicnya.
Resto
ini tidak punya buku menu, jadi saya dipersilahkan memilih menu bergambar yang
dipasang didinding. Semua menu terdiri dari masakan Indonesia asli yaitu buntut
bakar merapi, sop iga merapi, semur lidah merapi, rawon buntut merapi, brongkos
merapi, mangut iwak manyung, rawon iga merapi, rawon merapi, tongseng ayam
merapi, tumpeng merapi, nasi pecel komplit, ayam goreng merapi, sop buntut
merapi, selat solo merapi, nasi goreng buntut, nasi kebuli merapi, kue risoles
dan pisang goreng keju, serta minuman.
Makan
lauk berkuah, malam-malam dingin begini sepertinya enak juga, tapi kalau
dibungkus dan makan dihotel agak merepotkan. Jadi saya memilih 2 bungkus
tumpeng merapi dan 2 bungkus nasi goreng buntut, semua harganya sama yaitu @ Rp
25.000.
Sampai
dihotel, kami makan malam berempat. Saking laparnya makanan jadi lupa tidak
difoto. Tumpeng merapi adalah nasi dengan lauk pauk ayam, telur rebus, tempe,
tahu, urap, teri dan sambal. Nasi goreng buntut adalah nasi goreng dengan
potongan daging buntut tanpa ulang. Semua makanan rasanya enak-enak dan empuk,
dan citarasa nasgornya cenderung agak manis, semanis kisah wiskul saya yang
menutup cerita perjalanan kami di Jogja.
No comments:
Post a Comment