Ketika
kami pergi kedaerah Pesanggrahan, suami ku teringat pernah diajak makan oleh
temannya disana. Tempat makan tsb adalah Ayam Taliwang Onik Rinjani, Jl.
Pesanggrahan Raya no. 50 Jakarta Barat. Kebetulan nih, kami jadi makan siang
disana.
Tempat
makannya sederhana, berupa bangunan permanen yang bagian depannya terbuka,
kursinya pun plastik. Dapurnya ada didepan, jadi membakar ayam / ikan dilakukan
dipinggir jalan. Disampingnya ada sebuah etalase untuk memajang ayam yang sudah
matang, siap dibakar.
Kami
duduk dan ingin melihat daftar menunya terlebih dahulu. Selembar kertas
diberikan kepada kami. Menunya berupa ayam 1 ekor, bakar / goreng, plecingan /
tidak, ikan gurame / bawal, bakar / goreng, plecing kangkung, beberok terong,
terong bakar, menu paket nasi plus lauk dan sayur, sambal plecingan, terasi
& tomat, tahu & tempe serta krupuk. Minumannya jus, teh, kopi, minuman
kaleng & botol.
Saya
memesan ayam taliwang tidak pedas, suami saya memesan yang super pedas, tak
lupa plecing kangkung serta tahu tempe sebagai pendamping. Ketika ayam taliwang
super pedas datang, kami kaget bukan kepalang. Satu ekor ayam bakar, diatasnya
dilumuri sambal plecingan banyaaak banget, sambal cabe merah yang penuh dengan
bijinya. Saya tidak berani menyentuh.
Suami saya mulai mencicipinya. Baru
berapa menit dia sudah menyuruh saya menyingkirkan sambal dari atas ayam. Tak
lama kemudian dia bilang “aku makan ayam mu saja deh” sambil menyingkirkan ayam
dia. Dua orang pelayan yang sedang duduk didekat meja kasir langsung tertawa
melihat kejadian itu. Muka pucat pasi, sekujur tubuh basah mulai dari ujung
kepala, membuat suami saya menjadi tontonan pengunjung lainnya. “Kalau ada yang
bisa makan sambal ini, dia pasti juara se DKI Jakarta deh” ujar suami saya.
Ayam
saya menjadi penyelamat. Ayam bakar dengan tingkat kegosongan yang pas, jadi
tidak ada jejak rasa pahit. Daging ayam terasa agak manis, bumbu meresap
sempurna, tekstur agak liat khas ayam kampung. Ayam disajikan bersama 2 jenis
saus yang berwarna kecoklatan dan kekuningan. Yang kecoklatan kami lebih suka
karena rasanya lebih manis, yang kekuningan lebih gurih dan lebih pedas.
Plecing
kangkungnya seger banget, sayurannya fresh dengan bumbu yang mantap, untung
rasanya pedas biasa. Isinya kangkung dan kacang panjang yang tertutup sambal
tomat, lalu toge, kacang tanah goreng rasa asin, ketimun dan jeruk sambal.
Karena
merasa sayang ayam tsb tidak termakan atau takut dibuang, maka saya minta
pelayannya mencuci ayam tsb, menghilangkan sambalnya, lalu dibakar / digoreng
lagi terserah dia, lalu dibungkus dan dibawa pulang, daripada mubajir. Seumur hidup baru ku melihat suami menyerah pada sambal. Tiga gelas minuman dingin
dia habiskan sendiri. Bahkan dia mengeluh tangannya terasa panas sampai lama.
Selama
ini kami makan ayam taliwang di Taliwang bersaudara Jl. Panglima Polim dan Ayam
Taliwang di Ps Modern BSD. Ketiga tempat ayam taliwang ini semuanya enak tapi
hati saya belum bisa pindah dari Taliwang bersaudara Pangpol karena rasanya
lebih nasional.
Harga
ayam beda tipis dengan yang lain yaitu ayam bakar plecing Rp 41.000 dan ayam
bakar biasa Rp 36.000, tapi menu lainnya tergolong lebih murah yaitu plecing kangkung
Rp 12.000, tahu tempe Rp 8.000, nasi Rp 6.000, krupuk Rp 1.500, es jeruk Rp
9.000 dan es teh manis Rp 5.000.
Buat
yang ingin uji nyali saya sarankan wajib coba sambal plecingan super pedas.
Tapi memang ngga sayang sama ususnya ? Saya jadi penasaran, apa ada orang yang
berhasil menghabiskan sambal plecingan tsb ?
No comments:
Post a Comment