Suis Butcher setelah 30 th berlalu (**)
“Kita
makan siang di Suis Butcher yuk”, ajak suamiku begitu sampai di kota Bandung. Nah
pasti dia tergiur iming-iming cerita neng Egha, karena si eneng kalo lagi
ngumpul bareng sama gengnya selalu makan disini. “Ngga bisa pindah ke lain
hati” kata si eneng, “makanannya steak, enak dan mewah, porsinya besar dan
harganya murah” lanjutnya. Ya udah yuk kita coba. Kami pun segera meluncur ke
Jl. RE Martadinata no. 201.
Resto
ini terletak dipinggir jalan yang strategis, merupakan kawasan wisata belanja
dan kuliner. Menempati sebuah bangunan kuno model rumah tempo dulu khas Bandung
yang artistik yaitu teras depan utama berbentuk bulat dan ditopang oleh
pilar-pilar. Pengunjung bebas memilih tempat makan dihalaman yang telah
dinaungin tenda, atau diteras samping atau diruang dalam.
Kami
tiba Jumat siang menjelang sore, saat itu pengunjung tidak terlalu banyak dan
kami memilih makan didalam ruangan. Didalam daftar menu tertera berbagai jenis
menu pembuka salad dan sup, menu utama grill steak dan suis specialties seperti
cordon bleu, schnitzel, bratwurst, kiev, gorbachev, stroganoff dan maryland.
Ada juga burger, pasta dan makanan ringan. Minumannya ada jus, float, yogurt,
milkshake, tea & coffee serta soft drink. Tersedia juga dessert cake dan
ice cream.
Suami
saya sang karnivora memilih T-Bone steak dan saya tentu makan sehat salmon.
Minumannya kami memesan lychee mojito dan strawberry jus, tak lupa kami pesan
mushroom sup sebagai pembuka selera makan.
Sepulang
dari toilet, saya mendapati sebotol besar air putih dengan 2 buah gelas plastik
diatas meja. “Ini free kok bu” ketika saya heran dan menanyakan kepada waitress
nya. Wow baik banget ya resto ini. Tak berapa lama minuman pesanan kami pun datang
bersama mushroom sup nya. Lychee mojito pesanan suami adalah minuman bersoda tak
berwarna yang diberi buah leci dan jeruk nipis, hmm kebayang deh, rasanya
asem-asem semriwing. Kalau jus strawberry pesanan saya, rasanya mantap dengan
kekentalan yang pas dan ngenyangin.
Lalu
mushroom sup nya menurut saya kurang gurih dan kurang creamy, andaikata lebih
gurih dan creamy pasti rasanya bakal lebih enak dan mantap, padahal porsi sup
dan kekentalan jamur dalam sup sudah pas banget, yah sayang sekali.
Kemudian
datang pesanan saya salmon darne yaitu salmon ukuran besar dan lebar tapi dipotong
tipis sekitar 1 cm lebih lah lalu digoreng. Hasilnya salmon menjadi garing
diluar tapi tetap lembut dan lembab didalamnya, rasanya enak dan tidak amis.
Salmon disajikan bersama 2 potong kentang bentuk segitiga dan salad.
Pesanan
suami lebih mantap lagi, T-bone steak ukuran lebar, disajikan bersama kentang
goreng, salad dan saus black pepper yang terpisah. Rasa steaknya enak, apalagi
kalau dicocol dengan saus black pepper, dagingnya empuk dengan lemak
dipinggirannya.
Tapi
ada yang kurang berkenan di hati kami yaitu saladnya, padahal porsinya cukup
banyak tapi saus thousand island nya itu royal banget, akibatnya salad menjadi
basah dan kurang nyaman dimakan.
Semua
makanan disajikan diatas mangkok / piring lebar keramik coklat dengan tulisan
“suis” timbul. Keunggulan disini adalah cara penyajian steak yang dipotong
lebar tapi tipis, dengan sajian pendamping yang royal sehingga istilahnya
murmer enak bikin kenyang.
Kesimpulan
semua yang dipromosikan neng Egha terbukti sudah. Harganya saja sangat
terjangkau untuk ukuran steak mantap seperti ini. Harga T-bone steak Rp 72.500,
salmon Rp 57.500, mushroom sup Rp 19.000, lychee mojito Rp 18.500 dan
strawberry jus Rp 16.500. Saya lihat sebuah brosur bulat tergantung dekat
pintu, tulisannya “30 th anniversary Suis Butcher 1984-2014”. Lah sudah 30
tahun berlalu, baru kali ini kami makan disini, kemana saja sih *sambil
geleng-geleng kepala.
Cemal cemil di Dakken (***)
Gara-gara
makan siang kesorean, jadinya saat makan malam tiba perut masih terasa penuh.
Tapi kalau ngga makan kasian neng Egha yang sudah cape dan haus menemani ku mencari
hotel, dimana saat itu Bandung sedang ramai oleh acara dan pendatang dari luar
kota seperti saya.
Saya
kebagian hotel di Jl. RE Martadinata. Setelah selesai check in kami jalan kaki
menuju Dakken cafe yang jaraknya hanya beberapa meter dari hotel, tepatnya di
Jl. RE Martadinata no. 67. Saya sering
mendengar nama cafe ini tapi belum pernah melihat wujudnya. Ketika sampai saya
baru sadar bahwa saya sering melewati tempat ini tapi ngga ngeh kalau bangunan
ini adalah sebuah cafe bukan rumah penduduk. Pasalnya nama Dakken ukurannya
cukup kecil, terbuat dari kayu dan terukir disebuah papan kayu, ya kurang jelas
terlihat lah.
Bangunannya
berupa rumah tempo dulu khas Bandung yang artistik, bentuknya unik yaitu
seperti ada 3 bangunan yang bersatu. Bangunan paling kanan bentuknya menonjol
kedepan berupa setengah lingkaran khas rumah tua Bandung, bangunan utama yang
berada ditengah memiliki pintu masuk yang melewati teras dengan pilar-pilar,
kemudian bangunan disamping kiri berbentuk menara seperti castle.
Sesampainya
didalam, rupanya bangunan ini cukup luas juga ya. Ruang dalamnya terbagi
menjadi kamar-kamar selaku private room dengan dekorasi yang berbeda-beda, unik
dan indah. Kami menuju halaman belakang yang terdiri dari teras dan gazebo dan
kami kebagian duduk diteras belakang dengan sofa bambu.
Sampul
buku menu berwarna tembaga dengan nama Dakken dan sketsa bentuk bangunan cafe
tsb. Isinya sebagai berikut : appertizer, soup, salad, steak & chicken,
seafood, pasta, pie, asian & rice, cake & desserts, minuman coffe, tea,
jus, yougurt, smoothies, mocktails, chocolate, milk shake dan soft drink.
Karena
saya masih kenyang, saya pesan mushroom fritters dan dark chocolate tendress
cake, untuk dimakan berdua loh. Egha memesan burger americano dan minuman dark
chocolate iced cino, sedangkan saya pesan lychee smoothie.
Dark
chocolate tendress cake itu rupanya bukan dark chocolate cake seperti bayangan
ku melainkan almond cake bentuk bunga yang tengahnya berisi dark chocolate
ganache (coklat cair), disajikan bersama es krim vanila. Garnish nya berupa
cincangan white chocolate disekeliling bawah cake, lalu kucuran dark &
white chocolate diatas cake dan chocolate spiral diatas es krim. Sebagai
penggemar chocolate cake, kue ini tak kalah enak, kue terasa manis, legit dan
lembab tapi tidak ada jejak rasa pahit dari dark chocolate.
Mushroom
fritters adalah 8 buah jamur bulat utuh yang digoreng tepung panir dan
disajikan bersama saus garlic cream. Rupanya jamur ini ketika digigit berisi
keju mozzarella, sehingga keju meleleh keluar sampai mulur-mulur, waa sedapnya.
Lalu minuman kami rasanya enak semua tapi dark chocolate iced cino rasanya kopi
banget, kami terkecoh oleh namanya. Tak lupa saya cicipi burger americano nya.
Roti disajikan terbuka, roti pertama diberi daun lettuce dan grill beef patty, roti
kedua diberi 4 iris tomat, disajikan bersama kentang goreng.
Tak
berapa lama suami saya menyusul. Beliau memesan corn & chicken soup dan
minuman blackberry smoothie. Corn & chicken soup adalah sup krim jagung ayam.
Penyajiannya cukup unik yaitu sup disajikan dalam mangkok yang tinggi, sehingga
sup kelihatan sedikit, lalu diberi garnish kucuran krim dan sepotong roti yang
diletakkan ditengah-tengah sup lalu ditindih sendok. Sup rasanya enak banget,
gurih dan creamy, jagungnya mentul mentul, permukaan roti dilapisi keju melted dan
rotinya empuk, tidak keras seperti crouton.
Harga
disini kunilai cukup standard yaitu burger dan mushroom fritters @ Rp 35.000, sup
dan cake @ Rp 20.000 dan minuman antara Rp 21.000-24.000. Suatu saat nanti saya
harus balik lagi kesini untuk mencoba makanan utamanya, karena baru makan appertizer
dan dessertnya saja sudah enak-enak begini. Suasana cafenya saja homey, bikin
betah. Saat itu Jumat malam dan pengunjung penuh, bahkan banyak pengunjung yang
terlihat bekerja disini, laptop dan kertas yang berserakan menjadi ciri-ciri
mereka.
Maksi chinese food di Eastern IP (**)
Hari
Sabtu kami pulang ke Jakarta setelah menonton Bandung air show. Makan siang
dimana ya sebelum pulang tapi yang kearah masuk jalan Tol ? Neng Egha kembali
memberi referensi, “makan di Eastern IP saja, halal kok, ku kenal dengan chef
nya” kata si Neng. Kebetulan kami sedang berada di Jl. Pasirkaliki, langsung
saja kami berbelok masuk ke Mall Istana Plaza.
Eastern
ini letaknya strategis, dilantai dasar / GF no. B5-6. Ketika masuk rupanya
Eastern ini adalah sebuah resto yang menyajikan chinese food, mirip sekali
dengan Duck king kalau di Jakarta mah, menunya pun mirip. Resto ini
spesialisnya menyajikan shark’s fin atau sirip ikan hiu.
Kami
tidak mau makan terlalu banyak sehingga kami hanya memesan soun lada hitam dan
pocai garlic. Untuk minumannya kami memesan blackcurrant tea, mix jus dan fresh
orange. Menu disini ada ukurannya seperti baju yaitu S, M, L, tergantung
banyaknya orang yang akan makan tengah, jadi kami cukup memesan ukuran S saja.
Saat
weekend kebanyakan orang memesan dimsum, karena itu apabila ada pengunjung yang
baru datang, gerobak dimsum langsung didorong menuju arah meja kami. Ada dua
buah gerobak dimsum yaitu gerobak khusus dimsum steam dan dimsum goreng. Saya memilih
dimsum goreng pangsit udang salad, dimana semua dimsum goreng otomatis diberi
mayones sebagai cocolan pendamping.
Minuman
mix jus pesanan saya berisi campuran jus semangka, melon dan jeruk, rasanya
nendang banget, serasi, enak dan mengenyangkan. Kemudian kami makan nasi pakai
pocai dan pangsit udang. Makan dimsum pake nasi, ndeso banget yah. Tumis sayur
pocai ini enak dan empuk dengan taburan bawang putih cincang. Terakhir
datanglah soun lada hitam. Pertama kami makan sih enak-enak saja, soun berwarna
kecoklatan ditumis bersama potongan kol, bawang bombay, toge, telur orak arik
dan suwiran ayam. Lama kelamaan kok after taste ada rasa kesat dilidah ya ? Menurut
saya rasa ini berasal dari bumbu soun nya sehingga kami jadi kurang nyaman
makannya.
Ketika
menulis review saya baru sadar bahwa didalam bill tertera pesanan kami adalah
soun seafood tapi ketika makan saya tidak menemukan sepotong seafood pun. Harga
seporsi soun Rp 50.500, pocai Rp 40.000, pangsit udang Rp 17.800, nasi Rp
7.500, blackcurrant tea Rp 28.500, mix jus Rp 21.500, orange Rp 19.500 dan ice
tea Rp 10.500.
Resto
ini cocok untuk makan tengah bersama keluarga atau teman-teman karena porsinya
besar dan pilihannya pun beragam. Tapi buat penggemar dimsum, makan di Eastern
saat weekend adalah yang paling pas, dimsum sudah tersedia dari pagi dan banyak
pula pilihannya.
No comments:
Post a Comment