Kebiasaan
kami adalah bekerja sambil liburan. Maksudnya kalau suami ada pekerjaan diluar
kota, maka saya suka diajak pergi sekalian liburan, hehehe. Minggu lalu suami
menjadi pembicara di Universitas Soedirman Purwokerto, maka pergilah kami
bertiga bersama mamah selama 3 hari. Jalan-jalan tak kan lepas dari wisata
kuliner dan inilah ulasannya.
Jumat hari ke 1
Dari
Jakarta pk. 6, kami tiba di kota Cirebon pk. 9 dan berniat sarapan di Empal
Gentong & Empal Asem H. Apud, Jl. Raya Ir. H. Djuanda No. 24, Battembat.
Kuliner ini sudah pernah saya bahas beberapa bulan yang lalu. Kemudian kami
melanjutkan perjalanan melewati jalur Pantura. Sayang sekali perjalanan kami
terhambat beberapa perbaikan jalan sebagai persiapan lebaran. Perjalanan kami menjadi
lambat dan tiba di Purwokerto pada sore hari.
Ayam Penyet Surabaya, Jl. Dr. Angka
no. 76B Purwokerto (***)
Pk.
16 kami tiba di hotel Java Heritage Jl. Dr. Angka no. 71, Sokanegara, tempat
kami akan menginap, tapi sebelum masuk ke hotel, kami mau makan siang dulu nih.
Kebetulan, tak jauh dari hotel ada sebuah rumah makan bernama Ayam Penyet
Surabaya, Jl. Dr. Angka no. 76B dan kami pun segera masuk kesana.
Melihat
bentuk huruf dan tulisan nama resto ini, rasanya familiar. Setelah
kuingat-ingat, bentuk huruf dan tulisan ini sangat mirip dengan resto Ayam Bakar
Wong Solo. Ternyata setelah ditanyakan, memang resto Ayam Penyet Surabaya masih
satu grup dengan Ayam bakar wong Solo. Tak hanya tulisannya, bahkan bentuk dan
desain bangunannya pun mirip yaitu memiliki ciri khas bangunan luas dan bertingkat,
terbuka dan dominan warna hijau.
Sebuah
dapur setengah terbuka, menampilkan kesibukan memasak para koki yang berseragam
hijau. Gambar menu ayam penyet, ayam bakar dan nila penyet terpampang diatas
dapur, tampak menggiurkan. Tak hanya 3 menu tsb, daftar menu berisi ayam negri
/ pejantan, bisa dibakar / goreng / penyet, ikan lele, bawal, nila, gurame,
bisa dibakar / penyet, udang dan cumi bisa digoreng tepung / balado, aneka
oseng, sop, sayur, mie dan nasi goreng pun ada disini.
Supaya praktis, kita
bisa memilih paket nasi plus lauk atau memilih lauk pauk dan sayur ala carte.
Pilihan nasi kotak komplit dan hemat, mulai
harga Rp 14.000, tersedia untuk dibawa pulang atau delivery order. Menu minuman
tak kalah beragam, dari kopi dan teh, jus dan es campur serta milkshake juga tersedia
disini.
Karena
kami sudah darurat lapar, tak mau pikir panjang, ingin menu yang cepat dimakan,
saya memilih paket ayam pejantan penyet, suami memilih paket ayam bakar negri
dan oseng kikil, mamah memilih paket ayam bakar pejantan. Minumannya kami pilih
es buah dan es jeruk nipis.
Sambil
menunggu pesanan, saya perhatikan bahwa kegiatan para koki didapur cukup sibuk.
Sore-sore begini, pengunjung yang makan ditempat memang tidak begitu banyak
tapi tumpukan nasi box sedang dipersiapkan untuk dibawa pulang / dikirim. Pesanan
kami pun tak lama segera dihidangkan.
Bila
memilih ayam pejantan, yang datang adalah ¼ potong ayam, lengkap dengan
cekernya, ukurannya cukup besar. Tapi bila memilih ayam negri, hanya mendapat
1/8 potong ayam, tapi itu pun ukurannya cukup besar dan mengenyangkan, apalagi semua
paket berisi nasi, tahu tempe, sayur trancam dan sambal.
Ayam
penyet adalah ayam goreng yang disiram sambal korek diatasnya. Sambal korek
adalah ulekan cabe rawit dan bawang yang disiram minyak panas. Ketika kumakan
ayamnya, minyak sambal tsb telah meresap kedalam daging ayam, walaupun
sambalnya sudah ku singkirkan ke piring suami, rasanya tetap menggelegar
dimulut, super pedas, bikin hidung meler, tubuh berkeringat tapi makan
bertambah lahap. Ayamnya empuk, tahu tempenya garing tapi empuk, bumbu masakannya
gurih, trancamnya segar, sungguh perpaduan yang cocok. Trancam adalah campuran
sayuran mentah toge, kacang panjang, daun kemangi, sawi putih dan ketimun, diaduk
bersama kelapa parut berbumbu.
Tak
lupa ku cicipi ayam bakarnya, sajian ini pun enak, ayam dibakar bumbu kecap, rasanya
manis berselimut gurih, disajikan bersama sambal merah. Warna ayam cantik dan
mengkilat, dengan sedikit jejak bakaran. Lalu oseng kikil adalah potongan kikil
yang ditumis bersama bawang dan cabe ijo, minyaknya melimpah. Buat yang doyan kikil,
rasa masakan ini enak bumbunya, tapi saya kurang suka kikil.
Habis
kepedesan lalu minum es buah, rasanya sesuatu banget. Es buah berisi potongan
buah pepaya, apel, melon, nanas, bengkuang, strawbery, semangka, didalam sirup
markisa, rasanya manis dan segar dengan citarasa yang khas.
Makan
puas begini harganya tetap terjangkau. Paket ayam negri harganya Rp 15.000,
sedangkan paket ayam pejantan penyet Rp 21.000 dan paket ayam pejantan bakar Rp
25.000, oseng kikil Rp 18.000, es buah Rp 14.000, es jeruk nipis Rp 7.500, es
teh tawar dan manis Rp 3.000 – 3.500. Ayam Penyet Surabaya ada juga cabangnya
di Jakarta, hanya saja letaknya jauh dari rumah kami yaitu di Jl. Balai Pustaka
Timur, Rawamangun, Pulo Gadung.
Bakmi Jawa Kayu Areng, Jl. Pramuka Ps.
Situmpur, Purwokerto (*)
Akibat
udara dingin Purwokerto, malamnya perut kami lapar kembali. Saya berdua suami
berjalan-jalan mengitari kota Purwokerto sembari melihat-lihat kuliner yang
menggugah selera. Ternyata kota Purwokerto ramai juga oleh kuliner malam yang
bermunculan, baik kelas resto maupun kaki lima. Karena kami ingin makan
hidangan yang panas berkuah, ketika melewati Jl. Pramuka Ps. Situmpur, kami
melihat sebuah gerobak bakmi Jawa yang ramai oleh pengunjung, padahal tempat
makannya hanya berupa kursi dan meja kayu panjang dibawah tenda. Karena
tertarik, kami pun merapat kesana.
Sebelum
duduk dibawah tenda yang memanjang kebelakang, kami langsung memesan mie rebus
untuk saya dan capcay kuah untuk suami. Saya membungkus mie goreng dan nasi
goreng untuk mamah yang kecapean dan menunggu di hotel bersama saudara. Dimeja tersedia
toples kerupuk kulit dan emping lebar, bungkusan kacang tanah, tahu goreng,
sambal dan cabe rawit. Menunggu pesanan kami sampai dimeja, rupanya lama
sekali. Semua pesananan fresh, baru dimasak satu per satu, diwajan yang hanya
satu, memakai tungku kayu areng. Wah pantas, banyak cemilan diatas meja, iseng-iseng
sembari menunggu pesanan yang tak kunjung datang.
Ketika
mie rebus pesanan ku datang, sepiring mie lebar berwarna kekuningan, dimasak
bersama irisan kol dan potongan ayam, dalam genangan kuah keruh dan taburan
bawang goreng. Ketika dimakan, bumbu mie rasanya enak dan gurih, tekstur mie terasa
pas, ada aroma hasil masakan tunggu arang yang khas, lebih wangi dan menambah
kenikmatan. Andaikata hidangan mie rebus yang sudah baik itu ditambah telur dan
taburan kerupuk, pasti rasanya semakin istimewa. Perbandingan banyaknya mie dengan
pelengkapnya, lebih banyak irisan kol nya. Makan mie pakai kerupuk kulit rasanya
kurang cocok dan memakai emping pun takut asam urat.
Sajian
kedua adalah capcay kuah, penampilannya cukup menggugah selera, warna sayuran cerah
dan menarik. Capcay berisi potongan wortel, kembang kol, kol, sawi hijau, baso,
ayam dan taburan bawang dalam genangan kuah keruh. Sayuran terasa segar dan
rasanya juga enak, cocok banget buat yang lagi diet, kaya akan serat, dimakan
tanpa nasi pun sudah sangat kenyang.
Sampai
dihotel, tak lupa saya cicipi juga mie dan nasi gorengnya, maklum perut rasanya
kurang nendang. Kesimpulan, bakmi Jawa pasar Situmpur ini rasanya enak, aromanya
khas dan wangi, harganya terjangkau, waktu memasaknya lama dan porsinya tidak
terlalu banyak.
Sabtu hari ke 2
Umaeh Inyong, Jl. A. Yani no. 47 Purwokerto
(*)
Sebelum
acara dimulai, menjadi pembicara di Universitas Soedirman, kami makan siang
dulu di Umaeh Inyong, atas rekomendasi teman sesama dosen UnSoed. Umaeh Inyong
artinya rumah saya dalam bahasa Jawa Banyumasan ngapak, letaknya di Jl. A. Yani
no. 47 Kedungwuluh.
Memasuki
bangunan resto ini, suasananya sangat kental dengan aroma heritage, tradisional
dan lawas. Halaman parkir didepan cukup luas, bangunan berupa rumah tua
peninggalan jaman Belanda yang memiliki desain khas teras depan berbentuk bulat.
Tapi pengunjung tidak bisa masuk dari depan, melainkan melalui lorong pintu
masuk bernama selasar Cipendok yang diapit oleh kolam dan pot-pot besar tanaman.
Ruangan
pertama yang kita masuki adalah ruangan berisi meja kasir dan tempat olih-olih
khas Banyumasan. Ketika masuk lebih dalam, ruang makan terbagi menjadi beberapa
area, semua memakai meja makan dan kursi kayu klasik tapi berbeda-beda bentuknya.
Dibelakang terdapat taman yang asri, memanjang kebelakang dan lebar, dapat
digunakan untuk bermain, serta area paling belakang adalah pendopo yang dapat
menampung puluhan orang.
Kami
duduk diruang makan disamping ruang kasir. Buku menu yang diberikan memiliki sampul
berisi aksara Jawa, gambar dan slogan Umaeh Inyong yaitu “the small world of Banyumas
with smile words of ngapak ngapak”. Semua menu dalam bahasa Jawa, kadang terselip
penjelasan dalam bahasa Indonesia, serta ada gambarnya. Secara garis besar
daftar menu berisi menu nasi komplit dengan lauknya, iwak pitik, oseng-oseng,
sayur, bakmi, sroto, bestik, tumpeng cilik, pepes bandeng dan makanan ringan. Minumannya
ada jus, minuman es, wedang, kopi dan teh.
Sebenarnya
kami masih agak kenyang baru sarapan di hotel, jadi suami hanya memesan sroto
kriyik tanpa nasi, saya memesan iwak pitik goreng kampung, minumannya kami
memesan kopi clebek dan es badeg. Sambil menunggu pesanan datang, kami
melihat-lihat suasana sekitar. Desain interior bangunan ini berisi furniture
dan pernak pernik model jaman dulu, dindingnya dihiasi bingkai foto-foto Purwokerto
dan Banyumas era Belanda. Sebuah motor vespa tua tampak diparkir di beranda
depan.
Ruang
kasir bersatu dengan lemari dan rak display olih-olih Banyumas yaitu Soklat Inyong,
Keik Soklat Kayu Manis dan Bandeng Pepes Inyong. Selain itu ada Galeri Batik
dan alat permainan dan ornamen Banyumasan. Umaeh Inyong merupakan destinasi wisata
kuliner komplit sesuai dengan slogannya “the small world of Banyumas”.
Puas
melihat-lihat kami duduk kembali, pesanan kami pun segera datang. Yang pertama
adalah sroto kriyik yaitu soto ayam yang dicampur dengan kerupuk warna warni, daun
bawang dan taburan kriyik, disajikan bersama sambal kacang. Ketika suami
menyuap soto ini, dia berseru “ah ini sih sroto Sokaraja”. Memang sangat mirip,
tapi yang membedakan sroto kriyik dengan sroto Sokaraja adalah taburan kriyik
yang terbuat dari campuran kentang rebus halus dan tepung tapioka yang digoreng
hingga berwarna kecoklatan. Makan soto panas-panas memang menyegarkan. Tapi saya
punya 2 pertanyaan, kenapa penampilan soto berbusa dan apakah standard rasanya memang
kurang asin ?
Sajian
kedua adalah nasi iwak pitik goreng kampung, penampilannya sangat menggoda yaitu
ayam goreng yang tertutup taburan serundeng lengkuas, disajikan bersama sambal,
ketimun dan daun kemangi. Kebalikan dari rasa sroto kriyik, ayam goreng ini rasanya
sangat asin, meresap kedalam daging, saya sampai merem melek saking asinnya. Dalam
hati saya bertanya lagi, apakah standard bumbu ayam memang asin begini atau
kebanyakan garam ?
Agar
stamina meningkat dan lebih fokus dalam mengajar, dipesanlah kopi clebek yaitu
kopi tubruk yang disajikan bersama gula merah. Yang terbiasa minum coffee latte
atau cappucino, bakal terkejut dengan citarasa kopi yang murni dan pahit ini.
Biarpun sudah diaduk dengan gula merah, tetap saja minta tambahan gula putih
agar rasa minuman bisa diterima oleh lidah kami.
Terakhir
adalah es badeg yaitu minuman yang berasal dari sadapan pohon aren, rasanya
manis sekali dengan aroma khas yang harum. Agar lebih nyaman dilidah, kami
minta tambahan air putih untuk mengurangi rasa manisnya.
Biarpun
menyandang gelar resto, harga makanan disini sangat terjangkau yaitu sroto
kriyik, iwak pitik dan kopi clebek dihargai @Rp 18.500, nasi Rp 5.000 dan es
badeg Rp 11.500. Umaeh Inyong memang pantas untuk menjamu tamu dari luar kota,
rapat, arisan, reuni, pesta dan berbagai jenis gathering lainnya.
Daun Kemangi cafe & resto, Jl. HR.
Bunyamin no. 175B Purwokerto (**)
Mumpung
di Purwokerto, kami janjian dengan keluarga uwa saya yang tinggal disana dan
jarang sekali ketemu. Uwa saya memiliki 8 orang anak, dimana semuanya telah
berkeluarga dan memiliki tempat tinggal masing-masing. Agar lebih gampang
ketemunya, lebih baik kami janjian makan disuatu tempat saja. Setelah semua
keluarga diconfirm, yang bisa datang adalah Uwa saya 1 orang plus perwakilan 5
keluarga anaknya, karena 3 keluarga lagi bertempat tinggal diluar kota
Purwokerto.
Kami
harus reserved tempat untuk makan sekitar 20 orang lebih. Dimana tempat makan yang
enak, dengan suasana nyaman dan harga yang terjangkau ? Sepupu saya mengusulkan
tempat di Daun Kemangi cafe & resto, Jl. HR. Bunyamin no. 175B Pabuaran. Letaknya
dekat dengan hotel tempat kami menginap dan strategis di pertigaan arah
Universitas Soedirman dan arah Baturraden.
Pk.
19 kami tiba ditempat tsb, bangunan resto ini memang bagus, besar dan
bertingkat, tempat parkirnya pun luas. Ketika kami masuk, saya agak kaget
karena ada patung anak-anakan gundul mirip tuyul disamping meja kasir. Kami masuk
lebih dalam dan melihat bahwa ruang makan cukup luas dan terbuka tanpa sekat. Ditengah-tengah
ada sebuah taman kecil. Meja makannya bisa duduk dikursi atau lesehan. Sebuah organ
tunggal sedang bersiap-siap untuk menghibur tamu yang datang. Saat itu malam
Minggu, saya tak menyangka bahwa resto ini ramai sekali oleh pengunjung. Untung
sepupu saya telah reserved tempat dan memesan makanan lewat telepon.
Menu
yang tersedia disini adalah masakan Indonesia dan Chinese food, baik masakan
dari seafood, unggas, sapi, sayur, bakmi dan pelengkap lainnya, sangat banyak
pilihannya. Kami memesan ikan gurame asam manis dan gurame bakar, ayam goreng
dan ayam bakar, kwetiaw dan mie goreng, sayur asem, tumis kangkung ayam dan
sambal dadak. Karena kami ingin makan hidangan berkuah panas, maka kami memesan
tambahan 1 porsi bakso urat untuk suami dan 1 porsi sop sayur ayam untuk Mamah.
Menurut
saya citarasa makanan disini cukup enak, tidak ada yang mengecewakan, bumbunya
pas dan enak, tekstur makanan baik, gorengannya garing dan empuk, serta
kesegaran bahan makanan pun terasa. Pelayanannya cukup cepat, hanya saja memang
agak semrawut akibat masing-masing dari kami rusuh minta tambahan ini dan itu, apalagi
pengunjung lain pun cukup ramai. Seorang biduan menyanyikan lagu-lagu pop sepanjang
masa, ditambah sepupu saya ikut menyumbang suara, yang tidak saya sangka alunan
suaranya sangat enak didengar.
Makanan
dengan citarasa yang baik ini memiliki harga yang cukup terjangkau yaitu gurame
@Rp 60.000, ayam kampung @Rp 15.000, ayam negri @Rp 8.000, baso urat, kangkung
ayam, kwetiau / mie @Rp 22.000, sop sayur ayam mini Rp 10.000, sayur asem dan
sambal dadak @Rp 5.000, nasi @Rp 4.000, minuman jeruk, lemon tea dan milo @Rp
12.000 dan teh @Rp 2.000. Ketika menerima bill, saya agak sulit memeriksanya,
jadi saya percaya saja dengan jumlah hitungan pihak resto yaitu Rp 1.247.000 untuk
makan ber 23 orang. Masih ada sisa makanan yang bisa dibawa pulang akibat
kebanyakan memesan.
Minggu hari ke 3
Ikan bakar Bu Ana, Jl. Raya
Bantarbolang, Pemalang (**)
Sayang
sekali, kami pergi ke Purwokerto tapi tidak sempat mampir ke Batu Raden, akibat
jadwal pertemuan yang padat dan hujan deras. Hari Minggu kami pulang ke Jakarta
melalui jalur aternatif : Purwokerto - Purbalingga – Bantarbolang - Pemalang –
Tegal – Brebes – Cirebon – tol Cipali, guna menghindari perbaikan jalan di
pantura. Jalur ini arahnya memutar dan jauh, tapi lalulintas sangat lancar. Jalan
antara Purbalingga sampai Bantarbolang itu berkelok-kelok, tapi yang membuat tegang
adalah hujan sangat deras sehingga kami ketakutan, dibayang-banyangi bencana
longsor. Alhamdulillah, tak lama hujan berhenti dan kami tiba dengan selamat di
Bantarbolang. Perut sudah sangat lapar karena belum makan siang.
Pada
pk. 14, di Jl. Raya Bantarbolang, 50 meter sebelah selatan SMP Islam
Bantarbolang, kami menemukan sebuah rumah makan yang ramai oleh pengunjung,
namanya Ikan bakar Bu Ana, kami pun segera merapat kesana. Rumah makan ini terletak
dipinggir jalan raya sekaligus disamping sawah. Tempat makannya berupa 2 buah
bangunan rumah kayu dan bambu, berbentuk seperti saung yang besar, dimana
bangunan yang depan untuk makan lesehan dan bangunan dibelakang memakai kursi
dan meja makan.
Disamping
ruang makan adalah bangunan dapur terbuat dari tembok, bersatu dengan kolam
ikan dibagian depan serta mushola dan toilet dibagian belakang. Alunan musik dan
lagu dari organ tunggal dan seorang biduan menyambut kedatangan kami, bernyayi menghibur
para pengunjung yang sedang makan.
Tak
ada daftar menu yang disodorkan disini, cukup melihat menu dan gambarnya yang
terpampang jelas diatas dapur yaitu ikan gurame dan patin bisa di bakar /
goreng / sup, ayam bakar / goreng, tumis sayur gingseng, lengguk, kangkung,
tanpa ada pelengkap tahu tempe. Beberapa toples kerupuk tersedia diatas meja
makan dan minuman yang tersedia disini hanya ada air jeruk dan teh.
Kami
memesan gurame bakar dan sepotong paha bakar untuk Mamah, tumis kangkung dan tumis
gingseng turut kami pesan sebagai pelengkap. Saya bertanya, lengguk itu apa sih
? Rupanya lengguk adalah daun ketela rambat. Karena kami tidak familiar dengan
jenis sayuran ini maka kami tidak memesannya, padahal sekarang saya baru tahu
bahwa daun ubi jalar banyak manfaatnya bagi kesehatan sebagai obat herbal.
Pelayanan
disini cukup cepat dan gesit, padahal ketika memasak ikan, ikan baru diambil
dari kolam berdasarkan pesanan. Pesanan yang pertama datang adalah ayam bakar,
penampilannya mantap sekali, sepotong paha ini ukurannya besar sampai melewati batas
piring, artinya yang dipakai adalah ayam kampung asli. Ayam bakar bumbu kecap ini
warnanya sangat menarik, coklat mengkilat dengan jejak bakaran yang mengundang
selera. Ketika dimakan, daging ayam empuk dan bumbunya meresap banget, rasa
manis kecap berbaur dengan rasa gurih dari rempah lainnya.
Begitu
pula dengan gurame bakarnya, bumbu yang tercecap rasanya sama persis. Untunglah
ada kerupuk, tumis sayuran dan sambal, sehingga rasa manis dari bumbu kecap
dapat ternetralisir sedikit. Citarasa ikan yang baru diambil dari kolam memang
berbeda, fresh dan tak berbau amis.
Sepiring
lalapan berisi kangkung, toge dan ketimun serta 3 cobek sambal merah turut
disajikan. Selain itu disajikan juga sambal kecap, racikannya cukup berbeda
yaitu kecap diberi potongan tomat, cabe rawit dan bawang merah. Makan enak
sambil dihibur lagu-lagu dangdut dan campur sari, angin semilir menerpa wajah,
mata dimanjakan pemandangan sawah, ah nikmat Tuhan manakah yang kamu dustakan ?
Semua
kenikmatan ini kami bayar dengan harga terjangkau yaitu Rp 40.000 untuk gurame
bakar, ayam bakar Rp 28.000, tumis sayur @Rp 10.000, lalap dan sambal Rp
12.000, nasi @Rp 4.000, kerupuk Rp 1.000, air jeruk Rp 8.000 dan teh manis Rp
3.000. Perut sudah kenyang, saatnya kami melanjutkan perjalanan, nyanyian biduan
mengiringi kepergian kami dengan lantunan lagu kereta malam dangdut koplo.
Nasi Jamblang Mang Dul, Jl. Doktor
Cipto Mangunkusumo no. 8 Cirebon (*)
Sekitar
pk. 20 kami tiba di kota Cirebon, sudah saatnya perut kami isi makan malam.
Ketika kemaren saat pergi kami makan empal gentong, maka sekarang saat pulang
kami mencari kuliner nasi Jamblang. Dari sekian banyak penjual nasi Jamblang, Nasi
Jamblang Mang Dul adalah salah satu yang paling terkenal dan menjadi ikon kota
Cirebon. Lokasinya berada dipusat kota, patokannya adalah seberang Grage Mall,
berada diantara jajaran ruko Jl. Doktor Cipto Mangunkusumo no. 8.
Dari
jauh tempat makan ini sudah terlihat ramai. Didepan pintu masuk ada pengamen
yang mangkal dan menghibur para tamu yang datang. Ketika masuk kedalam, ruang
makan memanjang kebelakang, meja kasir ada dipaling depan, meja makan berada
dikedua sisi kiri dan kanan, kursi dan meja makan disusun sejajar dengan
dinding. Pengunjung yang baru datang harap langsung kebelakang, disana ada meja
panjang yang berisi aneka lauk pauk yang bisa kita pilih sesuai selera kita.
Nasi
jamblang adalah nasi yang dibungkus dengan daun jati, porsinya kecil, hanya sekepalan
tangan, seperti nasi kucing khas Jawa Tengah. Isinya nasi putih biasa, tapi ketika
nasi matang dan panas, diakeul / diaduk-aduk dulu sambil dikipasi sampai
dingin, baru dibungkus daun jati. Nasi memang disajikan dingin sehingga tahan
lama sampai malam.
Tak
hanya nasinya yang dingin, lauk pauk disini juga disajikan dingin. Lauk pauk ditaruh
dalam baskom-baskom berisi sayur tahu, tahu goreng, tahu isi, tempe goreng
tepung, perkedel kentang, sate kerang, sate udang, sate kikil, sate telur
puyuh, ikan asin, ayam goreng, balado telor ceplok, sayur, basreng, semur,
pepes, jeroan dll. Lauk segitu banyak, padahal sebagian sudah habis. Kalau
datang lebih pagi / sore mungkin lebih komplet. Saya cari-cari lauk sambal
goreng kok ngga ada.
Tatacara
makan disini adalah langsung masuk dalam antrian meja prasmanan, saat giliran
kita tiba, akan ditanya mau berapa bungkus nasi yang kita mau, lalu nasi pakai
sambal atau tidak, setelah itu lauk pauk bisa minta diambilkan atau kita ambil
sendiri. Kemudian piring makanan kita bawa ke meja, seorang pelayan akan mencatat
harga makanan diatas kertas. Selesai makan kertas tsb kita bawa ke kasir dan
kita bayar, cukup praktis bukan. Dimeja makan tersedia bungkusan kerupuk dan
lumpia, masih banyak bungkusan snack lainnya dimeja kasir.
Harga
makanan disini memang terjangkau, tapi total tagihan yang kita bayar kan
tergantung banyaknya makanan yang kita ambil dan jenis lauk yang kita pilih. Bila
lapar mata, semakin banyak dan semakin mewah lauk yang kita ambil, bersiap-siaplah
merogoh kocek yang lebih dalam.
No comments:
Post a Comment