Liburan
tahun baru Islam tahun ini kami pergi ke Madiun dalam rangka melihat rumah nenek
yang sedang direnovasi. Dari Jakarta kami berangkat hari Selasa menuju Solo dan
pulang hari Rabu. Cukup semalam saja kami menginap di Madiun. Walaupun hanya
semalam, saya menghasilkan 4 review tempat makan. Nah ini dia laporannya.
Soto Ayam Gading 2 – Solo (*)
Dengan memakai pesawat pk. 5.35 pagi, sengaja kami menahan lapar, dengan maksud hendak sarapan di kota Solo. Suami saya ingin sarapan soto ayam yang terkenal disana, katanya langganan para pejabat. Kaya apa sih soto tsb ?
Dengan memakai pesawat pk. 5.35 pagi, sengaja kami menahan lapar, dengan maksud hendak sarapan di kota Solo. Suami saya ingin sarapan soto ayam yang terkenal disana, katanya langganan para pejabat. Kaya apa sih soto tsb ?
Setelah
mendarat dengan selamat, kami sudah dijemput oleh pak supir yang asli orang Solo.
Kami langsung menuju Jl. Veteran. Ketika kami tiba didepan rumah makan tsb, terpampang
sebuah spanduk berjudul Warung soto ayam gading 2, sedia soto ayam, soto sapi,
nasi rames, nasi langgi, Jl. Veteran No.285, Solo, telpon 0271 724708.
Pengunjung
saat itu cukup ramai tapi masih ada meja yang kosong. Kami bertiga bersama pak
supir memesan nasi plus soto, saya memesan soto ayam tanpa toge dan suami
memesan soto sapi. Dimeja telah tersedia aneka sate dan gorengan, krupuk dan
sambal. Sepiring tempe terhidang dihadapan kami, tempe goreng ini terlihat
kering dan tekstur tempe geruntulan karena kacang kedele nya timbul. Andaikata
tempe ini lebih hangat dan empuk, tentu saya lebih suka.
Pesanan
kami datang dengan segera. Soto ayam berisi suwiran ayam, soun dan kripik
kentang, kuahnya banyak dan bening, dengan taburan bawang goreng dan seledri.
Kuah soto ayam terasa asli dan gurih, ringan dan sederhana serta tidak
berlemak. Tapi akan lebih nikmat bila ditambah garam, jeruk nipis dan sambal yang
telah tersedia dimeja. Apalagi kalau dimakan bersama krupuk dan gorengan, akan
semakin meriah rasanya.
Kalau
soto sapi bedanya adalah memakai daging tetelan dan tanpa kripik kentang. Saya
mengambil gorengan tahu isi, ketika kumakan, rupanya isinya daging cincang loh,
bukan sayuran. Suami saya mengambil sate kikil dan telur dadar, eh telurnya
juga isi daging cincang. Untuk minumannya, jeruk murni isinya benar-benar murni
hasil perasan jeruk tanpa tambahan air dan gula. Hmm menyehatkan sih tapi tidak
cukup untuk memuaskan rasa dahaga.
Makan
nasi soto bertiga, plus lauk pelengkap dan aneka minuman menghabiskan dana
sekitar Rp 125.000. Hmm cukup murah kan.
Pawon sewu – Magetan (*)
Perjalanan
dari Solo menuju Madiun melewati jalur gunung Lawu dan 2 kabupaten yaitu
Karanganyar dan Magetan. Perjalanan cukup jauh dan lama karena dibawa santai
saja. Selain jalannya memang cukup berbahaya, curam dan berliku, kita memang
ingin menikmati pemandangan alam yang luar biasa indah dan menyejukkan.
Kami
sempat beristirahat sebentar di Telaga Sarangan dan naik kuda mengelilingi
telaga tsb. Sambil berkuda, kami berbincang-bincang dengan pak joki dan
mendapat info sebuah rumah makan bernama Pawon Sewu di Jl. Raya Sarangan.
Infonya cukup menarik dan kami memutuskan untuk segera meluncur kesana untuk
makan siang, pake mobil, bukan naik kuda.
Rumah
makan ini cukup mudah ditemukan karena berbentuk rumah joglo dan memiliki nama
yang jelas dibaca. Terletak di Jl. Raya Sarangan km 4, Sidorejo-Magetan. Ketika
kami tiba, pengunjung yang datang cukup sepi, hanya ada 1 – 2 keluarga saja.
Terlihat menonjol karena RM ini termasuk cukup luas ukurannya. Selain ruang
makan utama yang berada didalam bangunan bentuk joglo, ada juga lesehan didalam
gazebo disekitar kolam ikan belakang belakang.
Kami
duduk diruang makan utama dan mulai membaca menunya. Menu yang terkenal disini
adalah ayam kukus. Agak sulit membayangkan masakan ayam kukus didaerah Jawa
ini, karena yang terbayang oleh saya adalah ayam ala hainam. Maka saya memesan
ayam goreng paha, suami memesan ayam kukus paha, lele goreng, sop iga bakar dan
slada air. Minumannya kami pesan jus tomat dan air jeruk. Sedangkan pak supir
memesan sop iga biasa.
Makanan
kami tiba tidak terlalu lama. Nomer satu saya lihat dulu ayam kukusnya. O
rupanya ayam kukus itu adalah ayam yang diungkep dengan bumbu rempah-rempah dan
dikukus sampai empuk. Setelah itu bisa langsung disajikan atau digoreng atau
dibakar. Jadi ayam goreng pesanan saya juga sama rasanya, hanya lebih garing
dan kecoklatan saja dibagian luarnya. Ayam tsb bumbunya sudah meresap,
dagingnya empuk dan ukurannya pun besar. Ayam bagian paha ini masih menempel
ceker nya dan belum dipotong lagi kuku nya yang tajam. Suami saya segera
menyodorkan ceker nya kepada saya minta dipotong, karena memang dia geli kalau melihat
ceker ayam dan saya malah gembira mendapat sepasang ceker ayam.
Sajian
kedua adalah sop iga bakar. Dua potong iga tersaji bersama kuah sop dan 2
potong tempe goreng. Wah tempe gorengnya terlihat menggiurkan. Sayang sekali
iga bakarnya kok dingin, padahal rasanya cukup enak, empuk dan manis, tapi
tidak menimbulkan selera makan. Kuah sop berisi beberapa potong wortel dan
kentang, warnanya bening dengan taburan bawang goreng dan seledri tapi rasanya
agak hambar.
Sajian
ketiga adalah slada air yaitu daun slada air yang ditumis bersama udang, bawang,
tomat dan cabe. Rasanya sih biasa saja dan kami kurang cocok dengan hidangan sayur
ini. Sajian terakhir adalah lele goreng yang berisi 2 ekor lele goreng tepung,
yang segera ludes dihabiskan oleh suami saya.
Nah
karena ayamnya cukup mengesankan dalam hal rasa dan ukurannya, kami membungkus
seekor ayam plus nasi untuk oleh-oleh penunggu rumah Madiun. Semua makanan ini
totalnya tidak sampai Rp 200.000 loh. Harga ayam utuh adalah Rp 65.000, ayam
potongan Rp 15.000, iga biasa Rp 25.000 dan yang bakar Rp 27.0500, lele Rp
15.000, slada air Rp 7.000, minuman jus sekitar Rp 4.000-5.000 dan nasi Rp
3.000.
Sayang
sekali, sebenarnya rumah makan ini cukup asri dan menyejukkan, fasilitas nya
cukup lengkap dan ruangannya pun luas, tapi kurang terpelihara keindahan dan
kebersihannya, ditambah lagi karena musim panas, pohon dan tanaman jadi pada kering.
Menu disini juga cukup bervariasi, tersedia juga ikan dan udang serta minuman
hangat.
Nasi pecel Pojok – Madiun (**)
Baru
kali ini saya menginjakkan kaki di Madiun. Biasanya sebelum saya pergi ke suatu
tempat yang baru, saya selalu mencari info kuliner khas kota tsb. Tapi khusus
Madiun, saya tidak perlu browsing, karena sudah pasti kami bakal makan nasi
pecel, sajian melegenda khas kota tsb.
Nasi
pecel mana yang terkenal ? Di sepanjang Jl. HOS Cokroaminoto saja ada beberapa
tempat yang menjual nasi pecel. Ada 2 yang paling terkenal yaitu nasi pecel 99
dan nasi pecel Pojok. Saat ini kami ingin mencoba nasi pecel Pojok sesuai
rekomendasi pak supir.
Sesuai
namanya, tempat makan ini terletak dipojok rumah di Jl. HOS Cokroaminoto no.
121. Tempatnya berupa bangunan permanen sederhana setara bangunan warteg kalau di
Jakarta. Tempatnya tidak begitu luas tapi tersedia juga kursi yang disusun
disekeliling luar bangunan tsb.
Disebelah
pintu masuk ada sebuah jendela besar sekaligus berfungsi sebagai meja makan,
didepannya ada sebuah meja tempat meracik pecel plus tempat memajang aneka lauk
pauk yang bisa langsung kita pilih. Kami datang berlima dan semua memesan nasi
pecel plus tambahan lauk pauk. Saya memesan nasi pecel tidak pedas tambah ayam
goreng, kalau suami pilih rasa pedas plus tambahan lauk lidah.
Pecel
itu berisi sayuran daun pepaya, singkong, toge dan kembang turi. Cara
meraciknya adalah pincuk daun pisang diberi nasi lalu diberi sayuran diatasnya
(kalau saya minta disamping nasi), terus disiram bumbu pecel dan diberi krupuk
karak. Tapi saya minta agar kerupuk karak tsb diganti oleh 2 buah rempeyek
bahkan nambah sebuah lagi. Rasa bumbu pecel tsb sungguh enak dan legit,
keseimbangan rasa garam dan gulanya sangat pas dan menimbulkan rasa lezat. Sayangnya
bumbu pecel yang disiram keatas sayuran tsb cukup sedikit jumlahnya sehingga
kurang memuaskan lidah. Lalu ayam gorengnya juga terasa hambar.
Ketika
asik makan, sepiring nasi rawon lewat dihadapan kami. Hal itu tak luput dari
pandangan mata suami saya yang langsung berbinar-binar. Seporsi nasi rawon pun
segera dia pesan. Memang enak sih menyantap nasi yang disiram kuah rawon panas,
lalu ditaburin bawang goreng. Potongan daging tanpa lemak tersaji cukup besar.
Ketika ku cicipi, hmm rasanya manis, citarasa khas orang Jawa.
Warung Soto Ayam Jawa resep Pak To –
Madiun (**)
Selain
pecel, kuliner terkenal lainnya di Madiun adalah soto. Salah satu yang terkenal
adalah Warung Soto Ayam Jawa di Jl. Asahan no. 8. Kami bertiga bersama pak
Supir makan siang kesana sebelum pulang ke Jakarta.
Saat
kami tiba, rumah makan ini cukup ramai oleh pengunjung. Di sisi kanan dari
pintu masuk terdapat tempat meracik dan memajang makanan. Kami duduk dulu dan
membaca daftar menu yang dipasang didinding. Daftar menu tsb berisi soto ayam
Jawa / spesial, soto daging, baksomie biasa / super / urat, ayam bakar / goreng
Jawa serta tempe penyet. Itu adalah menu aslinya. Sekarang sudah banyak menu
tambahan yang baru yaitu ayam / bebek kremes / bakar, ayam tulang lunak, ayam
rica-rica, oseng mercon, sop buntut, garang asem, rawon, dll.
Kami
seperti orang kalap, masing-masing memesan nasi soto ayam pisah, ayam kremes tulang
lunak paha, oseng mercon dan es jeruk. Setelah dipikir-pikir menyesal juga
memesan menu yang sama, seharusnya saya memesan baksomie biar semua menu dicobain.
Ya sudah lah. Tidak pake lama, pesanan kami segera tiba.
Soto ayam yang tersaji kuahnya berwarna kuning kunyit, isinya toge, bihun, potongan telur rebus dan suwiran ayam kampung serta taburan bawang. Kalau kuahnya ingin agak kental, silahkan tambahkan bubuk koya yang telah tersedia diatas meja. Jangan lupa beri jeruk nipis dan sambal agar lebih pas. Tapi sebelum dicampur ini itu, cicipi dulu kuah sotonya yang asli dan gurih. Keistimewaan soto ayam ini adalah merupakan soto ayam khas Jawa resep dari Pak To. Hal ini saya ketahui dari judul daftar menu yang ditempel didinding bertuliskan “resep pakto”.
Puas
menyantap soto, kami segera beralih ke ayam kremes tulang lunak, dimana ketika
datang, hanya bagian paha atas nya saja. Daging ayam diselimuti kremesan yang
menempel dibagian luarnya, berwarna coklat keemasan dan disajikan bersama lalap
sambal. Ayam tulang lunak ini rasanya gurih, bumbunya telah meresap sempurna,
dagingnya empuk tapi tidak hancur, ukurannya cukup memuaskan, dan yang paling
asik adalah sensasi mengunyah tulang ayam yang kriuk kres kres.
Sajian
terakhir adalah oseng mercon yaitu semur tetelan daging sapi yang ditumis
bersama cabe besar. Kuahnya berwarna coklat pekat, agak kental dan rasanya enak
banget, keseimbangan rasa asin dan manisnya sempurna sehingga menciptakan rasa
gurih yang lezat, rasanya tidak begitu pedas, dagingnya empuk dan lemaknya
tidak terlalu banyak.
Makan
siang kami bertiga yang bergelimpangan daging ini menghabiskan total biaya Rp
101.000 saja, karena soto nya Rp 10.000, ayam Rp 14.000, aseng mercon Rp
12.000, nasi Rp 5.000, es jeruk Rp 6.000 dan krupuk Rp 500. “Kalau kamu ultah,
temen kantor mu ku traktir disini deh” kata suami, halaaah...
No comments:
Post a Comment