Walapun
sudah sering melewati Jl. Panglima Polim, saya belum memiliki kesempatan untuk
mampir ke Mangia yang reviewnya sudah banyak bertebaran didunia blogger. Nah,
sekarang atau tidak, pikir saya sambil mengajak ibu saya makan siang ke Mangia
hari Senin lalu. Kami pun segera meluncur ke Jl. Panglima Polim V no. 38.
Sesampainya
disana, cafe ini tampak sepi. Tempatnya kalau dari luar memang terlihat kecil.
Saking kecilnya, tidak mungkin mobil banyak bisa parkir didepannya, maka
disediakan lah jasa valet. Memasuki tempat ini, bagian depan cafe berupa beranda
yang berfungsi sebagai tempat makan.
Setelah
masuk kedalam, ruangannya memang sempit dan memanjang kebelakang. Jejeran meja
makan untuk berdua disusun memanjang kebelakang, merapat ke dinding sebelah
kiri. Disebelah kanan ada bar tempat meracik minuman sekaligus kasir diujung
paling depan. Apabila pengunjung yang datang beramai-ramai, silahkan langsung naik
keatas ke lantai 2. Konon dekorasi ruangan diatas bergaya vintage, cantik dan
asik untuk foto-foto. Saya berdua mamah sih ngga mungkin ke lantai atas karena
mamah bakal susah naik tangganya.
Ketika
kami datang, pelayan yang ada hanya 1 orang, itupun sedang melayani pengunjung yang
memakan waktu cukup lama. Setelah beberapa saat, kami diberikan daftar menu.
Sambil menimbang-nimbang menu yang akan kami pesan, barulah pelayan yang kedua
datang.
Saya
teringat sebuah review yang mengulas salah satu appertizer disini yaitu
perkedel mayo, yaitu perkedel jagung yang disajikan dengan saus mayo. Saya
langsung memesan sajian yang sudah saya bayangkan sejak pagi itu. Mamah tampak tertarik
pada gambar swedish house yaitu hidangan mash potato dengan bola daging
cincang, yang kemudian dia pesan. Terakhir saya memesan chicken sandwich dan minuman
berries watermelon serta es jeruk untuk mamah.
Sambil
menunggu pesanan, saya mengamati suasana. Cafe ini didominasi dengan warna putih
sehingga menimbulkan kesan homey. Sedangkan papan nama Mangia yang tergantung
didepan cafe berwarna kuning dengan tulisan hitam. Meja dan kursi ditata dengan
apik, tampak tidak seragam, kebanyakan cat nya sudah usang dan pudar sehingga
menguatkan kesan lawas. Aneka toples kaleng kerupuk kecil warna warni berisi
camilan dipajang didepan meja bar minuman.
Pesanan
kami tiba satu persatu. Minuman berries watermelon adalah jus campuran buah
berry dan semangka, sehingga rasanya tidak terlalu asam, cenderung lebih manis
dan terasa kental. Setelah itu datang swedish house, lebih lazim disebut
swedish meatballs yaitu mash potato yang disajikan bersama 5 butir bola daging
cincang, disiram saus gravy dan diberi sedikit selai strawberry. Ibu saya malah
geleng-geleng kepala seraya berkaya “anak muda memang suka aneh-aneh” sambil
menyingkirkan selai strawberry nya, hahaha. Hidangan ini menurut kami enak
sekali, mash potato nya lembut dan creamy, dagingnya empuk, sausnya asin, gurih
dan lezat.
Lalu
tibalah giliran chicken sandwich. Sandwich ini bukan setangkup roti berisi ayam
ditengah seperti lazimnya, melainkan berupa open sandwich yaitu selembar roti
yang diberi red lettuce diatasnya, potongan daging ayam, telur urak arik, lalu
disiram saus creamy, diberi garnish irisan paprika dan bawang bombay dan
disajikan bersama kripik kentang chitato. Rasanya nya sih enak, bumbunya terasa
antara manis dan gurih, tapi roti jadi basah dan liat ketika dipotong oleh
pisau.
No comments:
Post a Comment