Dimsum
adalah makanan kecil yang biasa dimakan ketika minum teh, biasanya dimakan saat
sarapan, brunch, atau pas minum teh sore hari. Saya seorang penggemar dimsum,
jadi kalau dirumah lagi ngga ada lauk, tinggal bungkus dimsum 2 macam, dimakan
bersama nasi sebagai lauk, sudah beres. Terserah dibilang norak atau kampungan,
karena makan dimsum buat lauk nasi, sudah menjadi kebiasaan sih. Masalahnya belum
pernah ada dimsum murah atau kaki lima yang enak. Dimsum enak pasti adanya di
restoran, tapi repot bungkusnya mesti ke mall dulu.
Diawal
tahun 2015 ini, saya melihat sebuah rumah makan dimsum yang baru buka di Jl.
Radio Dalam Raya no. 11, Kebayoran Baru Jak Sel, namanya Dimsum Mbledos. Namanya
kok ndeso banget ya. Rumah makan ini sangat menyolok dan ngga mungkin kelewat
kalau kita cari, karena diatasnya dipasang spanduk merah gede banget
bertuliskan “Dimsum Mbledos, dimsum, suki, yakiniku, rajanya enak & murah,
no. 1 di Indonesia, halal”. Sayangnya karena saya selalu lewat saat pagi atau
sore hari, rumah makan ini belum buka, padahal saya sudah ngiler banget.
Kebetulan
hari Rabu malam lalu, suami saya ngajak makan diluar, langsung saja saya ajak
kesini. Tempat makannya berupa ruangan terbuka yang luas dengan interior khas
Cina dengan warna merah yang dominan. Dindingnya sih berwarna putih tapi depannya
dihiasi lampion merah, meja kursinya juga merah, kursinya memakai kursi plastik
seperti abang tukang nasgor, gerobak dimsum serta rak barangnya juga merah,
pagarnya merah serta pakaian pelayannya juga merah dengan bandana merah.
Pelayan
memberikan selembar daftar menu yang mencantumkan slogan “makanan restoran
dijual emperan”, dibawahnya ada gambar 22 macam dimsum steam & 12 macam
dimsum goreng, semua harganya @Rp 13.000. Dibaliknya masih ada daftar menu
bubur taiwan Rp 10.000, dimsum hotplate (wah baru denger nih) Rp 15.000, suki
dengan pilihan kaldu ayam / tomyam serta isi suki berkisar antara Rp 10.000 -
Rp 22.000 serta menu minuman.
Suami
saya langsung memesan bubur dan dimsum hakau. Saya memesan dimsum favorit pangsit
shanghai dan sushi karena biar ada nasinya (tetep). Malam itu pengunjung cukup
ramai walaupun tidak sampai penuh. Musik yang diputar untuk menikmati makan
malam kami adalah musik instrumental Cina dengan alat musik petik khas Cina
yang memainkan juga tembang-tembang anyar yang sedang in.
Sajian
pertama yang datang adalah bubur Taiwan, tapi kok diantar 2 mangkok ya, padahal
kami cuma pesan 1. Ya sudahlah daripada protes saya makan saja buburnya,
lagipula ukurannya cukup kecil. Buburnya tampak menggiurkan bertabur ayam
suwir, abon, krupuk pangsit dan daun bawang. Tekstur bubur terasa pas
kekentalannya, rasanya sudah enak tanpa campuran kecap asin maupun sambal,
sayangnya kurang panas kalau menurut saya. Bubur ini kami habiskan dalam
sekejap.
Setelah
itu berdatanganlah dimsum pesanan kami, pangsit shanghai berisi campuran ayam,
udang dan bengkoang, rasanya oke juga, asli bukan abal-abal seperti dimsum kaki
lima lainnya. Lalu sushi adalah campuran ayam, udang dan crabstik, dibentuk
seperti sushi dan dibungkus dengan nori, jadi bukan sushi isi nasi Jepang. Lalu
hakau isi udang utuh, saya sih tidak mencicipi. Karena dirasa kurang, kami
pesan xiao long bao yang datang tak lama kemudian. Xiao long bao berwarna
orange dan berisi campuran ayam dan kepiting. Kami sudah siap-siap menaruh
diatas sendok cekung takut cairan kaldunya tumpah, eh malah ngga ada cairannya.
Setelah
saya renungkan, dimsum Mbledos ini yang paling enak dikelasnya, kelas kaki
lima, jadi ngga salah slogannya. Selain isi dimsum terasa asli, ukurannya juga
cukup besar sehingga seporsi isinya antara 2 – 3 biji, kecuali siomay isinya 4
biji, harganya murah dan tempatnya lumayan bersih dan terang. Tapi kenapa
namanya Mbledos ? Mbledos artinya meletus, pantas logonya kok gambar bom. Lain
waktu pasti saya balik lagi kesini untuk mencoba dimsum lainnya. Hanya 1 hal
yang saya sesali, kenapa ngga buka dari pagi sih ?
No comments:
Post a Comment