Sejak
adanya jalan tol Cikopo–Palimanan atau Cipali, kami menjadi agak sering berkunjung
atau melintas dan mampir ke kota Cirebon. Tujuan utama kami yang paling sering
adalah makan. Sebagian besar kuliner khas kota Cirebon sudah kami cicipi, dari Empal
Gentong H. Apud dan Amarta, Nasi Jamblang Mang Dul, Nasi Lengko H. Barno, Seafood
& Chinese food H. Moel, Toko Kue Ruby, Es Kopyor 4848, dll.
Masih
tersisa kuliner khas yang terkenal, yang belum kami coba yaitu Nasi Jamblang Bu
Nur. Lokasinya ada di Jl. Cangkring 2 no. 34 Kejaksan. Ketika kami sampai di
tempat tsb, keadaan disini sangat ramai oleh pengunjung. Karena selain nasi
jamblang, Bu Nur juga membuka warung makan Nasi Lengko & Empal Gentong yang
letaknya berseberangan.
Kami
masuk kedalam rumah makan nasi jamblang dan langsung berada dalam antrian untuk
mengambil nasi dan lauk pauk, padahal sekarang belum saatnya jam makan siang. Yang
pertama ditanya oleh pelayan adalah, mau nasi berapa, karena nasi jamblang
adalah nasi dengan porsi kecil, seukuran nasi kucing, yang dibungkus daun jati.
Rata-rata pengunjung makan nasi adalah 2 porsi, tapi itu tergantung kemampuan
masing-masing perut loh, ada yang minta 1 bungkus atau lebih dari 2 bungkus
nasi.
Kemudian
kita bergeser untuk mengambil sendiri atau minta diambilkan, lauk pauk sesuai
selera kita, yang tertata komplit di dalam baskom-baskom besar diatas meja saji,
seperti goreng-gorengan, sate-satean, semur, sambal goreng, pepes, oseng-oseng,
dll.
Kami
berdua lagi bosen makan ayam dan daging, jadi lauk pauk pilihan saya adalah
tempe goreng dan bakwan jagung, dan telur dadarnya itu loh, menggoda banget,
garing dan kecoklatan. Eh suami saya juga sama, dia mengambil telur dadar,
tempe, balado terong, pepes ati ample ayam dan sambal. Minumannya es kelapa
muda dan rupanya ada penjual tahu gejrot juga loh didalam ruangan tsb, sehingga
kami pun segera memesan seporsi tahu gejrot. Harga lauk pauk pilihan kami tsb
murah banget, tak ada yang lebih dari Rp 10.000, es kelapa Rp 14.000 dan tahu
gejrot Rp 10.000.
Perbedaan
nasi jamblang bu Nur dibanding Mang Dul yang pernah saya makan adalah nasi
jamblang bu Nur masih hangat, baru disendokkan dari termos nasi, ke atas daun
jati sebagai alas piring, sehingga nasi tidak sempat dibungkus daun jati dan tidak
dingin seperti nasi jamblang authentic. Nasi yang masih hangat itu ditambah
lauk pauk yang bumbunya cukup nikmat di lidah.
Tempe
khas Cirebon sepertinya masih belum sempurna fermentasi raginya, sehingga masih
terlihat butiran kacang kedelai yang terasa renyah setelah digoreng. Telur
dadarnya terbukti memang nikmat dan gurih serta garing bagian pinggirannya. Saya
lihat suami saya juga nikmat sekali makannya, padahal kami hanya makan lauk
pauk sederhana. Pantas saja, antrian pengunjung nasi jamblang bu Nur semakin lama
semakin mengular.
No comments:
Post a Comment