Selasa,
Hari ke-4
Hari ini adalah hari terakhir kami di Banjar, nanti
sore kami kembali pulang dengan Citilink pk 15.50 WITA. Kemudian saya mendapat
sms bahwa pesawat di delay. Menurut kabar, hari itu akan datang Bu Iriana Joko
Widodo dan Bu Mufidah Jusuf Kalla ke Banjar untuk merayakan hari Kartini. Jadi
pasti bandaranya ditutup selama beberapa saat. Ya sudahlah, berarti kami agak
santai hari ini.
4.1.
Depot Soto H. Irin (***)
Tidak ada planning hari ini, kami jalan kaki ke arah
Patung Bekantan karena belum sempat foto disana. Lalu kami mencari sarapan. Karena
hari ini orang sudah mulai bekerja setelah long weekend, tidak ada penjaja
makanan disekitar sini. Kami teringat ada sebuah rumah makan di Jl. Kapt.
Tendean, disebelah Dinas Pendidikan no. 29, segera kami menuju kesana.
Rumah makan ini bernama Depot Soto H. Irin yang menjual soto
Banjar dan sate ayam. Depotnya bersih dan rapih, tempatnya memang tidak besar
tapi cukup lega. Dibagian depan adalah tempat meracik soto dan disampingnya
adalah pembakaran sate. Akhirnya kami memesan soto lagi yang artinya ini soto
Banjar ketiga yang kami makan dan tetap memakai lontong. Seporsi sate ayam
turut kami pesan untuk dimakan bersama.
Ketika soto dihidangkan, warna kuning telur bebek
mendominasi sajian ini, lontong tak terlihat karena tertutup potongan telur
bebek dengan kuning telur yang berhamburan, suwiran ayam, taburan bawang goreng
dan seledri dalam jumlah royal, serta kuah soto yang berwarna bening keputihan.
Wah terbitlah selera kami.
Ketika saya makan, wah enak sekali, seger rasanya, kok sepertinya
soto ini yang paling enak dibandingkan dengan 2 soto sebelumnya, bumbunya jauh
lebih modern dan disesuaikan dengan lidah orang kebanyak, rasanya lebih gurih
dan asin, suwiran ayamnya banyak, semakin nikmat dikucuri air lemon kuit dan
sambal. Satenya juga lumayan enak. Jadi jangan suka menilai makanan dari tempat
atau penampilannya, kadang kita suka terkejut akan kelezatan makanannya.
4.2.
Warung Serabi Vikri (***)
Selesai belanja kerudung, kami berjalan ke arah Jl.
Pahlawan, disana kami menemukan sebuah warung wadai bernama Warung Serabi
Vikri, Jl. Pahlawan no. 2B RT07. Tertarik akan penampilan warung yang bersih, didominasi
warna hijau kuning selang seling, serta rak kaca yang menampilkan tumpukan
wadai, akhirnya kami pun mampir kesini.
Warung menyediakan wadai serabi gula habang, putu
mayang, kokoleh, lupis, selada, laksa dan telur / hintalu. Supaya tak salah
pilih, rak kaca tsb ada namanya didepan kuenya. Kami memesan 3 macam wadai yaitu
serabi, kokoleh dan putu mayang, dicampur dalam 1 piring untuk dimakan
bareng-bareng, padahal perut masih kenyang tapi kapan lagi makan wadai asli
Banjar hehehe.
Tempat makannya bisa duduk di bangku kayu panjang atau diruang
makan lesehan diatas keramik. Wadai pilihan kami rasanya manis dan legit, ada
rasa gurih dari santan, rasa telur dan wangi pandan. Selesai makan kami
istirahat dulu sejenak karena kekenyangan, sembari membayangkan jalan kaki lagi
sekitar 1 km, ke arah hotel karena sudah waktunya check out.
4.3.
Warung Patin (***)
Setelah check out dari hotel, kami dijemput pak Imi
untuk menuju bandara. Tapi mba Sarah mendapat titipan untuk membeli udang dari
suaminya. Jadilah kami mampir dulu ke Warung Patin, Jl. Brigjend H. Hasan Basri
no. 52 RT46 untuk membungkus pesanan. Walaupun namanya warung tapi bangunannya
besar dan luas, atapnya dari aluminium tanpa langit-langit, meja makan dari
kayu, kursinya model untuk ruang rapat / resepsi, dan ada juga tempat makan
lesehannya.
Kami melihat daftar menunya, nyaris sama dengan yang
lain yaitu udang, ikan lais, patin sungai & tambak, haruan, nila, papuyu,
peda, bawal, jelawat, mas, saluang, ayam, sate udang dan cumi. Sebelum memesan
kami dipersilahkan menuju lemari pendingin untuk memilih langsung aneka ikan
dan udang karena beda ukuran dan jenis, harganya pun berbeda.
Saya jadi tertarik memesan patin sungai goreng dan mba
sarah memesan udang dan patin sungai, semuanya untuk dibawa pulang. Patin
sungai lebih mahal dari yang tambak yaitu Rp 35.000, sedangkan udang Rp 75.000
untuk ukuran kecil, kalau yang besar Rp 90.000.
Cukup lama juga kami menunggu proses memasak pesanan
kami, dari bahan baku fresh, lalu dibumbui dan digoreng / dibakar. Sambil
menunggu pesanan, iseng-iseng saya makan rempeyek yang tersedia didalam toples,
eh ternyata enak juga, renyah dan empuk banget. Saya jadi mikir, makanan di Banjar itu antara enak dan enak sekali ya.
4.4.
Mie Bancir, Soto Banjar Bang Khalid (**)
Sebelum ke bandara kami harus makan siang dulu dong, wisata
kuliner Banjar yang terakhir. Ada satu lagi masakan khas Banjar yang harus kami
coba yaitu Mie Bancir atau mie banci, karena penyajiannya mirip mie goreng tapi
mengandung sedikit kuah, tapi bukan mie kuah karena kuahnya terlalu sedikit.
Mie Bancir terbuat dari mie kuning dan dimasak dengan bumbu soto Banjar dan
saos tomat.
Kami menuju rumah makan Soto Banjar Bang Khalid Jl. Lingkar
tengah, Pekapuran Raya, bukan hendak makan soto Banjar lagi, melainkan makan
mie Bancir. Ruang makannya berupa teras depan sebuah rumah yang didominasi
dengan warna hijau. Semua menu harganya sama yaitu @Rp 15.000 untuk mie Bancir,
nasi goreng, soto / nasi sop Banjar, bila pesan ½ porsi harganya menjadi Rp
12.000.
Kami memesan 2 jenis mie Bancir yaitu goreng dan kuah
serta nasi goreng. Sembari menunggu, tersedia cemilan diatas meja berupa kue
akar kelapa, ketika dimakan rasanya gurih dan renyah, jadi ngga mau berhenti
mengunyah.
Sepiring mie bancir dihidangkan diatas piring motif
daun dengan alas daun pisang, tekstur mie tebal, berwarna kemerahan, dimasak
bersama sayuran hijau, ditaburi suwiran ayam, potongan telur bebek dan taburan
bawang goreng. Mie bancir goreng, tanpa kuah alias kering, tapi yang kuah
diberi sedikit kuah nyemek.
Ketika dimakan rasanya manis, maklumlah bumbunya
sama dengan bumbu soto Banjar plus saos tomat. Sedangkan nasi goreng lebih
gurih rasanya, warnanya juga merah, toppingnya sama yaitu memakai suwiran ayam,
potongan telur bebek dan taburan bawang goreng tapi ada tambahan kerupuk dan
irisan ketimun.
4.5.
Bandar Udara Internasional Syamsuddin Noor
Tiba di Bandara Syamsuddin Noor Jl. Angkasa, Landasan
Ulin Utara, kami berpamitan dan mengucapkan banyak terima kasih kepada keluarga
mba Upik yang sangat baik dan penuh perhatian, dalam menyambut dan mendampingi
kami selama berwisata di Banjarmasin, khususnya pak Imi yang setia mengantar
kami kemana-mana.
Kami istirahat dan menunggu cukup lama di ruang tunggu
Bandara karena faktor pesawat delay. Sambil membunuh waktu luang, saya
iseng-iseng mengelilingi ruang tunggu tsb. Ada beberapa media promosi Banjar
dari Musium Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani km. 36 Banjarbaru yang dipasang
dinding bandara yaitu mengenai pakaian pengantin Baamar Galung, pertanian
tradiosional Banjar, kerajinan kuningan, orang Banjar dan kebudayaan sungainya
serta Banjar Banar atau asli Banjar, artinya begitu anda tiba di Bandara
Syamsuddin Noor maka seketika itu pula anda akan bertemu dengan urang Banjar
dan segala keunikan budayanya. “Terima kasih telah mengunjungi Kalimantan
Selatan, selamat jalan, kaina ka sini pulang lah (nanti kesini lagi ya)”.
No comments:
Post a Comment