Saturday, May 20, 2017

Wisata Kuliner & Itinery Kalimantan Selatan, Hari ke-1

Tidak pernah bermimpi rasanya bahwa saya bisa berwisata ke kota Banjarmasin yaitu ibu kota Kalimantan Selatan yang mendapat julukan kota 1000 sungai, karena wilayah kota Banjarmasin merupakan delta atau kepulauan kecil yang dipisahkan oleh sungai-sungai.

Saya berangkat berempat bersama mba Upik, mba Sarah dan mba Ririn, dimana kota Banjarmasin adalah tempat kelahiran mba Upik. Perjalanan tak terlupakan ini saya tuangkan dalam blog, sekaligus berfungsi sebagai itinery Kalimantan Selatan

Sabtu, Hari ke-1

Rencana kepergian kami adalah sejak hari Jumat tg 22 April, sampai hari Selasa tg 25 April, pas ultah mba Upik. Suami yang belum pernah mengunjungi kota Banjarmasin pun jadi tertarik ingin menyusul, tapi karena ada halangan pekerjaan maka dia pergi lebih lambat dan pulang lebih cepat.

Kami berempat pergi dengan pesawat Citilink pk. 7.20 WIB, ada perbedaan waktu Banjarmasin lebih cepat 1 jam dari Jakarta, sehingga kami mendarat di bandara Syamsudin Noor pada pk. 10 WITA. Kami dijemput oleh sepupu mba Upik bernama pak Imi, beliau lah yang akan mengantar kami selama berwisata di Banjarmasin.

1.1.     Depot Barokah / Inan (***)


Tujuan pertama kami setelah mendarat di kota Banjar adalah makan siang. Maklumlah perut kami sudah lapar karena kami pergi dari rumah sejak Subuh. Kami tiba di Depot Barokah / Inan, Jl. Darul Hijrah Perum Widya Citra Pesona no. 124, RT027 RW008, Loktabat Utara, kota Banjarbaru, masih satu kota dengan bandara Syamsudin Noor. Rumah makan ini menyediakan masakan khas Banjar, bakaran ikan, dll.

Rumah makan ini terdiri dari beberapa bangunan yang terpisah yaitu dapur dan ruang makan lesehan didalam saung-saung bambu. Kami menuju saung yang terletak dipaling belakang, dari sana kami bisa melihat dengan jelas proses bakaran ikan dll.

Tak ada daftar menu disini, mba Upik dan pak Imi langsung memesankan kami ikan papuyu, ikan haruan, ikan lais, baik digoreng maupun dibakar serta aneka sayuran.  Minuman wajib selama di Banjar adalah air jeruk, karena Kalsel terkenal akan hasil perkebunan jeruk. Sedangkan masakan khas Banjar adalah masakan ikan air tawar, khususnya ikan sungai, yang merupakan hasil perikanan unggulan Kalsel.





Saya melihat proses bakaran ikan adalah setelah ikan dikerat-kerat dagingnya, dicelupkan ke dalam air bumbu berwarna merah lalu dibakar diatas arang. Ada juga udang sebesar lobster yaitu udang galah, yang sedang dibakar.


Ketika minuman air jeruk datang, dari warnanya saja yang kuning orange sudah bisa ditebak rasanya, pasti manis dan terbukti sudah. Kemudian setiap orang mendapat sepiring acar yang berisi irisan mangga muda, bawang merah, limau kuit dan cabai rawit merah dalam kuah asin.



Kemudian datang sajian utama kami yaitu bakaran ikan papuyu. Ikan ini bentuknya kecil dan berwarna kehitaman, sehingga seporsi ikan berisi 2 ekor ikan papuyu. Ketika ku makan, tekstur daging papuyu lembut sekali dan rasanya agak manis, rendaman bumbu berwarna merah itu sama sekali tidak pedas. Tapi hati-hati ketika makan ikan ini karena banyak duri didalamnya. Bedanya dengan papuyu goreng adalah rasanya lebih gurih karena pengaruh bumbu. Didaerah lain, ikan papuyu disebut juga dengan ikan betok.


Ikan kedua adalah ikan haruan atau ikan gabus, bentuknya panjang dan kepalanya gepeng mirip kepala ular, warnanya kehitaman, dagingnya empuk, rasanya juga agak manis dan mengandung banyak duri juga.


Yang paling enak adalah ikan lais goreng yaitu ikan yang bentuknya unik, agak pipih dan panjang, berwarna kuning keemasan, rasanya garing, gurih dan lezat. Ketiga jenis ikan ini rasanya enak semua tapi juaranya adalah ikan lais yang rasanya paling gurih, sedangkan ikan papuyu dan haruan rasanya cenderung agak manis.


Makan ikan semakin mantap bila memakai sambal. Sambal terbuat dari cabai rawit merah Banjar yang rasanya jauh lebih pedas dari pada cabai rawit dari Jawa. Sambal dikucuri air limau kuit yang rasanya asam dan khas.






Sebagai pelengkap disajikan 5 jenis sayuran yaitu terong bakar tapi terong berwarna putih karena setelah dibakar kemudian dikupas, lalu disajikan dalam keadaan terpotong-potong. Kedua adalah urab yaitu sayuran rebus berisi daun keladi atau daun ketela, kacang panjang dan toge, ditaburi kelapa parut kukus berwarna orange, bumbu urabnya enak dan tidak pedas. Yang ketiga adalah sayur bening, berisi sayur daun keladi, jagung, labu kuning dan labu siam. Keempat adalah sayur mirip lodeh yaitu gangan santan, berisi daun keladi dan talas, santannya encer sekali, sehingga sajian ini terasa ringan dan menyehatkan. Kelima adalah lalapan yaitu sayuran rebus daun singkong, kacang panjang, kecipir dan terong mini. Aneka sayuran ini benar-benar fresh, empuk dan tidak pahit.

Selesai makan kami selonjoran dulu saking kenyangnya, sedikit terlena, sampai tidak sadar bahwa makanan kami sudah dibayarin dan saya tidak tau harganya, hahaha.

Toko Aliya - Kampung Sasirangan


Perjalanan dari kota Banjarbaru menuju ibukota Banjarmasin memerlukan waktu tidak sampai 1 jam. Perjalanan lancar dan arahnya lurus saja, jadi hati-hati bila kekenyangan, bisa ngantuk. Tujuan kami selanjutnya  adalah Kampoeng BNI Sasirangan Banjarmasin atau disingkat menjadi Kampung Sasirangan, lokasinya di Jl. Seberang Masjid.

Kampung Sasirangan merupakan pusat penjualan kain Sasirangan yaitu kain tradisional khas Kalimantan Selatan, yang menjadi cinderamata favorit para turis yang berkunjung ke Kalsel. Selain kain, tersedia juga baju, kerudung, dompet, gantungan kunci, sandal, taplak meja, tempat tisu, kopiah, dll.

Kebetulan mba Upik punya saudara yang bekerja sebagai pengrajin sasirangan, sehingga kami diberi petunjuk sebuah toko sasirangan yang menjual produk berkualitas, dengan motif memikat, dengan harga terjangkau yaitu Toko Aliya Jl. Seberang Masjid gg. II Sazali no. 10 RT05, tidak begitu jauh dari gerbang Kampung Sasirangan.

Bangunan Toko Aliya ini hanya berupa toko kecil saja dengan ruangan terbuka. Tapi kain-kain yang dipajang memang terbukti memikat, bagus dan cerah motifnya. Saya yang kurang suka membeli kain karena sulit menemukan penjahit yang cocok, menjadi terpukau dengan keindahan motif sasirangan, lalu membeli sebuah kain sasirangan ukuran 2 meter seharga Rp 85.000 untuk kenang-kenangan.

Selain itu saya menemukan kerudung motif sasirangan bentuk segi empat dengan harga Rp 20.000, segera saya membeli beberapa buah kerudung untuk oleh-oleh mamah, adik dan sahabat. Selain toko Aliya, masih banyak toko sasirangan yang tersebar di kampung ini, baik toko kecil yang sederhana maupun toko besar dan mewah.

1.2.     Pasar Terapung Siring Tendean – Sabtu sore


Dari Kampung Sasirangan kami menuju Pasar Terapung Siring Tendean yang letaknya sangat dekat, tinggal berjalan lurus saja, di sepanjang Jl. Kapt. Tendean. Andalan parawisata kota Banjarmasin adalah wisata susur sungai, dimulai dari Siring Tendean, kilometer 0, yaitu titik awal dimana jarak antar tempat di Banjarmasin mulai dihitung.

Siring Tendean adalah kawasan parawisata dalam kota Banjarmasin, dimana siring artinya pembatas sungai untuk memperkokoh tepian sungai agar tidak mudah longsor, disepanjang siring diberi pedestrian atau trotoar bagi pejalan kaki untuk menikmati suasana kota.

Setiap weekend banyak pedagang yang datang dengan perahu, kemudian parkir dan berjualan di sisi sungai sepanjang Siring Tendean yakni sungai Martapura yang merupakan sungai terbesar di Banjarmasin sehingga disebut Pasar Terapung Siring Tendean.

Saat malam hari, banyak pedagang yang menggelar karpet sebagai tempat jajan dan bersantai disepanjang Siring Tendean, sedangkan hari Minggu pagi akan digelar CFD di sepanjang Jl. Kapt. Tendean.

Di Siring Tendean banyak tersedia kelotok yaitu perahu kayu bermesin yang bisa mengantar penumpang menyusuri sungai sepanjang Siring Tendean dengan tarif Rp 5.000 per orang. Kami pun tak melewatkan kesempatan ini, segera naik ke dalam perahu. Bila ingin duduk didalam perahu, tinggi perahu hanya cukup untuk duduk saja, jadi kalau mau duduk diujung perahu, harus merangkak dulu melintas di dalam perahu, atau berjalan di atap perahu agar lebih mudah. Kebanyakan penumpang duduk diatap perahu karena lebih leluasa menikmati pemandangan dan menjepretkan kamera.

Perjalanan kelotok ini melewati rumah Anno, rumah khas Banjar yang dibangun th 1925 dan patung Bekantan sebagai ikon kota Banjarmasin, dimana dari dalam mulut Bekantan keluar air mancur yang bisa bergeser, mirip dengan patung Merlion ikon kota Singapore.




Turun dari perahu, kami segera menuju Pasar Terapung, dimana sebagian besar pedagang adalah kaum perempuan. Mereka membawa hasil perkebunan dan pertanian, kebanyakan adalah buah-buahan dan sayuran, ada juga yang menjual makanan dan wadai atau kue-kue khas Banjar.




Harga dagangan disini sangat murah dibandingkan Jakarta. Buah yang paling berlimpah adalah jeruk dan pisang. Ada 3 jenis jeruk khas Banjar yaitu limau madang yaitu jeruk yang mirip dengan jeruk medan, rasanya manis dengan semburat rasa asam, lalu jeruk siam Banjar yang ukurannya besar, rasanya manis tanpa rasa asam, mirip jeruk baby, harganya Rp 10.000 per 12 butir serta jeruk limau kuit sebagai pelengkap rasa masakan dan sambal, harganya Rp 5.000 per 3 butir. Harga pisang per sisir adalah Rp 5.000, kalau cabai rawit sama mahalnya yaitu Rp 30.000 per liter.


Selain itu saya juga melihat potongan tebu yang sudah dikupas dan ditusuk bambu, harganya Rp 1.000 seikat, kemudian rupa-rupa wadai mulai dari harga Rp 2.000. Saya sempat makan wadai papare atau kue yang dibentuk mirip pare, warnanya hijau, terbuat dari ketan dan diisi unti kelapa parut gula merah, mirip kue bugis. Saya jadi teringat ibu, andai tidak ada biaya kelebihan bagasi pesawat, saya pasti memborong aneka buah dan sayuran ini.

1.3.     Hotel Summer Bed ‘N Breakfast


Hotel tempat saya menginap sudah menelpon yaitu Hotel Summer Bed ‘N Breakfast. Saya segera kesana untuk check in. Saya menginap bersama suami yang datang menyusul nanti malam, sedangkan ketiga teman saya akan menginap di rumah pak Imi.




Hotel ini letaknya sangat strategis yaitu di jantung kota Banjarmasin, di Jl. Veteran no. 3, sangat dekat dengan Siring Tendean. Kelebihan hotel ini selain letaknya yang sangat strategis adalah tempatnya bagus, bersih dengan harga terjangkau. Hotel yang didominasi dengan warna kuning - putih ini menimbulkan kesan clean, interiornya bergaya young and casual, keren, instagenic dan banyak hiasan mural di dinding. Walaupun harganya murah, saya booking kamar ini tanpa breakfast karena rencana kami adalah mengeksploitasi kuliner Banjar, sarapan pagi di hotel bakal mubajir, sehingga saya hanya membayar Rp 330.000 per malam. Dilantai paling atas terdapat Rooftop Lounge yaitu resto hotel ini yang berfungsi sebagai tempat breakfast, buka sampai pk. 11 malam serta menyajikan live music sebagai hiburan.

1.4.     Warung Soto Kuin Pangeran Samudera (**)


Tujuan terakhir kami hari ini adalah makan malam. Kuliner wajib selama di Banjarmasin adalah makan soto Banjar atau soto ayam khas Banjar. Banyak sekali pedagang soto Banjar bertebaran dikota ini diantaranya adalah Warung Soto Kuin Pangeran Samudera di Jl. Pangeran, Kuin Utara. Daerah ini merupakan tempat kelahiran mba Upik dan tempat tinggal sanak saudara mba upik.



Jl. Pangeran berada disisi sungai, dan rumah-rumah di sepanjang sungai berupa rumah kayu dengan pondasi berupa tiang kayu yang menancap di pinggir sungai. Sedangkan warung soto yang kami tuju berada diseberang jalan. Bangunan warung terbuat dari kayu, ditengah adalah tempat meracik soto, kami duduk di bangku kayu panjang disekeliling warung. Didepan ada sebuah rak kaca berisi telur bebek, perkedel berukuran jumbo dan ayam kampung berukuran besar.


Kami semua memesan soto Banjar dengan lontong yaitu irisan lontong bercampur dengan irisan telur, bihun, suwiran ayam, sepotong perkedel, disiram kuah soto berwarna putih, ditaburi bawang goreng dan seledri, secara keseluruhan penampilan soto terlihat pucat. Ketika dimakan, kuah soto terasa ringan dan berempah, tidak tercecap rasa santan maupun susu, citarasanya gurih tapi tidak begitu asin. Tekstur perkedelnya lembut, ternyata berasal dari singkong, sedangkan telur yang dipakai adalah telur bebek. Rasa soto ini semakin memikat bila ditambah kucuran air jeruk limau kuit dan sambal cabai rawit.

Selain soto Banjar, warung ini juga menyajikan mie berwarna merah, mirip mie goreng Jawa. Ketika akan membayar rupanya kami kembali ditraktir kerabat mba Upik yang tinggal disana, alhamdulillah. Maklumlah mba Upik sudah beberapa tahun tidak pulang kampung, jadi penyambutannya luar biasa, hehehe.

1 comment:

Anonymous said...

Hai Gan... Artikel Yang Sangat Bagus dan Memberikan Informasi Yang Bermanfaat..^^
Terima Kasih^^
Dan Mohon Untuk Izin Comment yah Gan^^

RameVip Pelopor Judi Online Resmi Dan Terpercaya Di Asia

JUDI BOLA ONLINE
JUDI LIVE CASINO
JUDI SLOT ONLINE
JUDI SABUNG AYAM
JUDI LIVE TOGEL
JUDI TEMBAK IKAN

BURUAN DAFTAR DI RameVip
Min Depo : Rp 25.000,-

BONUSNYA MELIMPAH BOSKU

BONUS NEW MEMBER 20%
BONUS HARIAN 5%
CASHBACK SPORTS 7%
CASHBACK MIXPARLAY 100%
KOMISI CASINO DAN SLOT 1%
CASHBACK CASINO DAN SLOT 5%

KETERANGAN LEBIH LANJUT HUBUNGI :
LIVE CHAT 24 JAM
Line : CS_RAMEVIP
WA : +6282211732712
LINK : WWW*RAMEVIP*COM

GABUNG DAN JADI JUTAWAN DI RAMEVIP PELOPOR JUDI ONLINE RESMI DI ASIA