Hari
Sabtu tanggal 24 Desember, secara mendadak suami mengajak saya ke Cirebon.
Setelah pasti mendapat kamar di Hotel Neo, kami pun berangkat sehabis Ashar.
Sempat telfon dulu ke info jalan tol, kami mendapat informasi bahwa tol Jakarta
Cikampek Cipali dalam keadaan lancar. Hal ini kami buktikan ketika perjalanan
kami tempuh dalam waktu 4 jam saja. Dua hari satu malam, makan makan apa saja
di Cirebon, ini dia ulasannya.
H. Moel Seafood & Chinese Food Jl.
Kalibaru Selatan no. 31 (*)
Makan
malam apa di kota Cirebon ? Saya pernah membaca ulasan kuliner bahwa salah satu
kuliner terkenal di Cirebon adalah masakan seafood H. Moel. Ketika saya googling,
terdapat 2 tempat makan seafood H. Moel yaitu di Jl. Kalibaru Selatan dan di
Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo. Karena jarak terdekat dari Hotel Neo adalah Jl. Kalibaru
Selatan maka kami pun menuju kesana. Hujan turun cukup deras di kota Cirebon, saat
kami tiba didepan H. Moel Seafood & Chinese Food, resto tidak begitu ramai
oleh pengunjung.
Karena
kami tidak mau makan seafood berkolestrol tinggi maka kami hendak memesan masakan
ikan. Hanya ada 2 jenis ikan disini yaitu ikan bawal dan ikan kakap. Sebenarnya
kami kurang berselera pada kedua jenis ikan tsb tapi apa boleh buat, akhirnya kami
memesan menu ikan bawal bakar. Untuk menu sayurannya, kami memesan kailan polos
dan seporsi sambal dabu-dabu yang tidak tercantum dalam buku menu.
Tak
begitu lama ikan pesanan kami pun datang, ikan bawal bakar kecap disajikan
dihadapan kami, berwarna kecoklatan dengan jejak bakaran. Ketika dimakan, bumbu
ikan rasanya manis kecap biasa, tidak begitu istimewa, begitu pula dengan
kailannya.
Katanya
masakan unggulan disini adalah masakan kepiting, tapi sayang belum sempat kami
coba. Harga 1 ekor ikan bawal bakar adalah Rp 75.000, kailan Rp 35.000, sambal
dabu-dabu Rp 10.000, 1 bakul nasi Rp 12.000, jus tomat Rp 20.000 dan teh tawar
Rp 1.000.
Ketika
meninggalkan resto ini, beberapa meter kemudian kami melewati sebuah rumah
makan seafood H. Moel lagi, yang lebih ramai, lebih terang dan lebih kinclong
penampakannya dari pada H. Moel tempat kami makan. Rupanya ada 2 resto H. Moel
di Jl. Kalibaru Selatan ini. Yang kami makan adalah no. 31 dan yang lebih
kinclong adalah no. 39, dimana H. Moel no. 39 ternyata merupakan rumah makan H.
Moel pusat dan berasal dari warung tenda milik pak H. Moel. Sedangkan rumah
makan H. Moel Jl. Dr. Cipto Mangunkusumo adalah milik anak tertua H. Moel. Jadi
jangan sampai salah pilih bila ingin makan di seafood H. Moel yang asli.
Nasi Lengko H. Barno Jl. Pagongan No.
15 B (Jl. Suryanegara) (***)
Jam
10 pagi suami saya berhenti di depan rumah makan nasi Lengko H. Barno Jl.
Pagongan No. 15 B, sekarang Jl. Suryanegara. Ceritanya mau brunch setelah jalan
kaki di CFD. Karena saya masih kenyang breakfast di hotel, jadi saya langsung memesan
es duren yang mangkal di depan kedai H. Barno. Ketika saya masuk, ternyata
suami telah memesankan setengah porsi sate kambing untuk saya, dan sepiring
nasi Lengko untuk dia sendiri. Waduh gawat pikir saya, makan es duren
berbarengan dengan sate kambing, membuat saya agak was was. Tapi apa boleh
buat, makanan sudah terlanjur dipesan.
Dalam
waktu sekejap pesanan kami sudah datang. Sepiring nasi Lengko adalah nasi putih
diberi topping irisan tempe dan tahu goreng, irisan ketimun segar, toge rebus,
taburan kucai dan bawang goreng, siraman sambal kacang dan kucuran kecap. Potongan
tahu tempe masih panas baru keluar dari penggorengan. Dimeja sudah tersedia
setoples acar, sebotol kecap manis sedang cap Matahari yang merupakan kecap
khas andalan nasi Lengko Cirebon serta kerupuk aci.
Makan
nasi lengko ini sangat menyegarkan, sambal kacangnya pedas sedang, tempe
tahunya enak, cocok bagi penggemar makan vegetarian. Tapi bila ingin makan
bersama lauk, sangat pas disantap dengan sate kambing. Setengah porsi sate
kambing berisi 10 tusuk. Setiap tusuk berisi 1 potong lemak yang diapit oleh 2
potong daging. Sate diberi bumbu kecap dan sambal kacang. Sate dibakar dengan
tingkat kematangan sedang, tidak begitu gosong. Tekstur daging ada yang mudah dikunyah
dan ada yang sulit dikunyah.
Es
durennya enak banget, 2 biji duren ditutupi oleh es puter dan disiram sirup
Tjampolay, ala mak enaknya, tekstur es puter lembut, rasanya manis sedikit gurih,
semakin legit ketika dimakan bersama duren, benar-benar memabukkan.
Toko P & D Ruby Jl. Tentara
Pelajar (**)
Ketika
melewati Jl. Tentara Pelajar, kami melihat sebuah toko bernama P & D Ruby. Tampak
kendaraan pengunjung memenuhi tempat tsb. Kami jadi penasaran, apa sih Toko P
& D itu ? Setelah googling, diketahui bahwa P & D adalah singkatan dari
Proviand & Drank, artinya makanan dan minuman dalam bahasa Belanda.
Toko
P & D Ruby ini rupanya toko bakery terkenal di Cirebon karena sudah lama berdiri
dan sangat komplit isinya seperti roti, kue basah, kue kering / cookies, bolu,
cake, puding, snack, nasi bungkus, minuman kemasan dan oleh-oleh khas Cirebon,
komplit sekali.
Bila
ditanya, makanan apa yang favorit disini, tentunya masing-masing orang punya
kebutuhan dan kesukaannya masing-masing. Tapi kalau saya perhatian banyak pengunjung
menyerbu etalase kue-kue basah lalu favorite kedua adalah rotinya. Kami sendiri
hanya membeli roti untuk bekal dalam perjalanan pulang.
Empal Gentong & Empal Asem H. Apud
Jl. H. Juanda (***)
Kota
Cirebon identik dengan empal gentong. Di Jl. H. Juanda terdapat 2 tempat makan
empal gentong yang berdekatan dan sama-sama terkenal yaitu empal gentong Amarta
di no. 37 dan H. Apud di no. 24. Karena saya sudah pernah makan di Amarta maka
kami melangkahkan kaki ke H. Apud. Berikut beberapa perbedaan antara empal
gentong Amarta dan H. Apud.
Pertama
adalah ruang makan H. Apud lebih luas dari pada Amarta. Tapi menu yang
disajikan tetap sama yaitu empal gentong, empal asam dan sate kambing. Dimeja
sudah tersedia acar, cabe bubuk kering, kerupuk putih dan kerupuk rambak. Saya
kembali memesan empal asem dan suami memesan empal gentong dengan isian daging
saja tanpa jeroan.
Empal
asem H. Apud penampilannya mirip soto Bandung yaitu kuahnya bening, sedikit
keruh, sehingga terlihat dengan jelas potongan daging, potongan tipis belimbing
wuluh, tomat, taburan daun bawang, kucai minus bawang goreng. Sedangkan empal
asem Amarta, kuahnya sangat keruh tanpa potongan belimbing wuluh, sama-sama
mengandung potongan tomat, daun bawang, kucai plus bawang goreng. Rasanya
sama-sama enak, dagingnya juga empuk sekali, kadar keasamannya pas tapi monggo
wae bila ingin ditambah kucuran jeruk nipis, semakin enak bila ditambah cabe
bubuk dan sambal serta kerupuk.
Saya
memang tidak makan empal gentong tapi mencipipi juga sedikit. Penampilan empal
gentong H. Apud mirip soto Bogor karena kuah santan berwarna kuning cerah,
dengan taburan bawang goreng dan kucai. Sedangkan empal gentong Amarta warnanya
keruh, kuning kecoklatan, dengan taburan bawang goreng dan kucai.
Ada satu hal
yang sangat mengganggu kelezatan makan di H. Apud yaitu tekstur nasi putihnya
keras dan pera. Kalau begini caranya lebih baik dimakan bersama lontong saja.
Seingat
ku menu di Amarta hanya terbatas empal gentong, empal asem dan sate kambing,
tapi di H. Apud tersedia juga nasi lengko Pagongan (nama jalan pusat nasi
lengko), serta tahu gejrot yang saya lihat diantar dari abang penjual samping
H. Apud.
Harga
empal gentong & empal asem H. Apud adalah @Rp 22.000, nasi Rp 5.000, rambak
Rp 3.000, sebungkus kerupuk aci isinya banyak tapi kita boleh makan hanya satu
saja yaitu Rp 1.500, es kelapa Rp 12.000 dan es jeruk Rp 8.000.
Bila
ditanya enak mana antara Amarta dan H. Apud, saya tidak bisa menjawab karena
masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya sendiri. Tapi bila saya balik
lagi ke Cirebon untuk makan empal gentong, sepertinya saya mau mencoba buatan
rumah makan lain karena di Cirebon ini terdapat puluhan penjual empal gentong,
baik yang dijajakan secara tradisional memakai gentong tanah liat, dimana
daging sudah tercampur dalam kuah, atau dijajakan secara praktis yaitu daging
baru dimasukkan ke mangkok lalu disiram kuah ketika ada pesanan, seperti di
Amarta dan H. Apud ini.
No comments:
Post a Comment