Alm.
ayah mertua saya punya menu sarapan favorit yaitu nasi uduk. Tapi bukan
sembarang nasi uduk melainkan nasi uduk yang berada di kawasan Glodok,
sedangkan rumah mertua berada di Cinere. Suami yang tiba-tiba kangen bapak, ingin
makan nasi uduk fav beliau. Untunglah supir saya pernah mengantar beliau
sarapan kesana, sehingga kami bertiga berangkat kesana pada hari Minggu pagi
pk. 7.
Perjalanan
kami cukup jauh dan memutar akibat CFD. Patokannya adalah Lindeteves Trade
Center Jl. Hayam Wuruk, lalu belok kiri ke Jl. Labu, lalu belok kanan ke Jl.
Mangga Besar I, dijajaran sebelah kiri, cari bangunan no. 42C, sangat mudah dan
jelas karena terlihat ruang makan terbuka dipenuhi oleh pengunjung, sebuah spanduk
bertuliskan “Ayam Goreng Buni” terpampang diatasnya.
Ketika
kami masuk, ada ruang makan ber AC dibagian dalam, tapi kami memilih duduk di
ruang makan terbuka disamping dapur. Wajan besar untuk menggoreng ayam terletak
dipaling depan, etalase berisi panci-panci lauk pauk berada disampingnya.
Selain nasi uduk dan ayam goreng, tersedia juga ketupat sayur dengan pelengkap
semur : jengkol, tempe, tahu dan telur, lalu gorengan : tempe, tahu, ati ampela
dan bakwan jagung. Saya memesan nasi uduk, ayam goreng dan bakwan jagung,
sedangkan suami memesan ketupat sayur dengan ayam goreng.
Tak
perlu waktu lama, pesanan kami pun segera diantar ke meja. Nasi uduk ditaburi bawang
goreng, rasanya enak dan pulen, memang tidak begitu asin karena akan bersanding
dengan lauk ayam goreng kampung dan bumbu kremesannya yang sudah gurih. Kremesannya
terbuat dari bumbu ayam dan cincangan bawang putih kasar yang digoreng hingga kering
dan kecoklatan. Semakin nikmat rasanya bila dicocol kedalam sambal kacang yang
rasanya jeletot.
Bakwan jagung pun berwarna coklat, serupa dengan ayam,
disajikan dalam keadaan terpotong-potong. Walaupun bagian luarnya coklat dan
garing tapi rasanya tetap empuk, bagian dalamnya tetap lembab, rasa manis
jagung dibalut bumbu yang gurih, tercecap dilidah.
Kemudian
ku cicipi ketupat sayur yang disiram sayur labu siam buncis dan taburan bawang
goreng. Suami yang penggemar pedas, menyiram sambal cabe rawit merah yang rasanya
lebih jeletot dibanding sambal kacang. Lontongnya empuk dan pulen, citarasa sayur
labu buncis nya enak dan mantap.
Semua
hidangan ini layak disebut juara. Tak heran, rupanya rumah makan ini sudah lama
berdiri, umurnya lebih tua dari umur saya, berasal dari warung di Jl.
Buni, sekarang merupakan bangunan permanen di Jl. Mangga Besar I.
Karena
citarasa sajian disini diatas rata-rata, begitu pula dengan dengan harganya,
yaitu ayam per potong Rp 19.000, ketupat sayur Rp 17.000 dan nasi uduk Rp
8.000. Kami pesan minuman teh tawar hangat dan es teh tawar, tapi tidak ada
tagihannya di bon.
No comments:
Post a Comment