Gara-gara
kalap makan aneka cemilan di Floating market Lembang, kami berempat jadi telat
makan siang. Hari itu Bandung hujan deras dan rencana kami semula untuk makan
siang di One Eighty Cafe menjadi batal karena jalanan super macet. Jadwal kami
selanjutnya adalah belanja di FO Heritage maka sekalian saja mencari tempat
makan dekat sana. Kami
muncul dari Jl. Cimauk, belok kanan menuju Jl. LLRE Martadinata. Rupanya dipertemuan
jalan tsb ada sebuah resto bernama Paviliun Sunda, di Jl. Jl. LLRE Martadinata
no. 97 dan langsung saja kami masuk ke area parkir.
Ketika
kami sampai disana, saya melihat bahwa bangunan resto ini berasal dari bangunan
tua jaman Belanja yang direnovasi menjadi baru dan cantik. Langit-langit yang
tinggi, pintu dan jendela yang lebar dan banyak, dengan tiang-tiang penyangga,
membuat ruang makan ini dingin walapun tanpa AC. Sebagian lantainya masih
memakai keramik lama dengan motif etnik sehingga menguatkan kesan bangunan
heritage. Tapi jangan salah loh, wargi Bandung pasti tahu, bila bangunan resto
ini dulunya adalah bekas rumah sakit bersalin. Tapi sekarang kesan itu sudah hilang
sama sekali, berganti menjadi sebuah bangunan yang cantik dan elegan.
Ruang
makan berisi meja dan kursi yang terbuat dari kayu kokoh dan besar untuk makan berombongan.
Ruang makan luas, lebar dan memanjang ke belakang. Ketika masuk, kami disambut
oleh pelayan perempuan berseragam batik dan langsung diantar ke meja prasmanan
untuk memilih lauk.
Sebuah
lemari pendingin berisi aneka ikan segar, bisa langsung dipilih dan dimasak
sesuai keinginan. Kami memilih ikan gurame berukuran besar, cukup untuk 4 orang,
untuk digoreng serta udang bumbu saos padang. Dari meja prasmanan kami memilih
tahu goreng, perkedel jagung, perkedel cimplung, sate usus ayam, jamur crispy
yang terlihat menggoda, orak arik bunga pepaya, sambal dadak dan lalapan
mentah. Karena penasaran, kami memesan 2 nasi tutug oncom ditambah 2 nasi putih.
Setelah itu barulah kami duduk disamping jendela besar, yang mengantarkan
semilir angin dan udara yang dingin. Empat gelas teh panas gratis diantar ke meja
kami, cocok untuk mengusir kepenatan tubuh.
Ketika
pesanan tiba, segera saya ambil foto makanan dengan gerakan cepat karena perut sudah
tak tahan lagi, hahaha. Pertama ku cicipi nasi tutug oncom, rasanya sudah
disesuaikan dengan lidah pada umumnya, sehingga rasa dan aroma oncom, kencur dan
cabe terasa halus, tidak setajam aslinya, nasinya pun pulen menambah
kenikmatan.
Gurame
goreng berwarna coklat garing, berdiri melengkung dengan bagian badan tersayat-sayat.
Ketika ku ambil dan cocolkan ke sambal kecap, rasanya enak sih tetapi digoreng
terlalu kering sehingga bagian dalam daging sudah tidak lembab lagi. Udang saos
padang adalah udang yang dimasak bersama saus berwarna merah dan kental, irisan aneka bawang dan cabe. Ketika kucicipi,
wuah pedasnya, rupanya ada irisan cabe rawit merah yang turut andil memberi
rasa pedas yang dasyat.
Untuk
orak arik bunga pepaya, saya cicipi dulu sedikit karena khawatir terasa pahit, tapi
ternyata rasanya enak, rasa pahit hanya terlintas sedikit. Jamur crispy terbuat
dari suwiran jamur tiram, rasanya enak, garing, kriuk tapi empuk, sedangkan
gorengan perkedel jagung dan cimplung rasanya biasa saja.
Saking
laparnya, kami sampai lupa memesan kerupuk, pelengkap yang paling afdol bila
makan masakan sunda. Selesai makan kami segera minta bonnya karena ingin melanjutkan
acara belanja. Harga yang paling mahal adalah gurame goreng yaitu Rp 89.500, udang
saus padang Rp 48.500, pak supir memesan ayam ala Paviliun Rp 21.900, pelengkap
lainnya adalah tahu Rp 7.500, perkedel jagung dan cimplung @Rp 7.000, bunga
pepaya Rp 12.500, usus ayam Rp 5.500, nasi tutug Rp 15.000, nasi putih Rp
5.900, lalap Rp 4.000 dan sambal Rp 3.000.
Buat
wargi Bandung yang malas keluar rumah karena jalanan macet oleh kendaraan orang
Jakarta, hehehe, tersedia layanan free delivery untuk paket nasi box mulai
harga Rp 30.000 untuk nasi box ayam goreng, sampai harga Rp 55.000 untuk nasi
box gurame atau paket tumpeng mini, hmm enaknya.
No comments:
Post a Comment