Akhirnya kesempatan untuk makan
siang di Waroeng Spesial Sambal (SS) tercapai juga. Maklumlah karena letaknya
yang jauh dari rumah yaitu di jl. Margonda raya Depok, kami jadi agak malas
menyambanginya. Nama warung ini sudah wara wiri didunia perkulineran khususnya
bagi para penggemar sambal tingkat tinggi. Sebenarnya saya sendiri hanya
pemakan sambal kelas pemula, tetapi suami saya penyuka sambal kelas advance. Jadi
saya terobsesi ingin mengajak suami makan disini untuk membuktikan apakah
memang dia layak berada dikelas advance sesuai dengan pengakuannya. Nah mari
kita buktikan.
Ketika kami datang, diatas
pintu masuk terpasang sebuah spanduk bertuliskan : 31 sambal, 29 lauk, 11
sayuran, 21 minuman. Aha, iklan yang menarik karena jumlah menu sambal lebih
banyak dari lauknya. Walaupun namanya warung, tempat makan ini berada disebuah
bangunan pemanen yang cukup luas, sederhana tapi bersih dan rapih. Ruangannya
tidak ber AC, langit-langitnya tinggi, terbuat dari bambu, sehingga suasananya menjadi
sejuk. Ketika masuk, kami dipersilahkan memilih tempat duduk dikursi atau dilesehan.
Pelayan memberikan
selembar kertas yang berisi daftar menu dan harganya. Wah murah-murah banget
ya. Harga sambal paling murah Rp 1.500 yaitu sambal lombok hijau, sedangkan
yang paling mahal saja Rp 6.000 yaitu sambal udang. Untuk lauknya yang paling
mahal adalah gurame goreng Rp 30.000 sedangkan yang paling murah adalah tahu /
tempe Rp 3.500. Asiknya lagi tersedia bermacam macam jus dengan harga paling
mahal Rp 8.500 yaitu jus gobal gabul dan paling yang murah Rp 5.000.
Karena bingung ketika memilih
pesanan, kamipun minta rekomendasi dari pelayannya. Pilihan kami adalah 3 jenis
sambal yaitu sambal terasi segar, sambal bawang dan sambal udang pedas. Untuk
lauknya kami memesan ayam kosek, sapi goreng, ikan nila goreng, jamur goreng,
tahu tempe goreng & plecing jawa. Untuk minumannya kami pesan jus nangka
dan jus gobal gabul.
Topnya lagi, baru saja
kami selesai cuci tangan bergantian ke wastafel, pesanan kami pun tiba dengan
cepat dan masih panas. Semua lauk dan sambal masing masing disajikan diatas
mangkuk tanah liat yang beralaskan daun pisang. Tak lupa kami pesan krupuk
sebagai penawar rasa pedas. Mari saya bahas satu persatu.
Pertama ayam kosek, yaitu
ayam goreng yang diatasnya dilumuri sambal rawit hijau, ketika dimakan wuih aku
menyerah, tidak cocok bagi pemula seperti saya. Lauk saya sih ikan nila goreng
yang saya cocol kedalam sambal bawang, yaitu sambal matang hasil ulekan cabe
merah dengan bawang, hmm yang ini enak, tingkat kepedasannya masih bisa
ditolerir. Kemudian saya ambil jamur gorengnya, yaitu jamur tiram yang digoreng
tepung, garing diluarnya dan berwarna putih. Jamur ini favorit saya, rasanya
gurih dan semakin mantap ketika dicocol kedalam sambal udangnya. Hmm sambal
udangnya enak, yaitu sambal cabe merah yang matang, diulek bersama sedikit cabe
rawit hijau, dan diberi beberapa potong udang serta irisan tomat.
Setelah beberapa saat asik
menikmati makanan, saya pun bertanya kepada suami, “bagaimana sambalnya, pedas
ngga ?” “Ngga, biasa saja” jawabnya. “Terus sambal mana yang paling pedas ?”
tanya saya kembali. Suami saya menunjuk sambal terasinya. Saya pun mendongak
melihat wajahnya. Oh alangkah terkejutnya saya, saking asyiknya saya menikmati
makanan, pandangan focus kepada makanan, maka saya baru melihat wajah suami
saya. Matanya berkaca-kaca, titik titik keringat keluar dari pori pori
wajahnya, serta mukanya sedikit pucat pasi. Hua ha ha ha ha saya pun tertawa
geli, rupanya suami saya gengsi untuk mengakui bahwa dia telah dikalahkan oleh rasa
pedas sambal tersebut. Sambal terasi tersebut merupakan sambal cabe merah yang masih
segar & mentah. Saya sih sama sekali tak berminat mencicipinya, pasti nggak
kuat.
Makan kembali kami
lanjutkan. Tahu tempe gorengnya rupanya bukan cuma 1 potong loh melainkan 3
potong tempe dan 4 potong tahu. Yang terakhir plecingnya, menurut kami sih
bumbunya kurang cocok bagi lidah kami karena rasanya agak manis dan sepertinya
memakai petis, teksturnya kental dan warnanya merah kehitaman mirip bumbu rujak.
Akhirnya hanya kangkungnya saja yang kami makan. Setelah selesai makan, saya
baru sadar, semua lauk dan sambal habis kecuali sambal terasinya.
Rasa pedas ini kemudian
kami bilas dengan segelas jus. Jus gobal gabul itu rupanya jus buah mix, boleh
pilih 2 macam buah apa saja tergantung selera kita. Bukan cuma jus gobal gabul
saja yang namanya unik. Rupanya disini ada beberapa menu yang memiliki nama
julukan yang unik atau lucu loh. Misalnya sambal terasi segar dijuluki “sport”,
wah memang cocok, buktinya wajah suami saya seperti abis olahraga keras. Sambal
bawang dijuluki “goalpal” dan sambal udang dijuluki “hati hati”. Julukan sambal
lainnya yang tidak kalah lucu adalah sambal Lombok ijo dijuluki “hantu kipper”,
sambal tubruk dijuluki “P3K”, sambal kecap dijuluki “bull shit”, dll.
Sebenarnya lauk disini
rasanya standard saja tapi bila dipadukan bersama sambalnya jadi luar biasa. Lagipula
makanan segini banyak kami hanya membayar Rp 75.000 loh. Nah siapa lagi yang
berani mencoba tantangan baru ?
No comments:
Post a Comment