Tanggal 8 Maret lalu, saya bersama rombongan RW05
Cilandak Barat pergi jalan-jalan ke Cirebon, pulang pergi. Saya posting Itinery
Cirebon PP, siapa tau ada yang berminat mencontek agenda perjalanan saya.
Pk. 6 : Kami sudah berkumpul didalam bis Bluestar, tapi
sayang ada 1 orang yang terlambat karena rumahnya jauh. Akhirnya dengan berat
hati jam 6.30 kami tinggal, mengingat waktu yang sangat terbatas. Kami langsung
masuk pintu Tol JORR depan Citos dan langsung menuju kota Cirebon, melalui
jalan Tol Cikopo-Palimanan atau Cipali yang terbentang sepanjang 116,75 km,
menghubungkan daerah Cikopo, Purwakarta dengan Palimanan, Cirebon.
Pk. 10.30 : Kami memasuki kota Cirebon. Sebenarnya agenda
pertama kami adalah sarapan pagi di Nasi Jamblang Ibu Nur, Jl. Cangkring II no
45. Tapi karena sudah terlambat 1 jam, terpaksa jadwal tsb kami lewatkan dan
langsung menuju toko oleh-oleh. Untung kami sudah sarapan arem-arem dan kue-kue
didalam bis. Rencana pertama kami adalah belanja di Toko Oleh-Oleh Shinta, Jl.
Lemah Wungkuk No.37. Tapi pak supir menyarankan kami pergi ke Toko oleh-oleh
Daud, Jl. Sukalila Utara No.4D, Kejaksan, karena jarak dan waktu lebih dekat
dan sesuai dengan daftar perjalanan kami.
Sampai di toko Daud, kami segera mengambil keranjang
belanja beroda. Toko oleh-oleh ini lumayan komplit dan membuat kami kalap. Barang
yang dijual disini adalah aneka kerupuk & keripik, baik metah maupun
matang, yang khas adalah kerupuk udang dan emping, aneka ragam ikan asin, terasi,
sirup Tjampolay yaitu sirup yang terbuat dari buah khas seperti jeruk nipis,
pisang susu, mangga gedong, dll, manisan buah, aneka sambal, aneka camilan dan kue
kering bahkan batik pun ada. 45 menit telah berlalu, kami segera kembali ke
dalam bis.
Pk. 11.30 : Kami menuju Multi Dimensi Sheel Craf Jl. Ki
Ageng Tapa, Astapada, yaitu sebuah toko sekaligus ruang pamer dari usaha
kerajinan kulit kerang yang sedang terkenal di Cirebon, dan menjadi tujuan
wisata yang tidak boleh dilewatkan. Produknya adalah aneka furniture dan barang
interior yang terbuat dari kerang yaitu dari barang yang paling kecil seperti
perhiasan, peralatan makan, sampai yang ukuran besar seperti lampu, meja, cermin,
living room set, kitchen set, bathroom
set, bedroom set termasuk ranjang tempat tidur berkelambu. Untuk harganya lumayan
mahal sesuai dengan tingkat kesulitan membuatnya dan banyaknya bahan yang
diperlukan. Produk yang dihasilkan sangat unik, indah, rapi dan gemerlap,
sehingga membuat kami asik berfoto-foto di berbagai sudut ruangan yang cantik.
Disini kami menghabiskan waktu 15 menit saja karena semua orang sudah kelaparan.
Sebelum meninggalkan toko, kami foto bersama dulu didepan toko yang memajang
sebuah kerang super besar setinggi bangunan.
Pk. 12 : Perut yang lapar, cocok banget nih, kami
langsung menuju Empal Gentong dan Empal Asam Amarta Jl. Ir. H. Juanda No. 37, Battembat,
Plered. Tiba disana, tempatnya berupa ruko dengan ruang makan dilantai bawah.
Dapur tempat meracik soto berada dipaling depan. Ruangannya memang tidak
terlalu besar, tapi bisalah untuk menampung sekitar 40 orang. Menu yang
tersedia disini hanya empal gentong, empal asem dan sate kambing muda. Wah saya
sangat tergoda satenya, tapi saya tidak mau rugi, saya harus pesan empal asem,
karena menu ini jarang ada dan belum pernah saya coba. Bu Kuntjoro pesan empal
gentong, bagus lah, saya jadi bisa mencicipi dan foto makanan dia. Dimeja
tersedia kerupuk kampung putih keriting, sambal, cabe bubuk merah kering.
Sepiring acar ketimun diantar ke setiap meja makan. Untung saat itu pengunjung
belum terlalu penuh, sehingga kami ber 22 orang bisa langsung duduk.
Bagi yang belum tau, masakan empal gentong adalah
semacam soto gule daging pake santan, yang dimasak dalam gentong tanah liat.
Bedanya dengan empal asam adalah tanpa santan. Empal asam ku telah hadir di
meja, semangkok soto berkuah keruh, berisi potongan daging yang lumayan banyak,
dan bertaburan aneka bawang dan tomat. Sebelum makan, kucurkan dulu perasan jeruk
nipis dan taburkan cabe bubuk kering. Ketika ku makan, hmm sangat menyegarkan,
rasa asam nya cukup tajam, berasal dari belimbing wuluh dan tomat, tapi
belimbing tsb tidak dimasukkan ke dalam mangkok saya. Kuah soto terasa gurih,
sarat rempah dan kaldu.
Isi soto bisa dipilih, selain daging sapi, tersedia
juga aneka jeroan. Ibu saya memesan isi lidah, sayangnya sudah habis. Ku cicipi
juga empal gentong milik bu Kuntjoro, rasanya sangat berbeda, tidak ada rasa
asam sama sekali, melainkan rasa gurih semburat manis dengan aroma rempah yang
kuat, mirip gulai tapi tidak kental. Kedua jenis soto ini makin enak dimakan
bersama kerupuk, dimana kerupuk kampung nya juga enak dan gurih. Harga soto Rp
22.500, sangat terjangkau dibanding dengan isi dagingnya yang berlimpah dan
memuaskan.
Pk. 13 : Kami tiba di desa wisata batik Trusmi. Kami
parkir didepan toko batik Salma yang ber AC di Jl. Trusmi Kulon No.187,
Lemahwungkuk. Sebelum masuk toko, kami dipersilahkan mencopot sepatu dulu. Kami
langsung menuju ruang mushola yang bersih dan memadai. Setelah sholat Dzuhur
sekaligus Ashar, kami menuju ruang depan, dan kalap lagi melihat aneka kain
batik dengan warna menggemaskan ukuran 2 meter seharga Rp 100.000 dapet 3
potong. Di desa wisata batik Trusmi ini, toko batik berjejer disepanjang jalan,
sangat luas. Setelah dari toko Salma, ibu-ibu langsung menyebar menuju toko
batik lain, dan janji untuk berkumpul jam 14.30 ternyata molor sampe jam 15
saking asiknya.
Pk. 15.30 : Kami menuju toko oleh-oleh Pangestu Jl. Sukalila
Selatan No.49, Pekalipan, karena disana menjual bumbu empal gentong seharga Rp
30.000 untuk ukuran 1, 5 kg daging, yang tidak didapat di toko Daud. Cara
memasaknya cukup tambahkan air, santan dan salam sereh. Bila ingin memasak
empal asam, jangan pake santan tapi tambahkan salam sereh, belimbing wuluh dan
tomat saja. Bumbu sudah matang tanpa perlu ditumis lagi. Barang-barang yang
dijual di toko ini tidak sekomplit toko Daud dan agak sedikit lebih mahal.
Pk. 16 : Kami menuju Es Kopyor 4848 Jl. Sukalila Utara,
Kejaksan. Perjalanan menuju kesini cukup lama karena nyasar, padahal tempatnya
dekat sekali dengan toko Pangestu. Tempatnya berupa agen taxi 4848 yang
memiliki ruang makan yang cukup memadai. Menu yang tersedia hanya es kopyor,
tapi juga menjual sirup kopyor berwarna merah buatan sendiri yang terbuat dari
gula asli tanpa pewarna dan pengawet serta tersedia aneka cemilan. Harga per
gelas Rp 30.000, cukup mahal sih, tapi sesuai dengan banyaknya kopyor dan
kenikmatan meneguk es kopyor asli yang empuk. Es kopyor disajikan didalam gelas
dengan tambahan sirup merah. Dimeja tersedia susu kental manis Frisian flag dan
sebotol sirup yang bisa ditambahkan sesuai selera. Setelah saya tambahkan susu
kental manis, es kopyor ini semakin nikmat rasanya. Saya liat semua ibu-ibu menghabiskan
es kopyor nya sampai tandas, tapi ada jejak sedikit rasa asin diujung
penghabisan minuman.
Pk. 16.30 : Kami menuju Travel cafe Jl. Siliwangi,
kira-kira 200 meter jaraknya dari stasiun kereta api, untuk mengambil nasi
bakar ayam untuk makan malam didalam bis dalam perjalanan pulang. Travel cafe
ini direkomendasikan oleh teman kantor saya yang baru bulan lalu pergi ke Cirebon.
Selain nasi bakar, paket nasi box yang tersedia disini adalah nasi rames, nasi
timbel dan nasi tutug oncom.
Nasi bakar ini tidak sempat saya foto karena makannya
didalam bis, gelap-gelapan. Yang pasti isinya nasi bakar, ayam goreng, tahu
tempe, lalap sambal, kerupuk udang, pisang rebus, sudah termasuk sendok. Ketika
ku makan nasi bakarnya enak, nasinya pulen, gurih, wangi berbumbu, dengan potongan
rempah dan cabe. Ayam gorengnya enak, gurih dan empuk. Tahu tempenya dimasak
bacem, tapi saya kurang suka karena citarasa tahu tempe ini agak asam bawaan
dari pabriknya. Tapi terlepas dari rasa tahu tempenya, paket nasi box ini
memuaskan dengan harga terjangkau Rp 25.000. Yang berminat ingin memesan bisa telfon pemiliknya Bp. Reza di 081360223199/WA 089649763813.
Pk. 17 : Bis kami mulai melaju ke jalan pulang dan tiba
di rumah pk. 22 karena lalu lintas macet di jalan tol Cikarang – Bekasi. Terakhir,
Tol Cipali ini rasanya panjang dan tidak sampai-sampai, karena jalanan lurus
dengan pemandangan sawah dan pegunungan yang monoton, lama-lama jadi ngantuk
juga. Rest area pun masih jarang. Katanya sih ini jalan tol terpanjang di
Indonesia, pantes. Saat kami pergi, pulang pergi, tol Cipali ini kosong, tidak
macet. Maklumlah besok ada gerhana matahari total, jadi tidak ada saingan yang pergi
berwisata ke Cirebon.
No comments:
Post a Comment