Long
weekend imlek tahun ini, kami sudah jauh-jauh hari merencanakan liburan ke kampung
suaminya mba Upik di kecamatan Malingping, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten. Ada
keistimewaan apa sih di daerah itu ? Dari Malingping kami bisa berwisata
ke pantai yang sekarang sedang berada dipuncak ketenaran yaitu Pantai Sawarna
karena jaraknya memang tidak begitu jauh. Kami pun pergi dari hari Jumat sampai
Minggu, dan inilah pengalaman saya yang berkesan.
Jumat
Kami
berempat bersama keluarga masing-masing, kecuali saya yang jomlo hehehe,
berangkat dari gedung BEI sekitar pk. 9 pagi. Jalur yang kami tempuh adalah
masuk gerbang tol Senayan, keluar gerbang tol Serang Timur, lalu melalui kota
Pandeglang – Saketi – Malingping sebagai tujuan akhir.
RM Rossy Rizqi Jl. Raya Labuan km. 12
Rumingkang, Pandeglang (***)
Dalam
perjalanan kami beberapa kali berhenti untuk istirahat. Yang pertama, kami
berhenti di alun-alun kota Pandeglang untuk foto-foto dekat patung badak sebagai
icon kota tsb. Lalu pemberhentian kedua, kami makan siang di desa Rumingkang,
tepatnya di RM Rossy Rizqi Jl. Raya Labuan km. 12 Rumingkang, Pandeglang.
Rumah
makan ini menyajikan aneka masakan ayam dan ikan, baik yang dibakar, digoreng atau
dipepes. Jenis ikannya antara lain ikan mas, gurame, nila, lele, dan belut. Rumah
makan ini memiliki bentuk bangunan yang sederhana, dindingnya merupakan kombinasi
antara tembok bata dan anyaman bambu, lantainya adalah conblock, mejanya berupa
meja kayu panjang untuk makan berombongan, kursinya adalah kursi plastik. Tetapi
kami tidak makan di ruang makan utama melainkan di serambi samping, dimana
tempat makannya berupa panggung kayu panjang tanpa penyekat untuk makan
lesehan.
Rumah
makan ini berada disamping sebuah sungai yang deras. Bila kami berjalan ke belakang,
kami menemukan sebuah dapur yang masih tradisional karena memakai tungku kayu
bakar, sehingga seluruh ruangan dapur menjadi menghitam karena jelaga, gelap
dan penuh asap. Persediaan kayu bakar tampak berjejer rapih disamping dapur, sebuah
kolam penuh dengan ikan yang bakal menjadi santapan kita.
Sebenarnya
bila mau makan cepat karena mengejar waktu, sudah tersedia aneka lauk pauk yang
berjejer di etalase. Tapi kami memesan lauk pauk yang fresh baru dimasak,
sehingga waktu menunggu pesanan cukup lama. Kami memesan ikan mas dan ayam
goreng, ikan asin, ati rempela, tahu tempe, sayur asem, lalap sambel dan pete.
Akibat
menunggu pesanan cukup lama, begitu hidangan datang, kami berdelapan orang langsung
berebut lauk dan makan dengan lahap. Saya menikmati ikan mas goreng yang garing
diluar tapi lembab didalam, rasanya gurih, enak sekali terbawa suasana.
Kemudian saya bagi dua ayam goreng kampung yang ukurannya cukup besar, tekstur daging
cukup liat. Ikan asinnya terdiri dari berbagai jenis ikan, saya ambil ikan asin
yang kecil-kecil, rasanya renyah dan asin sekali.
Sambal
dadak terlihat garang karena banyak biji bertebaran, tapi ternyata ketika
dicocol rupanya tidak terlalu pedas karena ada campuran tomat. Penampilan ikan
mas bakar adalah ditusuk bambu tapi saya tidak makan. Ati rempela ditusuk seperti
sate kemudian digoreng, sempat saya cicipi, rasanya enak, gurih dan berbumbu. Makan
segitu banyak menghabiskan uang sekitar 350 ribuan dan minumannya gratis teh
tawar hangat. Selesai makan bisa sholat dulu di mushola yang ada didepan rumah
makan ini.
Hotel GBS Malingping Jl. Raya
Malingping – Bayah no. 58, Polotot, Malingping
Selesai
makan siang, kami kembali melanjutkan perjalanan. Rute antara Pandeglang –
Saketi – Malingping – Bayah merupakan wilayah hutan dan perkebunan. Ada
perkebunan kelapa sawit dan hutan karet milik PTPN 8, hutan sengon milik
Perhutani dan kebun-kebun pribadi milik perorangan. Pemandangan hutan dan kebun
berganti-ganti dengan pemandangan sawah dan perkampungan penduduk. Perjalanan
kami lancar dan alhamdulillah tidak hujan.
Sekitar
pk. 15 kami sampai di Hotel Graha Bahari Syariah atau lebih dikenal dengan nama
Hotel GBS Malingping Jl. Raya Malingping – Bayah no. 58, Polotot, Malingping.
Harga kamar versi Traveloka adalah Rp 120.000 untuk kamar standard dan Rp
245.000 untuk executive room. Kami booking 2 kamar executive untuk saya dan mba
Ririn, satu lagi untuk mba Sarah bersama 2 anaknya, sedangkan keluarga mba Upik
menginap dirumah sendiri.
Kamar
hotel sederhana ala hotel melati, tapi bersih dan nyaman, ukuran kamar tidak
sempit, ada TV parabola, nakas dan bangku plastik di kiri kanan tempat tidur,
sebuah meja kecil dan gantungan baju. Kamar mandi hanya berisi ember dan closet
jongkok. Tersedia handuk dan sabun, sejadah dan Al Quran serta ada free wifi
juga loh, kenceng lagi. Kalau mau mandi air panas bisa pesan tapi kena charged.
PPI Binuangeun Jl. Karang Malang No. 2
Binuangeun - Wanasalam
Selesai
check in, kami menuju rumah mba Upik yang jaraknya sekitar 6 km lebih dan
memakan waktu sekitar 10 menit. Rumah mba Upik itu persis didepan Sunrise cafe
dan Apotik Assalam Pagelaran Jl. Nasional III. Setelah itu kami pergi ke Pangkalan
Pendaratan Ikan / PPI Binuangeun untuk membeli ikan segar hasil tangkapan
nelayan. Banyak sekali jenis ikan yang dijual disana, sebagian besar saya tidak
familier. Saya hanya tau ikan kuwe, ikan pari dan ikan hiu, selain itu ada juga
udang, cumi-cumi raksasa dan rajungan.
Bakso Tanjung Bang Opay – Pantai
Tanjung Binuangeun (***)
Selesai
membeli ikan, kami menuju Pantai Tanjung masih di daerah Binuangeun untuk
mengejar sunset. Karena hari masih terang, kami makan dulu di warung bakso ikan
terkenal disana yaitu Bakso Tanjung Bang Opay. Wah betapa nikmatnya makan bakso
dipinggir pantai sambil dibelai semilir angin laut. Warung ini menjual 3 jenis
bakso ikan yaitu bakso ikan tenggiri yang berwarna putih, bakso ikan tongkol
yang berwarna gelap dan bakso ikan isi telor yang berukuran besar.
Semangkok
bakso ikan tenggiri dan tongkol masing-masing 1 butir harganya @Rp 5.000 x 2 = Rp
10.000. Semangkok bakso ikan telor hanya berisi 1 butir harganya Rp 10.000. Kuah
bakso berwarna kemerahan dengan taburan seledri dan bawang goreng. Hmm
kelihatannya pedas nih, tapi ketika saya makan, ternyata kuah bakso tidak
begitu pedas, malah terasa gurih dan asli rasa kaldu. Permukaan bakso kasar,
bukan bulat halus, tekstur bakso padat dan kenyal, ketika dibelah bakso mengandung
cincangan daging ikan. Rasa bakso sedap dengan kuah yang segar dan tidak amis,
menandakan bakso terbuat dari ikan segar.
Selesai
makan bakso kami baru sadar bahwa kami menunggu sunset di sisi pantai yang
salah. Ternyata Pantai Tanjung adalah pantai untuk menunggu sunrise. Seharusnya
kami menunggu di Pantai Pasir Putih. Ya ampun, untung perut kami sudah kenyang
hahaha.
Kecamatan Malingping
Kecamatan
Malingping merupakan permukiman perkampungan, jadi belum ada rumah makan besar
apalagi resto. Kalau sudah malam, semakin berkurang warung makan yang buka.
Sehingga kami harus makan masakan di rumah mba Upik. Wah jadi merepotkan
empunya rumah nih. Untung kami sudah membawa persediaan bahan makanan dari
Jakarta dan menu makan malam kami malam ini adalah gorengan ikan dan udang
hasil buruan kami dari PPI Binuangeun, ditambah 4 jenis sambal yaitu sambal
kecap, sambal dadak, sambal goreng dan sambal jahe, makan jadi semakin lahap.
Sabtu
Perjalanan dari Malingping – Pantai Sawarna
Ternyata
sarapan pagi di hotel dapat sepiring nasi uduk dari warung sebelah, isinya soun
goreng, orek tempe, dadar telur kol, kerupuk dan sambal, lumayan alhamdulillah.
Setelah itu kami ke rumah mba Upik dan melanjutkan perjalanan ke Pantai
Sawarna.
Perjalanan
dari Hotel GBS Malingping ke Pantai Sawarna sekitar 47 km lebih dan
menghabiskan waktu sekitar 1 jam lebih. Rutenya adalah melalui Jl. Nasional III
– Jl. Sawarna Bayah. Pemandangan selama perjalanan adalah perkebunan, hutan dan
sawah silih berganti. Memasuki desa Sawarna pemandangan pantai mulai terlihat,
indah sekali. Kebanyakan pantai banyak mengandung karang.
Mendekati
daerah wisata Sawarna, di Kecamatan Bayah kami menemukan Pabrik Semen Merah Putih
milik PT Cemindo Gemilang. Pabrik ini dibangun di ketinggian 100 meter persis
di atas pantai. Pabrik ini dibangun di lahan seluas 50 hektar, dengan konsep
terasering 5 tingkat, untuk menghindari risiko tsunami. Kompleks pabrik memiliki
luas mencapai 3.000 hektar, termasuk tambang, area pelabuhan dan area infrastrtruktur
pendukung lainnya. Hmm sepertinya ini pabrik yang memiliki pemandangan paling indah
karena berada di tepat di
atas pantai.
Mendekati
kawasan wisata Pantai Sawarna, kami parkir didepan sebuah rumah yang masih
famili dari suami mba Upik. Dari sana kami ber 10 orang masing-masing naik ojek
untuk menuju Pantai Tanjung Layar dengan ongkos @Rp 10.000 per orang (bukan per
motor). Kawasan wisata pantai Sawarna tidak bisa dilalui dengan mobil, karena melewati
area persawahan dan perkampungan penduduk. Tiket masuk kawasan wisata adalah @Rp
5.000 per orang.
Pantai
Sawarna adalah pantai yang berada di desa Sawarna, terbentang dari timur ke
barat yaitu dari :
1.
Pantai Karang Taraje (paling timur)
2.
Pantai Legon Pari
3.
Pantai Karang Bereum
4.
Pantai Tanjung Layar
5.
Pantai Ciantir (Pasir Putih)
6.
Pantai Bukit Cariang
7.
Pantai Goa Langir
8.
Pantai Pulo Manuk (paling barat)
Sebagian
besar wisatawan bila berkunjung ke Pantai Sawarna, akan menuju Pantai Tanjung
Layar yang merupakan daya tarik utama Pantai Sawarna. Di pantai tsb terdapat dua
buah batu karang raksasa berbentuk seperti layar kapal yang terkembang. Persis didepannya,
dibibir pantai, dibuatkan patung huruf “Tanjung Layar” dengan keterangan
dibawahnya “Lebak – Banten, Sawarna” oleh csr BI. Latar belakang pemandangan tsb
lah yang menjadikan tempat ini magnet utama wisatawan untuk berfoto.
Pada
pagi, siang hari, air laut surut dan pengunjung bisa berjalan kaki ke arah
karang tsb yang berada beberapa meter dari pantai. Ombak laut tidak terlalu
kuat karena terhalang karang. Di kawasan tsb banyak saung-saung tempat beristirahat,
merupakan bagian dari warung makan. Tapi membawa perbekalan sendiri pun tidak masalah,
nanti tinggal pesan sebagian makanan / minuman dari warung tsb. Kami sendiri
membawa bekal makan siang dari rumah.
Selesai
makan siang, kami telepon tukang ojek yang tadi karena sudah janjian. Kami
kembali naik ojek menuju Pantai Legon Pari karena salah satu tukang ojek
memiliki warung disana dan kami dibawa menuju saung miliknya. Wah Pantai Legon
Pari ini benar-benar indah, masih perawan, bersih, pasirnya putih dan suasananya
hening, hanya terdengar deburan ombak saja, pengunjung pun tidak begitu banyak
disini.
Masalahnya
kami datang pas tengah hari, pas matahari diatas kepala, tidak mungkin
telanjang kaki dipasir karena luar biasa panasnya. Di pantai ini kami duduk-duduk
di saung, foto-foto sebentar serta sholat Dzuhur. Setelah itu kami kembali
pesan ojek untuk membawa kami kembali ke rumah tempat parkir mobil kami. Jadi
total ongkos ojek kami adalah @Rp 10.000 x 10 orang x 3 perjalanan.
Pantai Pasir Putih Malingping
Sore
harinya sekitar pk. 17 kami kembali ke pantai untuk mengejar sunset, maksudnya
mengejar foto-foto pas sunset hehehe. Kali ini kami ke Pantai Pasir Putih.
Keistimewaan pantai ini adalah di bibir pantai banyak terdapat karang yang
berceruk sehingga bila air surut, kita bisa berjalan diatas karang, ombak laut
pun terhalang karang, sehingga aman untuk bermain dipantai.
Anak-anak
bisa masuk ke dalam ceruk karang, yang berfungsi seperti kolam renang alami,
anak-anak aman untuk berenang atau main air disana. Ceruk-ceruk kecil lainnya
menjadi semacam kolam ikan, senangnya melihat aneka binatang kecil yang berseliweran
disana. Fakta lainnya adalah ada keajaiban bahwa ada ceruk yang berisi air
tawar, entah bagaimana logikanya itu terjadi. Sore itu kami kami puas foto-foto
dengan berbagai gaya yang sedang trend di jaman now.
Minggu
Rencana
Minggu pagi kami mau ke pantai untuk menjemput sunrise, tapi apa daya hujan
turun sangat lebat sejak pk. 3 pagi, rencana kami pun batal. Pk. 7 kami sarapan
dengan menu yang sama dengan hari kemaren hehehe, setelah beberes kami pun check
out dari hotel.
Bakso Ikan Karya Ceu Bai Andriani, Jl.
Raya Bayah no. 51 Polotot, Malingping (***)
Hari
ini jadwalnya belanja, beli oleh-oleh dan pulang ke Jakarta. Pertama kami ambil
pesanan bakso ikan di Bakso Ikan Karya Ceu Bai Andriani, Jl. Raya Bayah no. 51,
kp Polotot, Malingping. Keberadaan tempat ini tak jauh dari hotel kami, jaraknya
hanya beberapa meter saja, bisa berjalan kaki dan hanya terhalang beberapa
rumah saja. Kabarnya bakso ikan ini adalah yang paling terkenal sebagai
oleh-oleh khas Malingping.
Tempatnya
berupa rumah dan ketika kami masuk kesana, saya melihat beberapa orang sedang
duduk dalam antrian menunggu pesanan. Rupanya bakso ikan ini sangat fresh, baru
dibikin pagi itu. Saya melihat bakso sedang diangin-anginkan diatas tampah dan
keranjang. Permukaan bakso terlihat kasar dan warnanya putih, terbuat dari ikan
tenggiri. Bakso dikemas dalam plastik bersama bumbu, bawang goreng dan cabe
rawit. Saya membeli 2 bungkus bakso seharga @Rp 25.000 berisi 17 butir.
Pasar Malingping, Jl. Raya Ps.
Malingping
Selain
bakso ikan, oleh-oleh Malingping yang terkenal adalah aneka opak, baik terbuat
dari singkong atau ketan, rasa asin atau manis, mentah maupun matang. Lalu ada
lemang yaitu penganan dari beras ketan yang dimasak dalam seruas bambu, setelah
sebelumnya digulung dengan selembar daun pisang. Gulungan daun bambu berisi
beras ketan dicampur santan kelapa ini kemudian dimasukkan ke dalam seruas
bambu lalu dibakar sampai matang. Harga per bambu sekitar Rp 25.000. Kemudian
ada produksi gula merah dan emping. Sedangkan hasil bumi yang menonjol adalah
pete, jengkol, buah-buahan, umbi-umbian dan beras.
Rute Ps. Malingping – Jl. Raya Gunung
Kencana - Jl. Raya Serang Pandeglang
Pulang
ke Jakarta, kami tidak melewati rute yang sama dengan kepergian kami, melainkan
melalui rute Jl. Raya Gunung Kencana – Jl. Raya Sampay Cileles – Jl. Raya Serang
Pandeglang. Perjalanan melalui rute ini, sebagian besar pemandangan adalah
perkebunan sawit, hutan karet dan hutan sengon. Perjalanan lancar dan sepi tetapi
relatif aman, bahkan dimalam hari, katanya. Tapi kebayang dong, betapa gelapnya
perjalanan menembus hutan. Waktu tempuh perjalanan dari Ps Malingping - Jl.
Raya Serang Pandeglang sekitar 2 jam lebih dan jaraknya sekitar 87 km lebih.
Durian Jatohan H. Arif, Jl. Raya Serang
Pandeglang km 14 Baros – Serang (**)
Sampai
di Jl. Raya Serang Pandeglang, kami menuju rumah makan Durian Jatohan H. Arif, tepatnya
di km 14 Baros – Serang. Bangunannya seperti saung yang terbuat dari bambu dan
kayu, sehingga pengunjung yang makan sambil lesehan. Tempat makannya nyaman,
terdiri dari dua lantai, parkirannya luas dan ada fasilitas seperti mushola dan
kamar mandi. Rumah makan ini mampu menampung sekitar 1.000 orang dan buka 24
jam setiap hari.
Selain
menjual buah durian, disini juga menyajikan aneka menu olahan durian seperti sup
durian, jus durian, ice cream durian, pancake durian, bahkan ada wajik durian. Juga
menyediakan snack tahu sumedang, risoles bumbu kacang dan otak-otak.
Tetapi
kami tidak makan di dalam rumah makan tsb melainkan makan di saung-saung yang terletak
di luar, di samping rumah makan tsb. Disana ada RM Tradisional bu Mala khas
Banten, menyajikan menu masakan ayam dan ikan mas goreng, pepes ikan mas, belut
dan tahu, ikan asin, tempe tahu, semur jengkol, sayur asem, karedok, aneka
tumisan dan sambal dadak. Tersedia juga es kelapa kopyor dan kelapa muda batok.
Seperti
biasa saya memesan ikan mas goreng, yang lain ada yang memesan pepes ikan mas
dan belut, serta tambahan karedok. Tak disangka masakan disini enak juga, bumbunya
terasa, gurih dan nikmat, terutama bumbu pepesnya terasa melekoh. Saya juga memesan
sop durian yaitu durian utuh tanpa biji di dalam kuah susu dan ditaburi keju
parut. Kami makan bersembilan orang menghabiskan uang sekitar 300 ribuan lebih.
Durian
Jatohan H. Arif merupakan penutup dari perjalanan kami. Setelah itu kami
melanjutkan perjalanan kembali, masuk ke gerbang tol Serang Timur, kemudian
masuk Tol JORR, sampai rumah saya di Cilandak Barat sekitar pk. 17.
Alhamdulillah perjalanan lancar, aman dan selamat serta meninggalkan kesan yang
mendalam.
1 comment:
wah, bangga euy jadi orang banten,,, banyak wisata kuliner nya juga, banten mah keren pokonya.
bantu visit kita juga dengan klik di sini ya, terimakasih :)
Post a Comment