Resto ini bernama Bebek Tepi Sawah, yang berada persis ditepi mall Living World. Resto ini sebenarnya sudah terkenal ditempat aslinya yaitu didaerah Ubud Bali, dan di Living World merupakan satu-satunya cabang di Jakarta.
Ketika mereserved tempat, kami mendapat nomor antrian 11. Sambil menunggu panggilan, saya meminjam buku menu, agar bisa langsung memesan. Dari buku menunya yang cukup tebal dan berat karena memakai sampul dari bahan kayu, rupanya menu bebeknya hanya ada 2 jenis yaitu “Tepi sawah chrispy or grilled duck” dengan keterangan : bebek goreng tradisional yang disajikan dengan sayur khas Bali dan 3 macam sambal seharga Rp 90.000. Wow mahalnya. Tapi setelah kami intip meja para pengunjung yang sedang makan memang ukuran bebeknya cukup besar. Biar bisa saling mencicipi, kami janjian memesan 1 bebek goreng dan 1 bebek bakar.
Menu lainnya juga ada walau sedikit pilihannya yaitu sup ikan, ayam goreng lengkuas, ayam goreng kelapa, sate lilit, ikan gurame goreng dan pelecing kangkung. Nah kalau menu minumannya cukup beragam dengan beberapa kategori seperti Specialty cooler, Exoctic sparkling, Signature moctail, coffe and tea, Milkshake & chocolate, aneka jus serta aneka soft drink lainnya.
Saya mencuri dengar pembicaraan antara seorang pengunjung dengan waitress yang bertugas mencatat nomor antrian, bahwa ditempat aslinya di Bali ada menu porknya, sedangkan disini tidak ada, serta ada beberapa menu yang tidak tercantum dibuku menu seperti bebek betutu, tapi bisa dipesan disini.
Beberapa menit sudah berlalu, jumlah pengunjung yang antri semakin bertambah. Kami mengisi waktu dengan melihat-lihat interior resto yang kental nuansa alami Bali seperti dinding bata, meja & kursi kayu, patung bebek & pernak penik khas bali, serta meja berpayung dan pohon kamboja diarea outdoor.
Akhirnya giliran kami pun tiba. Segera kami pesan menu bebek goreng paha untuk saya dan bebek bakar dada untuk suami. Waitress pun menggelengkan kepala dan menerangkan bahwa semua bebek yang disajikan disini adalah setengah ekor bebek. Woalah pantes mahal ya.
Pesanan kami tiba tidak pake lama. Minuman saya datang duluan, Ubud summer time adalah campuran jus jeruk dengan leci, hmm rasanya sungguh memikat, manis dan segar. Minuman suami adalah ice lemongrass yaitu campuran air soda dengan air jeruk lemon, diberi sirup gula merah dan disajikan bersama batang sereh untuk mengaduk. Hasilnya adalah minuman asam manis semriwing, unik dan sedap.
Nah ini dia sajian bebek legendaris akhirnya tiba dimeja kami. Setengah ekor bebek goreng berwarna kecoklatan dengan kaki hitam disajikan bersama seporsi nasi, tumis kacang panjang dan 3 macam sambal ditempat terpisah. Sambalnya terdiri dari sambal bawang merah mentah, lalu sambal cabe rawit serta sambal terasi ulek. Perlahan kusobek daging bebek yang masih panas ini, ketika kusuap rasanya empuk dan benar benar chrispy, bumbunya sungguh meresap tapi tidak ada rasa gurih yang berlebih, tidak ada jejak minyak dan bau amis, tulangnya pun garing dan enak dimakan seperti krupuk, kriuk. Daging bebek tidak terlalu tebal sehingga hasil gorengan benar-benar garing, dan yang paling sedap adalah bagian kulitnya, hmm yummy banget. Terus sambalnya itu loh, sungguh menggelegar, tapi tetep saja saya tak berhenti mencocol walaupun wajah saya mulai pucat pasi.
Saya penasaran dengan bebek bakarnya yang berwarna kehitaman dan ditaburi bawang goreng. Ketika ku cicip, hmm lezat juga, manis tapi tidak berlebihan jadi tidak bikin enek. Bumbunya sungguh meresap ke dalam daging dan tulangnya pun nikmat dihisap-hisap sampai licin.
Oh ya kami juga memesan seporsi pelecing kangkung, yaitu sepiring kangkung rebus yang disiram sambal pelecing, diberi taburan kacang tanah goreng dan bawang goreng. Porsinya cukup royal, kangkungnya segar dan empuk, sambalnya pedas sedikit ada rasa asam dan manis, dan kacangnya sungguh renyah. Hmm yahud banget.
Tak ada rasa sesal ketika membayar dan mengantri lama. Karena sajian ini benar-benar menggugah dan memuaskan selera kami. Bravo.